Bertemu waktu yang tak pasti
Melihat dua bola mata yang mati.
Bagai pisau dengan belati
Ini hampa tanpa peti.
(-)
Pelisir mata melihat lebih jauh ke hati
Menusuk semua yang bergerak seperti
"Peniti"
Menjerit tanpa keluar bunyi yang pasti.
-
Sungguh satu kata. Ironi!
-
Konon dia adalah Ruang, Tetapi
Semua bergerak menepi.
Ini kasus yang yang tidak bisa ditepi
Semua bisa menampar pipi
untuk terbangun dari mimpi.
(-)
Biarlah kau menjerit tanpa hirauan mata
Biarlah kau menderita bagai di hantam kereta
Biarlah kau tertembak oleh Senjata
Biarlah Kosong ini menjadi semakin nyata.
(-)
Lebih dalam melihat yang tak berinti
Kontemplasi bergerak terhenti
Duduk tersedu dengan rintih
Semua sedih dan meriang merintih.
(-)
Keberadaan yang ditanya tak dihiraukan
Tempat pengasingan diledakkan
Korban berjatuhan dan berusaha untuk dijatuhkan
Sadis tanpa bisa digambarkan.
(-)
Orang pinggiran melihat semua ini sebagai Renungan
Tapi dia tidak bisa mendengar dengungan
Dia hanya bisa merasakan suatu kekosongan
dan menempatkan dirinya pada suatu Bendungan
dan terjun kemudian berteriak, "Bujangan tanpa Gerangan."
-
Ibu, saya hanya mencari makna penyunyian itu
Tapi kau sudah memberikan semuanya dengan begitu
Saya hanya bisa menerima dengan menutup sebelah pintu
Tapi, kau balikkan semua ini dengan menepis sebuah kutu.
***
Maafkan, anak kecil yang hanya bisa menuntut dengan segala Hipokrisinya.
Ironi di tengah jalanan yang kosong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H