“Maaf. Bisa dijelaskan lebih rinci?” Pewawancara, santun mencoba menggali lebih lanjut.
Ketika pakar akan menjelaskan lebih lanjut. Mendadak layar kaca gelapgulita. Tak lama listrik seisi Megapolis, padam. Pihak keamanan memberi pengumuman lewat pengeras suara, mengelilingi Megapolis, menggunakan banyak helikopter dilengkapi sistem pantau tercanggih.
“Pengumuman. Harap tenang. Tidak panik. Perusahaan listrik mendadak, mengalami, kerusakan total dari gardu induk pusat Utara, Selatan, Barat juga Timur. Khalayak, dimohon tidak keluar rumah sementara sedang gelap gulita.” Peristiwa berlalu di waktu dengan cepat.
***
Penyidikan, penelitian, rasio, astimasi, fakta kontra indikasi, data bersilang atau sebaliknya terus bergulir. Namun seolah-olah tak ada info konkret kepada khalayak, perkembangan kasus penembakan itu. Seantero Megapolis, baik-baik saja. Tenang-tenang saja, meski hampir sering dikejutkan peristiwa listrik padam sekonyong-konyong.
Lagi, peristiwa penembakan supermisterius terjadi. Masing-masing korban, menancap tiga peluru. Satu di kepala. Satu tepat di bagian khusus korban. Satu tepat di jantung. Peristiwa rutin menjadi berita utama berbagai media. Lagi, para pakar berpendapat, beragam pemikiran terpola, berbeda, semakin sulit dipahami.
***
Kasus penembakan supermisterius, masih mampu menyita perhatian pembela penegakkan keadilan. Namun, pihak keluarga korban, ingin jenazah korban dikebumikan secepatnya. Setelah otopsi lengkap pihak berwenang.
Keluarga meminta pihak keamanan, tidak, melakukan penyidikan lanjutan dalam bentuk apa pun. Namun, demi keadilan, pihak keamanan Megapolis, patuh aturan berlaku, wajib menegakkan fakta keadilan. Informasi, lengkap memenuhi keterbukaan kasus. Menggelar segala fakta pada khalayak, tak ada rekayasa.
Meskipun pihak keamanan, demi keadilan, tetap, menemukan jalan buntu. Siapa, penembak supermisterius itu. Khalayak konsisten, tak terpengaruh, apapun, akibat peristiwa itu. Bekerja seperti biasa. Libur seperti biasa. Rekreasi seperti biasa. Pusat pendidikan berlaku umum, seperti biasa.
***