Namaku Mimosa pudica. Ingat, ya, dengan huruf p kecil, karena namaku adalah nama Latin. Arti namaku adalah bunga putri malu. Tapi tentu saja sebenarnya aku ini bukanlah tanaman pemalu seperti yang kalian pikirkan. Aku tidak sepemalu itu, kok! Aku malah sangat percaya diri.
Lihatlah diriku. Warnaku kuning. Tidak seperti bunga putri malu lainnya yang berwarna merah jambu. Aku beda. Dan juga, di sekitarku hanya ada bunga semak-semak yang berwarna putih dan daun-daun hijau yang kecil-kecil. Â Tak menarik, menurutku. Karena itu, boleh kan aku berbangga diri karena aku lebih berwarna?
Saat ini aku berdiam tak jauh dari sebuah tiang listrik dan sebuah tiang telepon. Di sebelah kedua tiang itu ada jalan yang cukup lebar. Aku dan teman-teman semak-semakku tumbuh di sekitar kedua tiang tersebut.
"Hai teman-teman, kalian sudah dengar gosip terbaru belum?" tanya Acacia concinna, si rumput akasia.
"Gosip apa?" tanya Eclipta prostrata, si rumput urang-aring.
"Di tempat kita tumbuh saat ini akan dibuat jalan baru!" seru Acacia.
"Yang benar? Bukankah di sebelah sana sudah ada jalan? Kenapa harus dibuat jalan lagi?" tanya Eclipta.
"Jangan bohong kamu, Acacia! Gosip dari mana itu!" hardikku.
"Aku dengar dari Pak RT beberapa malam yang lalu. Saat itu kalian mungkin sudah tidur. Jadi kalian tidak mendengar percakapan antara Pak RT dan Pak Satpam. Mereka bilang, jalan yang sekarang terlalu sempit. Jadi akan dibuat jalan baru sehingga kendaraan bisa leluasa lewat," jelas Acacia.
"Huh? Yang benar saja! Jalan yang ada sekarang sudah cukup lebar untuk dilalui kendaraan!" dengusku, kesal.
"Itu karena ada kasus beberapa waktu yang lalu. Kalian tahu, kan tentang kecelakaan mobil yang menabrak tiang listrik? Di dekat kita ada tiang listrik dan tiang telepon. Pak RT khawatir kejadian yang sama akan terjadi di sini. Makanya akan dibuat jalan baru," ujar Acacia.