Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Purwakala Cinta

30 Juli 2024   10:50 Diperbarui: 30 Juli 2024   10:52 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photography by Kompas.com

Waktu menggelinding tak seberapa cepat. Biasa saja. Normal saja, tak ada dramatisasi kata dibuat indah seakanakan susastra lontar dari langit, tak menulis peristiwa, sekadar imaji ngawang di awan, bukan realitas, cinta terpeleset bertemu mata saling memandang, kepurapuraan pengadeganan klise.isme.

"Kesetiaan ibu, bukan kepurapuraan puisi dari kebun mangga." Nirmala, menoleh pada saudara kembarnya.

"Intens, realistis menempuh waktu." Nirmana, senyum. Keduanya bertengger di puncak menara, berhala, simbol perkotaan, di antara gedung pencakar langit.

**

Niskala waktu tempuh.

"Syakwasangka tertinggal mengejar sunyi asmarandana, kenangkanlah selaksa gebyar gemintang kudus berpeluk langit, tak satupun ada bagai lampau menimang cuaca bergelut seketika sirna.

Ratna Wilis, masih mengajar sesuai keahliannya, diskusi di ruang kelas berjalan seru. Murid lelaki di deret kedua dari depan sebelah kanan dari tempat Ratna Wilis, berdiri. Entah kenapa sosok mahasiswa itu, sesaat akan berdiri, tersungkur begitu saja "Maaf ibu."

"Huuu!" Suara di kelas seperti laronlaron bergumam. Ratna Wilis, memperhatikan, melempar pertanyaan. "Apakah anda ketakutan, akan saya panggil kedepan, untuk menjelaskan tentang wawasan antropologis?"

"Berdiri doong! Jawab doong!" Kali ini, suarasuara di ruang kuliah berdengung seperti kumbang beterbangan.

"Nama lengkap saudara, asalusul, sebutkan." Ratna Wilis, tegas, lembut.

Seperti tengah terhipnotis, menjawab "Saya Seta Pawaka, daerah asal dari desa Sukun, di lereng Mahameru, desa tepi sungai berantas. Saya tumbuh di sana, di antara ladang tebu. Ayah, mengasuh saya tanpa ibu," ruang kuliah seperti suara kapal layar pecah, bergemuruh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun