Andi merasa sangat bahagia dan bersyukur. Ia tahu bahwa ini baru permulaan dari perjalanan panjang menuju karier sebagai pilot profesional, tetapi ia sudah melangkah dengan pasti. Setelah menyelesaikan pelatihan dasar dan mendapatkan lisensi pilotnya, Andi melanjutkan pendidikan untuk mendapatkan lisensi pilot komersial. Ia terus belajar dan berlatih dengan tekun, sambil menjalani jam terbang yang diperlukan.
Namun, kehidupan tidak selalu mulus. Selama masa pelatihannya, Andi menghadapi banyak tantangan. Ada saat-saat di mana ia merasa lelah dan frustasi, terutama ketika menghadapi kesulitan teknis atau ketika ia harus menghadapi cuaca buruk selama latihan terbang. Tetapi setiap kali ia merasa down, Andi selalu mengingatkan dirinya sendiri akan mimpinya dan semua pengorbanan yang telah ia lakukan untuk mencapai titik ini.
Suatu hari, Andi menerima kabar buruk. Ayahnya, Pak Sarman, jatuh sakit dan membutuhkan perawatan medis yang serius. Berita ini membuat Andi sangat sedih dan khawatir. Ia segera pulang ke desa untuk menemui ayahnya. Di rumah, ia menemukan ayahnya terbaring lemah di tempat tidur. Meskipun demikian, Pak Sarman tetap tersenyum dan menyambut anaknya dengan hangat.
"Kamu sudah sampai di mana sekarang, Nak?" tanya Pak Sarman dengan suara lemah.
Andi menceritakan tentang kemajuan pendidikannya dan bagaimana ia telah berhasil melakukan penerbangan solo pertamanya. Mata Pak Sarman bersinar bangga mendengar cerita anaknya. Meskipun dalam kondisi sakit, ia merasa bahagia melihat anaknya mendekati impian yang pernah dianggap mustahil oleh banyak orang.
Namun, kondisi Pak Sarman semakin memburuk. Biaya perawatan medis yang mahal membuat Andi dan keluarganya semakin terdesak. Mereka harus menjual sebagian tanah sawah untuk membiayai pengobatan. Andi merasa sangat bersalah karena tidak bisa membantu lebih banyak. Ia bahkan mempertimbangkan untuk berhenti dari sekolah penerbangan dan mencari pekerjaan untuk membantu keluarganya.
Tetapi, Pak Sarman dengan tegas menolak ide tersebut. "Jangan menyerah pada mimpimu, Andi," katanya. "Kamu sudah berjuang sejauh ini. Kami bangga padamu, dan ayah ingin melihatmu berhasil."
Kata-kata itu memberikan semangat baru bagi Andi. Ia kembali ke sekolah penerbangan dengan tekad yang lebih kuat. Andi berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan lulus dan menjadi pilot profesional, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk menghormati perjuangan dan pengorbanan orang tuanya.
Setelah menyelesaikan semua pelatihan dan ujian, Andi akhirnya mendapatkan lisensi pilot komersial. Ini adalah pencapaian besar yang telah ia impikan sejak kecil. Dengan lisensi ini, Andi mulai melamar pekerjaan di berbagai maskapai penerbangan. Meskipun persaingan sangat ketat, Andi tidak menyerah. Ia terus mengirimkan lamaran dan mengikuti wawancara dengan keyakinan bahwa suatu hari kesempatan akan datang.
Dan kesempatan itu akhirnya datang. Andi diterima sebagai co-pilot di sebuah maskapai penerbangan nasional. Hari pertamanya bekerja adalah momen yang sangat berharga. Ia mengenakan seragam pilot dengan bangga dan memasuki kokpit pesawat komersial untuk pertama kalinya sebagai bagian dari kru resmi. Meski posisinya sebagai co-pilot, Andi merasa sangat bangga bisa mencapai titik ini.
Pada penerbangan perdananya sebagai co-pilot, Andi merasa campuran antara kegembiraan dan tanggung jawab besar. Ia mengingat semua yang telah diajarkan oleh para instrukturnya, termasuk Kapten Rudi, tentang pentingnya keselamatan dan profesionalisme. Bersama kapten yang berpengalaman, Andi menerbangkan pesawat dengan aman dan berhasil mendarat dengan mulus di tujuan.