[caption caption="Pintu Masuk Pasar Gede Solo (dok. pribadi)"][/caption]Berlibur dengan mengunjungi suatu kota serta menikmati keindahan kota dan keramahan penduduknya akan menjadikan liburan kita terasa sangat berkesan. Terlebih jika kita juga sempat menikmati kelezatan kulinernya. Sebab tak lengkap rasanya jika kita berkunjung ke suatu kota tapi tak sempat mencicipi keragaman kulinernya. Seperti saat kami berlibur ke kota Solo misalnya.
Solo atau Surakarta merupakan salah satu tujuan wisata fovorit di Jawa Tengah, karena Solo memiliki keaneka ragaman wisata sejarah, wisata seni dan budaya, wisata belanja hingga keragaman kulinernya yang menggoda. Di kota Solo inilah kita bisa mengenang sejarah masa lalu dan masa kini yang dibalut dalam modernisasi yang berjalan selaras tanpa menghilangkan cirri khas budaya Jawa yang kental yang melekat pada masyarakatnya. Tak salah jika kota tersebut memiliki slogan The Spirit of Java.
Bagi pecinta kuliner, Solo juga terkenal sebagai salah satu surganya kuliner di tanah Jawa. Berbagai makanan lezat nan eksotis, serta jajanan dan minuman khas ada disini, dan siap memanjakan lidah kita. Untuk bisa menikmati kuliner kota Solo, waktu sehari rasanya tidak akan cukup saking banyaknya kuliner yang ada. Dan petualangan kami menikmati kelezatan kuliner kota Solo dimulai dari Pasar Gede. Kaget dengar kata pasar? Ingat, kuliner yang menggoda lidah tidak hanya ada di restoran mahal, tapi ada juga di pojok-pojok pasar seperti Pasar Gede.
Pasar Gede (lengkapnya Pasar Gede Hardjonagoro) atau Sar Gede merupakan pasar terbesar di kota Solo. Lokasinya juga berada di tengah kota, dan berdekatan dengan Balaikota Surakarta. Tak beda dengan pasar tradisional pada umumnya, di pasar yang dirancang oleh arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten ini kita bisa menemukan aneka makanan, sayuran, dan buah-buahan segar dengan kualitas bagus. Pasar ini juga menyediakan hampir semua kebutuhan pokok hingga kebutuhan dapur. Diantara pedagang inilah kita bisa menikmati kelezatan kuliner khas kota Bengawan, diantaranya :
Lenjongan Yu Sum
Lenjongan adalah kumpulan jajanan pasar khas kota Solo. Sedangkan Yu Sum (lengkapnya Suminem) merupakan nama salah satu penjual lenjongan yang terkenal di Pasar Gede karena memiliki jajanan yang komplit. Adapun jajanan yang dijual seperti : tiwul, getuk, sawut, klepon, ketan hitam, ketan putih, cenil, grontol, wajik, jadah blondo, gatot, gendar, jenang, dan mash banyak lagi. Semua jajanan tersebut bisa kita nikmati dengan parutan kelapa maupun dengan gula (gula putih halus maupun gula merah cair). Selain aneka jajanan tradisional itu, lenjongan Yu Sum juga menjual brambang asem.
Brambang asem merupakan salah satu kuliner khas Solo yang berbahan dasar daun ketela rambat yang masih muda. Namun kekuatan sejati brambang asem bukan terletak pada rasa daun ubi jalarnya, melainkan sambalnya. Sambal brambang asem dibuat dari bawang merah (brambang = bahasa Jawa) yang dibakar, asam, gula merah, garam, terasi dan cabai. Jadi dilidah terasa pedas, asam, manis, asin namun sungguh sedaaap. Untuk semakin menambah cita rasa lezatnya, brambang asem ini dimakan dengan lauk tempe gembus bacem. Soal harga jangan kuatir, semua dijamin murah. Aneka jajanan pasar ini bisa kita nikmati dengan merogoh kocek sebesar Rp. 4.000,- per pincuk/bungkus, sedangkan brambang asem dengan tempe gembus bacem bisa kita nikmati dengan harga Rp. 3.000,- per bungkus/pincuk.
Dawet Telasih Bu Dermi
[caption caption="Papan nama Dawet Telasih Bu Dermi (dok.pribadi)"]
Puas menikmati lenjongan dan brambang asem Yu Sum, saatnya kita menikmati dessert ala Solo. Masih di dalam Pasar Gede, berjalanlah ke arah utara, maka kita bisa menemukan Dawet Telasih Bu Dermi. Dawet telasih merupakan salah satu minuman khas kota Solo. Dinamakan dawet telasih karena dawet ini menggunakan campuran biji selasih sebagai ciri khasnya. Selain biji selasih, dawet ini juga berisikan cendol hijau alami dari daun suji, jenang sumsum, ketan hitam, tape ketan, dan irisan buah nangka. Semua bahan-bahan tersebut ditaruh didalam mangkok keramik kecil, dan disiram kuah santan encer dan santan kental serta gula merah cair. Bagi yang suka dingin, akan ditambah pecahan es batu kedalam mangkok dawet. Dawet telasih bu Dermi ini konon sudah jualan dari tahun 1930-an. Agar tetap enak rasanya, resep dawet ini diwariskan secara turun temurun hingga saat ini merupakan generasi ketiga. Saking enak dan melegendanya, dawet telasih Bu Dermi juga menjadi langganan beberapa artis dan pejabat saat singgah ke kota Solo. Untuk menikmati kesegaran dawet telasih ini, kita harus merogoh kocek sebesar Rp. 8.000,- per mangkok (agak mahal sih memang).Selain dawet telasih, tempat ini juga menyediakan minuman lain yakni Gempol Pleret.
[caption caption="Penjual dawet telasih bu dermi generasi ke 3 (dok.pribadi)"]
[caption caption="Nikmati dawet telasih bu Dermi (dok.pribadi)"]
Bagaimana, penasaran kan dengan kelezatan kuliner khas Solo? Buktikan sendiri deh bagaimana kelezatannya jika nanti anda ke Solo. Selain kuliner di atas, di Pasar Gede ini pula kita bisa menikmati kuliner khas kota Solo yang lain seperti nasi liwet, timlo, cabuk rambak, dan tahok. Bagaimana bentuk dan rasanya? Monggo tindhak datheng Solo!
Bersambung . . .
Â
Note :
Semua harga yang tertera di atas merupakan harga saat kami ke sana libur natal dan tahun baru 2016 kemarin. Semua foto merupakan dokumentasi pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H