Saya ingin ia tidak merasa bahwa apa yang saya minta untuk dilakukan itu sebagai beban. Saya ingin ia melakukannya karena keinginannya, bukan terpaksa. Apa yang pernah mama terapkan kepada saya dahulu , yang saya anggap sebagai 'perintah' dari kecerewetan mama, ternyata ketika saya dewasa justru menjadi bekal yang membentuk karakter saya sebagai pribadi yang mandiri dan kuat.
Kehadiran Nathan menyadarkan saya bahwa setiap perempuan pada dasarnya ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Melakoni peran sebagai ibu, bukan berarti membuat kita merasa bahwa dunia ini tak ada lagi ruang untuk diri sendiri.Â
Sebagai perempuan yang hidup di era globalisasi, saya meyakini bahwa setiap ibu tetap berhak untuk terus mengembangkan diri dan menggali kemampuan yang dimiliki.
Dari kejauhan mama selalu memberi peneguhan, mendoakan, dan memberi semangat kepada saya agar tidak mudah patah arang dalam membesarkan Nathan. Mama meminta saya untuk melakukan yang terbaik dan jangan lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan. Â Oleh karena apa yang saya alami sebagai ibu sekarang adalah sebuah proses pembentukan mental dan pribadi yang nantinya menjadi panutan bagi anak-anak saya kelak. "Terima kasih Tuhan. Terima kasih mama."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H