Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Buruh - Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Tiga Risalah

11 Maret 2017   05:05 Diperbarui: 12 Maret 2017   00:00 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Risalah Satu.

Kaca-kaca menyilaukan kulitmu jingga, menjadi kuning cemerlang seterang bias memantul. Gigimu berbaris seperti jagung manis, ketika senyum itu berkilat di mata Dewa Awan, seketika kau rampas seluruh impian menjadi milikmu. Aku ikhlas menjadi kancing bajumu sekalipun.

Aku ikhlas menjadi rahim di dalam tubuhmu. Aku ikhlas menjadi kekasih di jantungmu. Aku ikhlas menjadi asmara rembulan pagimu, bahkan sore atau malam sekalipun. Tapi, aku tak mau mencuri mangga tetangga, meski kau sedang mengidam. Janji ya… Kiss.

Para Dewa di langit bertepuk tangan meriah sekali, setelah fragmen satu babak itu tutup layar.

Jakarta, Indonesia, March 11, 2017

***

Risalah Dua.

Baru saja Gatotkaca berkabar. Bahwa matahari hanya terbit setengah hati. Tapi sulit dibuktikan siapa menutupnya. Prabu Kresna, sibuk mengarang buku tentang terjadinya semesta. Sambil lalu ia berkata “Mungkin itu Petruk sedang kesal… Mungkin juga Gareng sedang usil menggoda Dewi Venus…”

Seseorang keturunan Pandawa, memberi risalah kepada anaknya, bahwa matahari punya takdirnya sendiri. Tak perlu bukti. Alam memiliki siklusnya. Para Dewa tidak pernah menjawab apapun, kecuali pertanyaan Semar. Kerjakan saja, apa yang menjadi kewajibanmu, asal jangan mencuri sandal para Dewa atau numpang mandi sekalipun.

Jakarta, Indonesia, March 11, 2017

***

Risalah Tiga.

Aku mau bilang pada para Dewa. Aku belajar membaca dari koran, aku bawa setiap hari, atau aku bertanya pada teman tentang huruf A hingga Z. Cara membaca tanpa dieja awalan dan akhiran.

Aku bisa menjelaskan kepada para Dewa, apa isi berita di koran, berita di teve, tentang harga beras, tahu, tempe, cabai merah, bawang putih, bawang merah dan sebagainya. Para Dewa mendengarkan kisahku dengan seksama dan terus mencatatnya.

Jakarta, Indonesia, March 11, 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun