Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketidakadilan Sosial, Penyakit Kronis yang Menggerogoti Jiwa Bangsa

17 Agustus 2024   03:41 Diperbarui: 22 Agustus 2024   12:52 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sektor swasta juga harus berperan dengan menjalankan praktik bisnis yang bertanggung jawab dan berkontribusi pada kesejahteraan sosial. Dan yang tak kalah penting, setiap individu harus menyadari peran mereka dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan merata.

Kita tidak bisa lagi hanya menjadi penonton pasif dalam drama ketidakadilan sosial. Waktunya bertindak adalah sekarang, sebelum penyakit ini membunuh semua harapan kita. 

Keadilan sosial bukan hanya cita-cita, tetapi kebutuhan mendesak yang harus kita perjuangkan bersama demi masa depan yang lebih baik bagi seluruh anak bangsa.

Ketimpangan Ekonomi dan Distribusi Kekayaan

Ketidakadilan sosial sering kali berakar pada ketimpangan ekonomi yang semakin menganga. Dalam banyak masyarakat, distribusi kekayaan yang tidak merata menciptakan jurang yang semakin dalam antara yang kaya dan yang miskin. Segelintir orang menikmati kemewahan berlimpah sementara mayoritas bergulat dengan kemiskinan yang menghancurkan.

Ketimpangan ini diperparah oleh sistem ekonomi yang sering kali bias terhadap kepentingan segelintir elit. Kebijakan pajak yang tidak adil, monopoli industri, dan praktik bisnis yang eksploitatif hanya memperparah kondisi ini. 

Akibatnya, akses terhadap sumber daya penting seperti pendidikan berkualitas, layanan kesehatan yang memadai, dan peluang pekerjaan yang layak menjadi sangat terbatas bagi sebagian besar populasi.

Pendidikan, Fondasi untuk Kesetaraan

Pendidikan adalah salah satu hak dasar yang seharusnya dapat diakses oleh setiap individu, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi. 

Sayangnya, dalam banyak kasus, pendidikan berkualitas hanya dapat dinikmati oleh mereka yang mampu membayar mahal. Sekolah-sekolah swasta elit dan universitas ternama sering kali hanya bisa diakses oleh anak-anak dari keluarga kaya, sementara sekolah-sekolah negeri yang kekurangan dana menawarkan kualitas pendidikan yang jauh lebih rendah.

Ketimpangan dalam akses pendidikan ini menciptakan siklus ketidakadilan yang sulit diputus. Anak-anak dari keluarga miskin tidak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang dan meraih masa depan yang lebih baik. Mereka terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang terus berulang dari generasi ke generasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun