Mohon tunggu...
Genoveva Tersiandini
Genoveva Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - penggemar wisata dan kuliner

Pensiunan pengajar di sebuah sekolah internasional.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kyoto: Kiyumizu-dera, Yasaka Pagoda, Kyoto Palace dan Kinkaku-ji Temple

3 Agustus 2023   23:05 Diperbarui: 8 Agustus 2023   00:46 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toko Souvenir dan oleh-oleh (foto: dok pribadi)

Kyoto mendapat julukan sebagai kota seribu kuil. Jadi tidak heran jika salah satu tujuan wisata yang ditawarkan adalah mengunjungi berbagai macam kuil. Terus terang jika harus mengunjungi kuil-kuil yang ada di sana satu per satu, tentu melelahkan dan membosankan (untuk saya). Oleh karena itu, saat berada di Kyoto, hanya beberapa kuil saja yang masuk dalam daftar tempat-tempat yang patut dikunjungi. 

Di tulisan sebelumnya saya bercerita tentang perjalanan saya ke Gion district yang tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Ketika pergi ke Kiyuzu-dera saya tidak memiliki ekspektasi apa-apa. 

Saat teman saya dan saya turun dari bus di daerah Higashimaya, kami sempat kehilangan arah karena kami berpegang pada google map yang tenyata justru membuat kami agak tersesat. Beruntung kami bertemu dengan salah satu penduduk lokal yang dengan baik hati menunjukkan arah yang benar. Tidak hanya menunjukkan arah, dia malah mengantar kami. 

Orang-orang Jepang yang kami temui selama kami di sana sangat ramah dan membantu. Mereka bahkan tidak keberatan harus ketinggalan bus karena dengan tulus ingin membantu. 

Mengikuti arahan yang diberikan, kami melanjutkan perjalanan kami dan akhirnya menemukan tempat yang kami cari. Sebenarnya tempat tersebut tidak jauh dari tempat di mana kami turun dari bus, tetapi karena letaknya di seberang jalan dan google map menunjukkan arah yang berbeda maka kami pun berjalan menjauh sehingga membuat kami bingung. Untung kami bertemu dengan ibu muda yang menjadi penyelamat kami.

Pagi itu hujan turun rintik-rintik sehingga udaranya sejuk dan tidak panas seperti hari-hari sebelumnya. Nyaman sekali (bagi saya), karena saya memang menyukai udara dingin dan juga hujan. Aneh? Mungkin. Hujan yang awalnya berupa gerimis, lama kelamaan menjadi agak deras. Tak membawa payung, saya pun mengeluarkan jaket saya ... lumayan untuk menahan hujan, asal jangan turun hujan deras saja.

Kami pun menapaki jalan menuju Kiyumizu-dera, nah di sini baru saya mendapatkan suasana seperti di foto-foto yang biasa ditemukan di internet, brosur wisata atau majalah. 

Terus terang daerah ini jauh lebih indah daripada Gion (kalau menurut saya). Di kiri dan kanan jalan berjejer toko-toko souvernir, oleh-oleh, dan restoran. Bangunan-bangunan mungil yang berejer di sepanjang jalan nampak indah, apalagi jika kita lihat dari atas atau bawah. Pokoknya keren. 

Akhirnya kami sampai di Kiyumizu-dera. Dari bawah kita dapat melihat bangunan berwarna jingga yang berdiri kokoh. Untuk sampai ke bangunan tersebut kita harus menaiki beberapa anak tangga. Jumlah pengunjung sudah cukup banyak padahal hari masih pagi. 

Ada beberapa rombongan murid sekolah yang juga mengunjungi tempat tersebut. Di belakang bangunan jingga tersebut terdapat bangunan kuil yang berwarna hitam. Untuk masuk ke dalam kuil, kita harus membeli tiket lebih dahulu, namun antreannya cukup panjang ... jadi kami putuskan untuk melihat-lihat saja dari luar.

Jalan menuju temple (foto: dok pribadi)
Jalan menuju temple (foto: dok pribadi)

Gerbang menuju temple (foto: dok pribadi0
Gerbang menuju temple (foto: dok pribadi0

Rombongan murid sekolah yang mengantre tiket (foto: dok pribadi)
Rombongan murid sekolah yang mengantre tiket (foto: dok pribadi)

Sekitar jam 10-an jumlah pengunjung yang datang semakin banyak, kami pun segera pergi dari sana dan melihat-lihat barang-barang yang dijajakan di sepanjang jalan tersebut. Kami tidak kembali melalui jalan yang kami lewati saat kami tiba. Kami memilih jalan lain dan menuruni anak tangga yang akan membawa kami ke jalan besar. Pemandangannya lebih menarik. Jalan yang kami lalui lebih sempit tetapi justru pemandangannya lebih indah dan unik. 

Saya sempat berhenti untuk membeli makanan yang dijajakan di salah satu toko. Saya duduk di sebuah bangku di depan toko sambil menikmati makanan yang saya beli. Sebelum meninggalkan kawasan Higashiyama, kami sempatkan diri untuk mengunjungi Yasaka Pagoda. 

Banyak orang mengambil foto di depan pagoda tersebut, ada juga yang mengenakan kimono. Saya juga melihat sepasang kekasih berpakaian kimono sedang mengambil foto (mungkin foto prewed) di jalan dengan latar belakang pagoda. Sebenarnya saya ingin mengambil foto mereka tapi takut mereka keberatan, akhirnya saya hanya berani mengambil foto mereka dari belakang saja. 

Toko Souvenir dan oleh-oleh (foto: dok pribadi)
Toko Souvenir dan oleh-oleh (foto: dok pribadi)

rumah-rumah mungil yang unik (foto: dok pribadi)
rumah-rumah mungil yang unik (foto: dok pribadi)

Yasaka Pagoda (foto: dok pribadi)
Yasaka Pagoda (foto: dok pribadi)
Dari Higashiyama perjalanan kami lanjutkan menuju Kyoto Imperial Palace. Letak gerbang menuju istana tersebut tidak jauh dari pemberhentian bus. Saat masuk kami kagum karena tempat ini sangat luas. Sayangnya ketika kami ke sana, tempat ini tidak dibuka untuk umum jadi kami hanya bisa menikmati bangunan dari luar dan menikmati taman yang luas dan berada di halaman luar istana. 

Gerimis yang turun di pagi hari sudah berhenti dan panas matahari mulai menyengat. Tidak lama kami di sana karena sebentar lagi makan siang dan teman saya ingin mengunjungi Islamic Centre karena dia ingin sholat di sana. 

Saat dia sholat, saya berjalan-jalan di sekitar tempat itu. Tidak jauh dari sana ternyata ada Kyoto University. Saya iseng saja berjalan tanpa tujuan jelas untuk membunuh waktu sampai akhirnya menemukan sebuah toko swalayan. Saya pun mampir ke toko swalayan tersebut untuk mencari buah, karena persediaan buah  saya sudah habis. Saya pun membeli buah peach yang nampaknya sedang musim karena saat itu bisa dengan mudah didapatkan Hampir setengah jam saya berkeliling , saya harus segera kembali menemui teman saya. 

Saat saya tiba di dekat Islamic Centre, teman saya sudah ada di tepi jalan sedang berbincang dengan sepasang suami istri yang rupanya berasal dari Malaysia. Setelah perpamitan memutuskan untuk kembali ke hotel dan beristirahat.

Pintu masuk menuju Istana (foto: dok pribadi)
Pintu masuk menuju Istana (foto: dok pribadi)
Sore hari gerimis turun kembali, tetapi kami tetap pergi menuju Kinkaku-ji Temple. Ketika tiba di kuil tersebut hujan turun semakin deras, tapi hal itu tidak menyurutkan minat para pengunjung untuk tetap mengunjungi kuil itu. 

Ketika akhirnya tiba di Kinkaku-ji Temple yang terletak di tepi danau, sudah banyak orang berfoto-foto dengan latar belakang kuil tersebut. Kami harus bersabar menunggu gilliran supaya dapat berfoto di situ tanpa ada orang lain di latar belakang. Di bawah guyuran hujan kuil yang dilapisi emas dan seolah berdiri di atas air tersebut nampak indah. 

Menurut beberapa laman di internet yang saya baca, waktu yang paling baik untuk mengunjungi kuil ini adalah sebelum matahari terbenam saat kuil tersebut disinari oleh sinar matahari. 

Saat itu saya hanya bisa membayangkan bagaimana indahnya kuil tersebut saat disinari oleh sinar matahari. Pasti emasnya akan berkilau indah saat terkena sinar matahari. Apalagi ketika musim gugur saat daun-daun berubah warnanya. Pasti indah sekali perpaduan antara  dedaunan yang berwarna kuning merah dengan kilauan emas yang berasal dari kuil tersebut. Semoga bisa kembali lagi dan tidak pada saat musim panas.

Kinkaku-ji Temple (foto: dok pribadi)
Kinkaku-ji Temple (foto: dok pribadi)

Kinkaku-ji Temple dari dekat (foto: dok pribadi)
Kinkaku-ji Temple dari dekat (foto: dok pribadi)
Puas berkeliling di sekitar kuil, kami memutuskan untuk  segera kembali ke hotel. Jam sudah menunjukkan saat makan malam. Malam itu saya makan sendirian karena teman saya malam itu tidak mau makan di luar.  Saya pun mencari makan di sekitar Kyoto Station karena memang dekat dengan hotel. 

Kali ini pilihan saya adalah restoran ramen karena saat saya lihat dari luar, di tempat tersebut belum ada banyak orang  jadi tidak perlu mengantre dan menunggu lama untuk bisa makan di situ. 

Setelah memesan pesanan saya di mesin dan membayarnya, saya pun dipersilakan duduk. Tidak sampai lima menit makanan yang saya pesan pun tiba. Ketika melihat mangkuknya ... waduh besar sekali. Awalnya saya tidak yakin bisa menghabiskannya, tap ternyata ... habis juga karena memang rasanya enak dan ternyata porsinya tidak besar, selain itu ada faktor lapar juga. Setelah kenyang, saya pun segera kembali ke hotel untuk membersihkan diri dan beristirahat karena keesokan harinya kami akan pindah ke kota lain.

gmt03/08/23

sumber foto: milik pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun