Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puspa Taman Hati

17 Juli 2024   14:53 Diperbarui: 17 Juli 2024   14:57 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kompas.com/untuk Fiksiana Puspa Taman Hati

Semar, bersyukur dalam kalbu terbening, masih ada persaudaraan, kesetiaan, di antara mereka teramat kuat, bertekad bulat membasmi gerombolan raksasa hitam, keturunan devil lizard, penyebar racun perusak generasi, itu, tekad persaudaraan mumpuni.

The war of universe, alias perang bintang, akhirnya batal. Sebab Semar turun dari kahyangan, menyampaikan pesan Sanghyang Langit atas restu Sanghyang Tunggal, bahwa langit tidak akan menggulung kosmos jika di antara para raja, serta para kesatria, menyadari, mengakui, bahwa telah terjadi secercah mata, pelanggaran aturan keadilan persaudaraan, di atas segala kebenaran, keadilan, kejujuran.

Setelah pesan itu disampaikan Semar. Para raja, juga para kesatria, menarik mundur pasukan masing-masing, pulang dengan damai. Semar, menuju Karang Tumaritis tempat dia bermukim, kembali menyepikan diri, meditasi sunyi. Jika Semar, masih bertindak meditatif. Pertanda bahwa planet Bumi masih gawat.

Hal itu adalah semacam isyarat asap api indian, bahwa mungkin masih ada gelap di antara para raja, juga di antara para kesatria, rentan dilanda penyakit kepura-puraan, serupa kepalsuan.

Lantas Semar, mengambil langkah bijaksana. Memohon pada Sanghyang Tunggal, untuk mempercepat kelahiran, Satria Akal Budi, kelak, akan mampu membasmi kelompok raksasa keturunan devil lizard, tanpa melalui ranah karma, the war of universe.

Para kesatria supersakti telah mencapai tekno terkini, plus, cucu-cucu Semar, mendukung Gareng, Petruk juga Bagong, sebagai tim independen, pemegang hak atas mandat penuh, investigasi. Melaporkan segala bentuk pelanggaran disiplin, langsung kepada Semar di Karang Tumaritis. Termasuk perkembangan cuaca secara berkala di luar sistem cuaca formal planet-planet.

Dalam diam, Semar, mendengar suara. Dalam sunyi, Semar, melihat cuaca. Dalam hening, Semar, melihat kabut hitam di batin gerombolan durjana abrakadabra patgulipat melipat-lipat hak hidup sesama, raksasa hitam, keturunan devil lizard, biang kerok penyebar racun, bertujuan mengkerdilkan generasi.

Suluk Semar Cermin Kejujuran Air

Jika cermin air tak bergelombang, semoga saja pertanda baik. Lurus budi berkibar di angkasa para bangsa. Umat sejagat saling memberi salam kebaikan budi pekerti. Aku, dipilih bumi, bukan karena meninggalkan kahyangan. Karena tugas tak sekadar bertugas, demikian pula dengan Raja Dewa. Sebab musababnya berkewajiban bimbingan akal budi, para umat bangsa mencapai suritauladan.

Sebagaimana telah di catat langit, bahwa kewajiban bukan sekadar melaksanakan kebijaksanaan telewicara. Sebenarnya-benar melangkah suci saling bercengkerama tanpa perbedaan junjungan.

Semar, bersunyi diri dengan khusyuk, terus mengumandangkan suluk doa cinta. Bagi Semar, sebab diam adalah isyarat air. Sebab air bisa mencipta gelombang, badai tanpa suara, bersama kebenaran, nenegakkan keadilan, di kejujuran air.

Suluk Bumi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun