Ada sejumlah perspesi saya tentang ayah saya yang selama ini saya pendam dan terbukti itu salah ketika saya mengomunikasikannya, segala sesuatu yang mengganjal terlihat lebih lurus.
Terima kasih kepada Tuhan, Kak Monika, Kang Maman Suherman, Library Cafe John Dijkstra yakni Mas Wawan dan Mbak Dinda, teman-teman dari Klub Buku Semarang, support system saya, salah satunya Theresia Eka yang sudah menyempatkan diri menuliskan resensi buku ini dalam blognya, dan semua pihak yang sudah berkontribusi atas lahirnya karya ini.Â
Mari berefleksi dan bertanya dalam diri kita sendiri untuk semua penyesalan dan luka; "Sudah Tanya Kabar Bapakmu Hari Ini?"
Sebab tak semua Bapak memiliki keberanian untuk menelepon putrinya, maka jadilah perempuan yang lebih berani menghadapi dunia, termasuk bapak.
"Nak janganlah seperti Bapak yang susah mewujudkan mimpinya. Besarlah dengan semua harapan yang kamu miliki, ku iringi doa dari hati kami. Nak, maafkanlah bapakmu jikalau ada yang kurang dariku. Jagalah cinta dan sebarkanlah dengan nurani jiwa yang akan meneduhkan semesta. Terbanglah terbang melambung ke angkasa, turuti apa kata hatimu. Tinggilah-tinggi, dan seperti matahari menyinari seisi dunia."
-- Jangan Seperti Bapak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H