Mohon tunggu...
Khus Indra
Khus Indra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecinta Sastra dan Seni |\r\nPengagum pemikiran Friedrich Nietzsche | Pengkritik ulung

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kosong yang Ironi

31 Maret 2013   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:58 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bertemu waktu yang tak pasti

Melihat dua bola mata yang mati.

Bagai pisau dengan belati

Ini hampa tanpa peti.

(-)

Pelisir mata melihat lebih jauh ke hati

Menusuk semua yang bergerak seperti

"Peniti"

Menjerit tanpa keluar bunyi yang pasti.

-

Sungguh satu kata. Ironi!

-

Konon dia adalah Ruang, Tetapi

Semua bergerak menepi.

Ini kasus yang yang tidak bisa ditepi

Semua bisa menampar pipi

untuk terbangun dari mimpi.

(-)

Biarlah kau menjerit tanpa hirauan mata

Biarlah kau menderita bagai di hantam kereta

Biarlah kau tertembak oleh Senjata

Biarlah Kosong ini menjadi semakin nyata.

(-)

Lebih dalam melihat yang tak berinti

Kontemplasi bergerak terhenti

Duduk tersedu dengan rintih

Semua sedih dan meriang merintih.

(-)

Keberadaan yang ditanya tak dihiraukan

Tempat pengasingan diledakkan

Korban berjatuhan dan berusaha untuk dijatuhkan

Sadis tanpa bisa digambarkan.

(-)

Orang pinggiran melihat semua ini sebagai Renungan

Tapi dia tidak bisa mendengar dengungan

Dia hanya bisa merasakan suatu kekosongan

dan menempatkan dirinya pada suatu Bendungan

dan terjun kemudian berteriak, "Bujangan tanpa Gerangan."

-

Ibu, saya hanya mencari makna penyunyian itu

Tapi kau sudah memberikan semuanya dengan begitu

Saya hanya bisa menerima dengan menutup sebelah pintu

Tapi, kau balikkan semua ini dengan menepis sebuah kutu.

***

Maafkan, anak kecil yang hanya bisa menuntut dengan segala Hipokrisinya.

Ironi di tengah jalanan yang kosong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun