Setelah puas berbincang dengan 'mama' pemilik warung kami melanjutkan perjalanan. Tapi sebelumnya kami mencari kamar kecil dulu dan kami mampir di sebuah sekolah. Ketika kami tiba di sana, sekolah yang hanya memiliki 36 murid itu kosong. Hanya ada satu guru dan satu tenaga TU di sana. Kemana murid-muridnya? Rupanya mereka sedang mengambil air di sumur. Daerah ini memang susah air, jadi mereka harus mengambil air di tempat yang cukup jauh.Â
Dari sekolah, kami melanjutkan perjalanan menuju air terjun Waimarang. Sama seperti sebelumnya, pemandangan yang dapat kita nikmati adalah bukit-bukit gersang namun menawan. Sesampai di parkiran air terjun, kami langsung berganti pakaian karena kami ingin bermain air di air terjun. Perjalanan dari parkiran menuju air terjun sekitar 30 menit (trekking), medannya mudah karena jalannya menurun dan ada bonus di sana sini. Nah kalau sudah menurun begini maka perjalanan kembali ke parkiran yang harus dipikirkan karena akan menanjak tajam.Â
Air terjun ini dikelilingi tebing. Kolamnya berwarna hijau tosca dan tidak dalam. Air terjunnya tidak tinggi tapi tetap bagus dan airnya dingin. Secara pribadi saya merasa air terjun ini biasa saja apalagi jika dibandingkan dengan air terjun Tanggedu yang kami kunjungi hari sebelumnya. Tapi tetap saja indah. Di sini kita bisa mencebur dan berenang di kolam. Saat berenang di kolam, kami merasa bahwa curahan air terjun semakin kecil, tidak sederas saat kami pertama kali nyemplung. Heran juga, entah apa penyebabnya. Setelah puas berenang dan berfoto-foto, kami pun akhirnya naik. Lumayan juga naiknya karena hampir sebagian trek menanjak terus.
Tiba di parkiran kami langsung mandi dan kemudian makan siang. Di sana kita juga bisa membeli kelapa muda. Setelah makan perjalanan kami lanjutkan menuju pantai Walakiri. Di tempat ini ada pohon mangrove yang sering dijadikan spot foto saat matahari terbenam.Â
Saat turun dari mobil, kami mendengar musik di kejauhan. Badan ini langsung bergoyang.Tidak jauh dari tempat kami memarkir mobil, kami melihat ada sekelompok orang sedang menari dalam lingkaran. Tanpa sungkan kami pun menuju ke sana dan bergabung dengan mereka. What a trip. Menari bersama dengan penduduk lokal dan pengunjung lain, istimewa sekali rasanya.
Salah seorang teman segera mengajak kami pergi ke pantai sebelum pantai menjadi ramai saat matahari terbenam. Kami pun segera menuju pantai dan sesi foto pun dimulai. Kami beruntung karena belum banyak orang yang berkumpul di sana sehingga pantai seolah milik kami karena kami bebas mengambil gambar tanpa ada 'kebocoran'. Suasana sunset di sana indah sekali. Namun, menurut teman yang pernah ke sana tahun 2016, jumlah pohon mangrove yang biasa digunakan untuk berfoto semakin berkurang. Sekarang tinggal tersisa dua atau tiga saja. Kalau memang benar, sayang sekali. Seharusnya pohon-pohon tersebut dirawat dengan baik.