"Ya, ada, dong!" jawab Lisa sambil menjentikkan jarinya.
"Coba sebutkan!" pintaku sambil mencondongkan badanku ke arahnya. Aku benar-benar tertarik dengan ucapan Lisa.
"Mari kita buat daftarnya dan setelah itu kita bisa menuliskan laporannya untuk tugas kita," kata Lisa.
Aku mengambil buku catatan dan penaku lalu bersiap-siap untuk menuliskan apa yang diucapkan oleh Lisa.
"Yang pertama kita perlu mengetahui dulu apa arti pahlawan. Nah, yang disebut pahlawan itu tidak hanya berjasa dalam membela negara kita tetapi boleh juga menyebutkan bahwa pahlawan adalah orang yang berjasa dalam hidup kita," jelas Lisa.
Aku mencatat semua yang diucapkan oleh Lisa. Namun karena dia berbicara terlalu cepat, aku mengambil ponselku dan meminta Lisa mengulangi lagi ucapannya supaya aku dapat merekamnya dengan ponsel. Lisa sempat protes karena dia tidak suka mendengar suaranya sendiri yang direkam. Seperti orang kena sakit flu, katanya. Namun aku meyakinkannya bahwa suaranya benar-benar merdu seperti artis favoritku.Â
"Baiklah," kata Lisa setelah aku membujuk-bujuknya dan berjanji akan mentraktirnya makan di resto kesukaannya.
"Pahlawan yang pertama adalah orang tua kita. Mereka merawat, membimbing, dan membesarkan kita hingga kita bisa seperti saat ini," kata Lisa.
"Oh, jadi orang yang berjasa seperti itu maksudnya. Kalau begitu dokter, perawat, dan guru juga termasuk pahlawan, ya," gumamku sambil mencoret-coret buku catatanku.
"Iya betul! Ayo tuliskan!" perintah Lisa.
"Oke! Lalu, siapa lagi?" tanyaku.