Kebetulan salah satu staf Pak Choi dan ibu Lee baru saja kembali dari pulau Nias dan dia membawakan duku. Ibu Lee membagikan duku kepada kami, disangkanya kami tidak tahu dan belum pernah melihat duku. Waktu saya katakan 'duku' dia heran dan berkata 'oh sudah tahu duku ya ...'. Rupanya anak-anak asuhnya belum pernah melihat dan mencoba duku, demikian juga Alfons pemandu kami. Jadi itu pertama kali mereka mencoba duku dan nampaknya mereka suka karena memang dukunya enak dan manis.
Setelah mereka pulang, kami masih tinggal di restoran tersebut dan tak lama kemudian ada 'live music'. Kebetulan sekali lagu-lagu yang dinyanyikan tidak asing bagi kami, jadi kami memutuskan untuk tinggal lebih lama dan ikut serta bersenandung. Bahkan kami pun menari . Karena kami duduk di luar (out door), kami bebas menari sepuasnya. Sementara pengunjung yang lain hanya duduk manis sambil menikmati makanan mereka. Alfons sampai malu melihat tingkah kami. Menurutnya ini kali pertama dia membawa tamu yang tidak punya malu seperti kami. Ketika kami tepuk tangan saat satu lagu selesai dinyanyikan dia kelihatan malu, dia mengatakan kalau hal tersebut tidak pernah terjadi di Sumba. Aduh ... itu adalah bentuk apresiasi kami terhadap penyanyi yang sudah melantunkan lagu dengan baik. Dia bahkan menyanyikan beberapa lagu permintaan kami. Tapi kami tidak peduli :)
Mengingat hari sudah semakin malam, akhirnya kami putuskan untuk kembali ke kota untuk check in di hotel. Kami benar-benar perlu membersihkan diri. Kami juga perlu beristirahat. Esok hari kami masih akan melakukan perjalanan panjang lagi. Perjalanan selanjutnya akan saya ceritakan di bagian lain.
gmt 22/7/22
foto-foto: koleksi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H