Memang digambarkan bahwa Anxiety (kecemasan) adalah tokoh antagonis di film ini. Namun, sebenarnya dalam konteks psikologis manusia perasaan Anxiety (kecemasan) adalah hal yang wajar, perasaan ini diperlukan untuk membangun ambisi dan mempersiapkan diri seorang manusia dalam menghadapi masa depan yang abstrak. Anxiety (kecemasan) adalah sifat alamiah manusia dan faktanya tidak bersifat negatif.
Akan tetapi sering kali manusia tidak dapat mengendalikan rasa Anxiety (kecemasan), terlebih lagi di zaman ini manusia memiliki tingkat stress yang tinggi yang mempengaruhi tingkat kecemasan. Hal ini bisa terjadi karena berbagai faktor, bisa dari tekanan lingkungan hidup, ekspektasi berlebihan, perundungan, dll. Kecemasan yang tidak dapat dikendalikan dapat menyebabkan gangguan kecemasan atau kerap dipanggil dengan anxiety disorder yang perlu ditangani oleh ahli psikolog ataupun psikiater.
Memvalidasi Emosi, Anxiety (Kecemasan) bukan untuk dihindari.
Baik Anxiety (cemas) dan Joy (senang), serta emosi lainnya mempunyai tanggung jawab dan peran masing masing dalam pengendalian emosi kita. Ada kala nya sifat emosi manusia terlalu condong dan menyebabkan permasalahan serta konflik. Perasaan ini wajar, karena ini merupakan bagian proses pendewasaan emosi manusia yang sebenarnya. Riley adalah gambaran bagaimana proses perubahan manusia dari masa kanak kanak ke masa remaja yang berlangsung dengan tidak mudah. Ada begitu banyak rasa takut dan cemas ketika menghadapi hal hal baru, perasaan ini tidak perlu dihindari hanya saja kita perlu memahami bagaimana menanggapi perasaan ini dengan mengendalikan emosi yang seharusnya.
Proses mengenali dan mengendalikan emosi bukanlah hal yang mudah jadi sangat wajar jika melakukan kesalahan. Terlebih lagi dalam masa pubertas, masa dimana setiap individu mengalami perubahan besar besaran baik dari segi fisik dan emosional, di masa ini tidak hanya mengalami konflik internal saja tapi juga bisa berdampak pada hubungan external, baik kepada orang tua, saudara dan juga teman sebaya. Akan banyak kesalahan yang terjadi di masa depan, tapi selagi kita mau menerima dan belajar dari kesalahan tersebut, maka akan baik pula kecerdasan emosional kita dalam menanggapi permasalahan tersebut.
Pixar berhasil kembali membawa film Inside Out sebagai tontonan yang wajib ditonton. Baik Inside Out 1 dan Inside Out 2, film ini mengajarkan kita bagaimana dalam proses pengendalian dan penerimaan diri sendiri. Emosi manusia terus berkembang dan selalu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Film ini diluar ekspektasi saya, saya mengira bahwa film ini hanya menjelaskan sosok Riley dan bagaimana emosi emosi yang mengendalikan diri nya. Tapi ternyata film ini sukses membuat saya menangis, terjadinya konflik batin dalam diri Riley terjadi pada diri saya, saya merasa empati saya terhubung pada diri Riley.Â
Film ini sangat cocok untuk para remaja yang sedang mencari jati diri mereka, bahwa tidak semua hal harus sesuai ekspektasi mereka, gagal adalah hal yang lumrah pada diri manusia. Film ini juga bisa menjadi edukasi bagi para orang tua bagaimana cara menghadapi anak anak mereka pada saat masa pubertas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H