Pemimpin pluralis merupakan pahlawan bagi mereka ‘yang disisakan’. Mencari pemimpin seperti ini, seperti mencari jarum dalam setumpuk jerami. Pemimpin seperti ini juga harus punya keberanian ekstra untuk menghadapi kelompok yang radikal dan berusaha untuk bertindak represif terhadap ‘yang disisakan’. Ini adalah konsekuensi yang harus dijalankan. Capres 2014 sekarang seharusnya tahu akan masalah ini. Saya berharap agar mereka tidak terjebak dalam politik koalisi bagi-bagi kursi. Tetapi, membentuk koalisi yang memiliki visi yang sama untuk bersama menyelesaikan konflik-konflik horizontal seperti ini.
Kebebasan bukanlah kemewahan yang patut dinikmati, ia adalah kewajiban yang harus dipenuhi bagi sesama manusia. Dengan kebebasan pula, kemungkinan baru untuk menyelesaikan konflik dapat dicari. Dan, ini bukan pekerjaan yang mudah bagi pemimpin nanti. Masalah pluralisme hanya salah satu dari sekian ribu masalah yang ada di negeri ini. Tetapi, optimisme harus ada. Kita sudah diingatkan oleh lirik lagu lennon yang terkenal dengan nuansa perdamaian itu, “Imagine”.
Apakah dalam pemilihan presiden juli nanti, ada capres yang membahas secara detail mengenai ‘yang disisakan’ ini? Saya rasa ‘yang disisakan’ ini tetap menjadi bahan yang tersisa dari perbincangan mereka, dan bukan menjadi bahan utama. Kembali utopia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H