Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Fenomena Kotak Kosong, Ancaman Serius bagi Demokrasi

16 Agustus 2024   01:14 Diperbarui: 16 Agustus 2024   01:33 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber:Koleksi Dok Pribadi)

Fenomena melawan kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) di berbagai daerah menjelang pemilu mencerminkan dinamika politik yang memprihatinkan. Ketika calon yang diusung oleh koalisi besar atau tenda besar memenangkan pemilihan, kemenangan tersebut adalah kemenangan bagi koalisi itu sendiri. 

Namun, jika kotak kosong yang menang, penjabat (PJ) yang ditunjuk oleh penguasa yang dikuasai oleh koalisi besar itulah yang akan menjabat. Dalam situasi ini, rakyat sesungguhnya tidak memiliki pilihan nyata. Ini adalah masalah yang sangat serius karena intinya adalah bahwa rakyat tidak memiliki pilihan yang sebenarnya, yang menang tetap tenda besar, baik itu calon yang menang atau kotak kosong yang menang.

Aspek Demokrasi yang Terganggu

Kepercayaan publik terhadap sistem politik adalah salah satu pilar utama demokrasi. Ketika rakyat merasa bahwa mereka tidak memiliki pilihan yang berarti, kepercayaan mereka terhadap sistem politik dan demokrasi akan terkikis. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpuasan yang mendalam dan apatisme politik. Rakyat mungkin merasa bahwa suara mereka tidak dihargai dan hasil pemilihan sudah ditentukan sebelumnya.

Kepercayaan publik yang menurun terhadap proses demokrasi dapat berujung pada konsekuensi serius, termasuk penurunan partisipasi pemilih, meningkatnya ketidakpuasan sosial, dan bahkan potensi konflik. Ketika orang merasa bahwa suara mereka tidak berpengaruh, mereka mungkin memilih untuk tidak berpartisipasi dalam proses politik sama sekali, yang pada gilirannya dapat memperlemah legitimasi pemerintah yang terpilih.

Dominasi koalisi besar dalam proses politik dapat memperkuat kekuasaan kelompok tertentu dan menghambat kemunculan alternatif yang sehat dan inovatif. Hal ini dapat mengarah pada pemerintahan yang kurang responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi rakyat.

Ketika satu kelompok atau koalisi mengendalikan proses politik, mereka dapat memonopoli sumber daya, mempengaruhi kebijakan, dan menghambat oposisi. Ini dapat menciptakan situasi di mana pemerintah tidak lagi akuntabel kepada rakyat, tetapi lebih akuntabel kepada koalisi yang berkuasa.

Seorang penjabat yang ditunjuk oleh koalisi besar mungkin tidak memiliki legitimasi di mata rakyat. Ini dapat mengurangi efektivitas pemerintahan dan memperburuk ketidakpuasan publik. Legitimasi adalah elemen penting dalam pemerintahan yang efektif, tanpa itu, pemimpin mungkin menghadapi tantangan dalam mengimplementasikan kebijakan dan menjaga stabilitas sosial.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Memberikan dukungan kepada partai politik kecil agar mereka memiliki kesempatan yang lebih adil dalam berkompetisi. Ini dapat menciptakan dinamika politik yang lebih seimbang dan memberikan rakyat pilihan yang lebih beragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun