***
Kembali pada fokus peristiwa ledakan luar kota Megapolis. Tim gabungan ilmuwan-The Science Epidemic Rescue (SER) hingga peneliti sebab akibat guncangan global-The Global Rescue Earth Fire (GREF), terjun pula Rescue from Modern Weapons of War (RMWW); lembaga-lembaga tersebut beranggotakan berbagai bangsa di dunia, demikian, konon, menurut cerita ini.
SER, GREF, RMWW, bersama tim khusus anti teror SFIN, telah berada dilokasi kejadian sejak dini, waktu peristiwa tersebut. Terlihat betapa pusingnya mereka, padat diskusi, argumentasi para cerdas-berinteligensi prima, beranggotakan orang-orang khusus terpilih. Tak kenal lelah saling mendukung demi keamanan negara-negara di dunia.
Dialektika informasi penyelidikan berjalan mulus. Meskipun para petugas itu menggunakan alat bantu canggih penerjemahan terpasang di telinga. Mereka berkewajiban menggunakan bahasa 'ibu negeri' masing-masing, di saat bertugas, memudahkan mereka mengenali asal-usul, ciri dari negeri masing-masing pula.
Menariknya hal tersebut justru membuat hubungan kerja semakin kompak. Di luar tugas, mereka menggunakan bahasa internasional, karena tim dari anggotanya terdiri dari berbagai bangsa.
***
Kamera beralih ke sisi lain peristiwa. Pagi.
Salivikifka Mariahkusuma , ananda putri tunggal di antara tiga saudara lelaki, dia anak ke tiga, pelindung si bungsu, Kafkhaniva Aremananda, memaksakan kehendaknya untuk jadi abdi negara, meski ibunya perempuan ayu sederhana penari bintang, tak menghendaki semua anaknya bekerja di kemiliteran, ataupun serupa pekerja intelijen, atau pula apapun terkait dengan persenjataan.
Cukup sampai almarhum bapak mereka, berasal-usul, blasteran, dari benua jauh, kusumabangsa penerima bintang emas prestasi pengabdian tertinggi bidang kemiliteran, gugur, ketika membasmi gerakan gerombolan pemakan segala hal alias kelompok iblis kanibal. Namun keputusan Ilahiah menghendaki lain. Ananda kakak pertama, juga kakak kedua, telah menjadi perwira tinggi berprestasi bagus.
Salivikifka, bergegas keluar dari ruang superinvestigasi sistem. Menuju keluar koridor, melompat ke motor-supercepat, keren banget, berkostum merahmawar. Geram, namun dia wajib mengendalikan diri. Diperlukan kesabaran akurat, sekaligus ketenangan mumpuni, menghadapi hal ihwal sedang dituju, situasi pelik barangkali. Mudah-mudahan, dia, akan baik-baik saja.
Wajahnya nan ayu rupawan, tetap menajamkan mata, fokus pada data terus berseliweran di helm sedang dia kenakan, kadang waktu, pada detik tertentu informasi itu berpindah kelayar mungil di bagian elemen instrumen dekat spidometer motor canggihnya. Menampilkan rekaman mukajelek para pengalih kejahatan dalam sulapan tekno terkini.