Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Fenomena Kotak Kosong, Ancaman Serius bagi Demokrasi

16 Agustus 2024   01:14 Diperbarui: 17 Agustus 2024   11:02 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kotak Suara Pemilu. (Foto: KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN)

Program pendidikan politik dapat dilaksanakan melalui berbagai saluran, termasuk sekolah, media, dan organisasi masyarakat. Ini dapat mencakup informasi tentang bagaimana proses pemilihan bekerja, bagaimana menilai kandidat, dan bagaimana berpartisipasi secara aktif dalam proses politik.

Mendorong reformasi dalam sistem pemilu untuk memastikan proses yang lebih transparan dan adil. Ini termasuk regulasi yang menghindari dominasi satu kelompok atau koalisi tertentu. 

Reformasi pemilu dapat mencakup berbagai aspek, mulai dari penetapan batasan dana kampanye, akses media yang adil, hingga mekanisme pengawasan independen untuk memastikan integritas proses pemilu, termasuk penghapusan calon tunggal, dengan menerapkan minimal dua pasang calon.

Reformasi pemilu yang efektif memerlukan komitmen dari semua pihak terkait, termasuk pemerintah, partai politik, dan masyarakat sipil. Ini juga memerlukan kerangka hukum yang kuat dan lembaga yang berfungsi dengan baik untuk menegakkan aturan.

Dampak Sosial dari Fenomena Kotak Kosong

Fenomena kotak kosong dalam Pilkada dapat menyebabkan polarisasi sosial yang tajam. Ketika rakyat merasa bahwa pilihan mereka tidak berarti, dan mereka tidak benar-benar memiliki pilihan, dan bahwa sistem politik tidak adil.

Hal ini dapat memicu ketegangan dalam masyarakat. Polarisasi sosial ini dapat memperburuk konflik dan menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk dialog dan kerja sama.

Ketika rakyat merasa bahwa suara mereka tidak berpengaruh, mereka mungkin memilih untuk tidak berpartisipasi dalam proses politik. Ini dapat mengakibatkan penurunan partisipasi pemilih dan melemahkan legitimasi pemerintah yang terpilih. 

Partisipasi politik yang rendah juga dapat mengurangi keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan dan menghambat perkembangan demokrasi yang sehat.

Media memiliki peran penting dalam mempengaruhi persepsi publik tentang fenomena kotak kosong dalam Pilkada. Media dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang isu ini dan memberikan platform untuk diskusi yang lebih luas. Namun, media juga dapat memperkuat narasi tertentu yang mendukung atau menentang dominasi koalisi besar, tergantung pada kepentingan mereka.

Mencegah Kotak Kosong

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun