Lila selalu duduk di barisan depan, menyerap setiap kata yang diucapkan ayahnya. Ia tidak hanya tertarik pada sains, tetapi juga pada cerita-cerita mitologis yang mengiringi gerhana. Neneknya sering bercerita tentang bagaimana nenek moyang mereka percaya bahwa gerhana adalah pertanda perubahan besar. "Gerhana Matahari dapat membawa keberuntungan atau bencana, kepada manusia" kata Nenek. "Itu tergantung pada bagaimana kita menghadapinya."
Penduduk desa mulai mempersiapkan perayaan untuk menyambut gerhana. Mereka membuat kue-kue tradisional, menyiapkan alat musik, dan bahkan merancang tarian khusus yang akan dilakukan saat gerhana berlangsung. Pak Bimo, sebagai pemimpin informal desa, memastikan bahwa semua orang memahami pentingnya keselamatan saat menyaksikan gerhana. Ia membagikan kacamata pelindung dan memberikan instruksi tentang cara menggunakannya dengan benar.
Hari Gerhana
Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Matahari pagi bersinar cerah, memberikan suasana yang hangat dan menyenangkan. Penduduk desa mulai berkumpul di lapangan utama sejak pagi. Mereka membawa tikar, makanan, dan minuman untuk piknik sambil menunggu gerhana. Anak-anak berlari-lari dengan riang, sementara orang dewasa berbincang-bincang dengan penuh antisipasi.
Pak Bimo berdiri di tengah kerumunan, memberikan penjelasan terakhir tentang apa yang akan terjadi. "Ingat, jangan melihat langsung ke Matahari tanpa kacamata pelindung," katanya dengan tegas. "Gerhana akan berlangsung sekitar tiga menit, jadi manfaatkan waktu itu sebaik mungkin."
Ketika bayangan Bulan mulai menutupi Matahari, suasana berubah secara dramatis. Suhu mulai turun, dan langit perlahan-lahan berubah menjadi gelap. Para penduduk, yang awalnya riuh dengan suara percakapan dan tawa, tiba-tiba terdiam. Mereka memandang ke langit dengan penuh kekaguman, menyaksikan keajaiban alam yang sedang berlangsung di atas mereka.
Lila berdiri di samping ayahnya, memegang tangannya erat-erat. Melalui kacamata pelindungnya, ia melihat korona matahari yang mempesona. Cahaya keemasan yang mengelilingi kegelapan Bulan membuatnya terpesona. "Ayah, ini benar-benar ajaib," bisiknya.
Pak Bimo tersenyum dan merangkul putrinya. "Ini adalah salah satu keajaiban alam yang luar biasa, Lila. Kita sangat beruntung bisa menyaksikannya."
Selama beberapa menit, desa Cahaya Lintang tenggelam dalam kegelapan yang magis. Para penduduk, yang biasanya sibuk dengan pekerjaan sehari-hari, terhenti sejenak untuk merasakan keheningan yang jarang mereka alami. Ada rasa kebersamaan yang mendalam, seolah-olah mereka semua adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Setelah beberapa saat, cahaya matahari perlahan kembali, mengusir kegelapan dan menghangatkan desa sekali lagi. Para penduduk bersorak gembira, merasa seolah-olah mereka benar-benar telah mengusir naga itu. Lila memeluk ayahnya erat-erat, merasakan kehangatan dan kebahagiaan yang mendalam.
Pasca Gerhana