Mohon tunggu...
Liang Teh Surabaya
Liang Teh Surabaya Mohon Tunggu... Programmer - goenawanwst.blogspot.com

Merintis kedai Liang Teh Surabaya di salah satu Mall di Surabaya, pada akhirnya harus menyerah pada takdir. Kondisi pandemi Covid19 yang tak kunjung usai. Membuat saya menutup kedai itu. Sebetulnya sangat disayangkan, usaha rintisan ini sudah mengambil budget cukup banyak dan masih dalam kondisi merugi karena memang masih pada fase development. Banyak investasi awal untuk menaikkan omset. Tapi mau diapa, saat sedang panas panasnya menginjak pedal gas. Sekonyong - konyong Mall harus tutup, kemudian disusul dengan jatuhnya daya beli masyarakat dan ribetnya orang saat masuk mall.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Struktur Ekonomi Indonesia Perlu Diubah Mencontek China

19 Juli 2020   14:40 Diperbarui: 19 Juli 2020   14:37 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber data: goenawanwst.blogspot.com

5 Besar Saham dengan kapitalisasi saham terbesar di Bursa Efek Indonesia hanya didominasi oleh dua sektor yaitu finansial dan produk konsumsi. Di peringkat pertama ada BBCA (Bank Central Asia), dengan nilai 754 trilyun Rupiah, jauh diatas peringkat peringkat kedua BBRI (Bank Rakyat Indonesia) dengan nilai pasar 382 trilyun Rupiah.

Di peringkat ketiga ada raksasa produk konsumsi Unilever Indonesia (UNVR) dengan nilai pasar 309 trilyun Rupiah. Selanjutnya peringkat 4 ada Bank Mandiri (BMRI) 239 trilyun Rupiah. Peringkat 5 ada Raksasa Rokok PT HM Sampoerna (HMSP) 214 trilyun Rupiah.

Dominasi sektor finansial dan produk konsumsi ini bisa dilihat lebih jelas pada grafik dibawah ini.

dominasi-sektor-finansial-jpg-5f13eb18d541df427e047843.jpg
dominasi-sektor-finansial-jpg-5f13eb18d541df427e047843.jpg
Sektor Finansial mencapai porsi 48,2% dari total nilai 20 saham dengan kapitalisasi saham terbesar di BEI, selanjutnya sektor Barang Konsumsi mencapai porsi 27,8%. Kombinasi kedua sektor ini mencapai 75, 95% .

sumber: goenawanwst.blogspot.com
sumber: goenawanwst.blogspot.com
Jika kita telaah lebih detail lagi, BCA, Bank BRI dan Bank Mandiri adalah jenis bank ritel. BCA dan Bank Mandiri menguasai ritel perkotaan dengan  mengandalkan KKB (Kredit Kendaraan Bermotor) dan KPR (Kredit Perumahan Rakyat).

Sedangkan BRI lebih melayani pinjaman di pedesaan. Ketiga bank ini lebih melayani kebutuhan konsumsi rumah tangga di banding berperan sebagai bank investasi yang bisa melahirkan UMKM dan pengusaha pengusaha baru.

Di sektor barang konsumsi, baik Unilever maupun HM Sampoerna jelas lebih melayani kebutuhan domestik dan cenderung rendah teknologi dan nilai tambah. Produk produk pasta gigi, sabun dan rokok jelas tidak ditujukan untuk eksport karena kecilnya margin laba. Sedangkan produk sambal, snack, kecap, wafer, kerupuk sebetulnya adalah wilayah kekuasaan dari UMKM

Artinya Apa Bagi Perekonomian Indonesia?

Kelima raksasa Bursa Efek Indonesia ini hanya memutar uang di pasar dalam negeri. Hampir tidak ada implikasinya pada eksport. Padahal kita tahu bahwa sumber utama devisa adalah eksport. Negara - negara yang kuat secara perekonomian sangat identik dengan produk produk mereka yang mengglobal.

Amerika Serikat dengan produk makanan siap saji, film Holywood, Grammy Award, Boeing, Facebook dll. Jepang dengan industri otomotif dan elektronika. China menguasai rantai di industri dasar, kimia, baja, aluminium dan bermacam produk elektronika berharga murah.

Ekonomi nasional tanpa menghasilkan devisa yang cukup, akan selalu menjadi titik lemah, dimana sewaktu - waktu secara periodik kurs Rupiah bisa mengancam dunia usaha dan rantai pasok dunia usaha dan kebutuhan rumah tangga.

Apa salahnya mencontek China?

30 tahun yang lalu China bukanlah tandingan Amerika. Saat ini walaupun Amerika mengenakan tarif import 25% pada produk kimia dasar, baja, aluminium dan turunannya. Terbukti tidak mampu membuat Industri tersebut di China goyah. Ini adalah bukti seberapa kuat sistem ekonomi dan supply chain di Industri China.

Dengan mengandalkan konsumsi rumah tangga penduduknya yang berjumlah diatas 1 milyar. China berhasil memaksa perusahaan global memindahkan pusat manufakturing di China. Jumlah penduduk yang besar juga memastikan bahwa skala keekonomian jumlah produksi mampu menaikkan efisiensi biaya produksi dengan sistem produksi massal.

Regulasi pemerintah dan dukungan rakyat adalah syarat mutlak.

Indonesia memiliki karakteristik lebih mirip China di tahun 1990 dibanding Amerika ataupun Jepang. Tidak ada salahnya mencontek apa yang telah dilakukan China. Memang China identik dengan komunis dan masa lalu kita mengatakan komunis adalah ancaman.

Tetapi, jika komunis dianggap jahat dan berbahaya saja bisa menerima investasi asing dengan damai, masa kita yang Pancasila selalu melihat orang asing sebagai mungsuh dan sinis? Berjiwa besar itu untuk dirasakan bukan diucapkan.

Didunia ini tidak ada makan siang gratis. Artinya kita harus fair, mau duitnya ya harus mau orangnya. Jangan egois selalu curiga dan marah marah pada orang asing, seolah segala kebodohan itu disebabkan orang asing

 Sementara cara berpikir kita tidak pernah terbuka dan takut mengevaluasi diri, selalu curiga dan tidak berani berkompetisi secara fair. Maunya menang sendiri.

Selanjutnya silakan simak video di bawah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun