***
Syair nurani bening
Interlud, merongga nurani kala Â
Dat Ilahiah, penerang multisemesta
Berjuta rebulan, berjuta matahari
Bertingkat langit, hamba bersujud
Cuaca Mahameru, merah darah matahari tunggang gunung menerpa wajah, Gobin. Malam memeluk sunyi. Bunga edelweiss memancarkan sinar rembulan pada pospor alami, terang pelahan menuju gemerlap kunang-kunang beribu cahaya bintang-bintang di langit.
Gobin, ada di antara terang itu. Di antara aura-multiwarna. Gobin, berdiri tegap memancarkan sinar media meditasi di iklim sakti Meta Ekologi Jiwa Semesta. Puncak dari kekuatan Jiwa Gautama.
Gobin, merasa melayang-layang, entah badan atau ruhnya tampak menuju langit, tapi mirip cahaya multiwarna di sekitar. Gobin menghadapi rentang waktu. Antara waktu kini ke waktu akan datang menuju putaran waktu awal.
Gobin tengah memaknai kesaktian ilmu Iman Kawula Jagad, suatu sikap meditatif setara kekuatan ruh Jagat Raya. Adalah sikap dapat membunuh diri bahkan tubuh, akan meledak berkeping-keping, ruh sirna bersejajar waktu paralel. Jika suci hati tak dimiliki oleh kesatria pelakunya.
Itu cara satu-satunya mencari jawaban dari Jagat Raya, di ranah hukum Ilahiah, meski berisiko besar. Tubuh harus menjadi alam sekaligus ruh, sebaliknya alam menjadi tubuh sekaligus ruh. Sanbi, memiliki kekuatan itu, warisan sejak lahir, meneruskan trah ibu juga ayahnya, titisan Dewa Langit.
***
Syair gelombang megatruh
Malam tak bernama, waktu merubah akal
Sang Hyang Gusti Pangeran. Ampunan-Mu
Aku lemah, ruhku kembali ke asal
Sirna segala khilaf, ikhlas...