Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berani Melawan Arus, Mengukir Masa Depan di Tengah Arus Sejarah

18 Agustus 2024   05:05 Diperbarui: 18 Agustus 2024   06:57 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:Koleksi Dok Pribadi)

Dalam setiap belokan sejarah, selalu ada yang terpinggirkan. Namun, siapa yang berani melawan arus, dialah yang mengukir masa depan. Ini bukan hanya sekadar retorika, tetapi sebuah kebenaran yang terbukti berulang kali dalam perjalanan umat manusia. Sejarah mencatat bahwa mereka yang berani menentang keadaan yang ada sering kali menjadi pendorong perubahan besar dan berkelanjutan.

Sejarah yang Ditulis oleh Pemenang

Sejarah, seperti yang sering dikatakan, ditulis oleh pemenang. Mereka yang memiliki kekuasaan dan dominasi sering kali memiliki kendali atas narasi sejarah, menentukan apa yang dicatat dan apa yang dilupakan. Dalam proses ini, mereka yang melawan arus atau menantang status quo sering kali terpinggirkan atau bahkan dihapus dari catatan sejarah.

Namun, dalam kegelapan penindasan dan marginalisasi, ada individu-individu dan kelompok-kelompok yang berani berdiri melawan arus. Mereka adalah pemikir kritis, reformator, dan revolusioner yang tidak takut menentang kekuatan yang ada. Keberanian mereka sering kali datang dengan risiko besar, tetapi pengorbanan mereka membuahkan perubahan signifikan yang mengubah arah sejarah.

Inspirasi dari Para Pemberani

Tan Malaka, seorang pejuang kemerdekaan dan pemikir revolusioner dari Indonesia, adalah salah satu contoh dari mereka yang berani melawan arus. Dalam tulisannya, Tan Malaka sering kali mengkritik keras ketidakadilan dan penindasan yang dialami oleh bangsanya. Ia tidak hanya bermimpi tentang Indonesia yang merdeka, tetapi juga berjuang untuk mencapainya dengan keberanian yang luar biasa. Pemikirannya yang tajam dan visinya yang jelas membuatnya menjadi salah satu tokoh yang berpengaruh dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Selain Tan Malaka, ada banyak tokoh lain di seluruh dunia yang juga berani melawan arus untuk menciptakan perubahan. Soekarno, misalnya, adalah seorang pemimpin yang tidak takut menentang kekuatan kolonial untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dengan pidato-pidato yang berapi-api dan visi yang jelas tentang sebuah bangsa yang merdeka dan bersatu, Soekarno menginspirasi jutaan orang untuk berdiri dan melawan penindasan.

Kartini, seorang pahlawan wanita Indonesia, juga berani melawan arus dengan memperjuangkan hak-hak perempuan di tengah masyarakat yang patriarkal. Tulisan-tulisannya yang berisi tentang emansipasi wanita dan pentingnya pendidikan bagi perempuan menunjukkan keberaniannya dalam menantang norma-norma sosial yang kaku. Kartini adalah simbol dari perjuangan hak-hak perempuan dan inspirasinya masih terasa hingga hari ini.

Melawan Arus dalam Konteks Modern

Di zaman modern, melawan arus berarti berani mempertanyakan status quo dan menantang kekuatan yang mapan. Dunia saat ini menghadapi berbagai tantangan besar yang memerlukan keberanian dan keteguhan hati untuk diatasi. Ketidakadilan sosial, perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, dan berbagai masalah lainnya adalah tantangan-tantangan yang membutuhkan keberanian untuk dihadapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun