“Landra?”
“Ya.”
“Aku rasa baru setengahnya. Kenapa?”
“Aku membutuhkannya esok hari. Bisakah kau menyelesaikan misinya? Item itu sangat berharga untukku.”
“Hmmm baiklah. Kita lihat besok.” Cynara menutup teleponnya. Ia duduk di tempat tidurnya. Ia memandangi bingkai foto keluarganya, dan dirinya dengan Axel sedang makan es cream. dengan tanpa ekspresi ia menutup kedua bingkai tersebut. Menutup sisa-sisa masa lalunya. Dalam ketenangannya ia kembali duduk di kursi hitam dengan monitor yang terus menatapnya. Jari-jarinya kembali menari di atas keyboard hitam dengan sigapnya bola mata coklatnya mengikuti alur-alur gerak karakter utamanya. Dengan melewati malam, tubuhnya beristirahat dalam tabu. Otaknya terus menguras tenaga dalam tubuh rampingnya, namun tak menghalangi keakuratannya dalam bermain game dengan misi yang hanya bisa diselesaikan 3 hari berturut-turut itu.
Keeseokan paginya, ia mendapati dirinya masih bermain game dengan reward yang cukup menjanjikan jika berhasil. Dalam lemahnya tubuh, seseorang mengetuk pintu. Dilihatnya Louis masuk dengan makanan yang cukup banyak. Ia menaruh makanan itu diatas tempat tidur Cynara. Membawa makanan yang kemarin telah usang itu. Louis menatap Cynara dalam, matanya dengan kaca-kaca kecil mengalir melewati pipinya. Cynara menoleh dengan herannya berkata “Kenapa?”
“Tidak..” Louis beranjak keluar dengan papan makanan di tangannya. Dengan cepat ia menutup pintu dan pergi.
Cynara kembali membuat dirinya tenggelam dalam dunia yang hanya bisa di lihatnya melalui jendela monitor hitamnya. Ia tak menghiraukan tubuhnya yang telah berteriak-teriak meminta agar berhenti berkerja dalam kesenangannya. Telah 23 jam ia bermain game semenjak dirinya ditinggal pergi oleh Axel. Namun karena tujuan yang harus ia dapatkan ia bersikeras untuk menutup telinga hatinya untuk mendengarkan lolongan tubuh indahnya itu.
Keesokan harinya. Didepan pagar seorang pak pos tua yang telah tak berujung kerutnya memberikan suatu amplop coklat dengan lambang yang pasti membuat Louis berdebar-debar. Kathryn. Sebuah rumah sakit di tengah kota yang cukup besar untuk menampung seluruh orang dalam radius 5 kilometer. Ia kembali kedalam, ia duduk di ruang tamu dengan sofa kuning yang empuk. Ia perlahan membuka ujung surat tersebut. Semakin lama semakin berdebar jantungnya. Seperti derap langkah para prajurit yang hendak datang ke medan tempur. Dilihatnya lembaran putih. Dalam remangnya cahaya ia mulai membacanya dalam hati. Cynara Agatha Leonora. Umur 16 tahun. Permasalahan : radang paru, komplikasi dengan asma, penumpukan asam lambung, kinerja otak yang lemah.
Melihat itu semua, Louis ketakutan. Ia meneruskan bacanya hingga pada ujung surat putih tersebut ada catatan dari dokter Gandalf yang berisi bahwa Cynara tak akan bisa bertahan jika pola hidupnya tak di ubah dari sekarang. Tingkat kematiannya meningkat menjadi 68 persen. Kami harap anda mau membantunya.
Detik itu juga, serasa mati jantung Louis. Serasa jiwanya telah sampai di tenggorokan, serasa semua kenangan menghilang begitu saja. Seseorang yang telah ia rawat hingga kini, akan pergi mendahului dirinya. Ia lantas berlari menyusuri anak tangga, ia langsung menuju kamar Cynara. Namun ketika di depan pintu ia berpijak, ia melihat darah mengalir keluar dari bawah pintu dengan sela yang cukup untuk menampikkan sejumlah cahaya kecil.