Mohon tunggu...
S Gloria
S Gloria Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Professional dan Blogger

Be thankful for what you have. You have no idea how many people would love to have what you've got.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Manual Book dalam Hidupku Itu Mama

3 Desember 2020   11:59 Diperbarui: 3 Desember 2020   12:02 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbekal kegigihan dan kepercayaan yang saya tanamkan kepada Nathan kalau ia adalah anak yang cerdas, saya mulai menjadi 'guru' sekaligus 'psikolog' bagi-nya. Tak penting bagaimana dan darimana saya harus memulainya saat itu, lakukan saja apa yang bisa saya lakukan.

Dari sini saya banyak mendapatkan pelajaran dari keterlambatan sang buah hati. Salah satunya saya menyadari bahwa setiap ibu harus selalu bisa mengerti dan menerima apapun yang dialami anaknya. Sampai disini dahulu yang harus saya tanam dibenak saya, yaitu 'penerimaan diri' sang anak.

"Hmmm ya, bahwa saya sebagai ibunya harus bisa mengerti dan menerima bahwa setiap anak itu punya kemampuan dan tantangan yang berbeda-beda nggak bisa dipukul rata". Si anak ini sudah bisa gini kalau anak saya kok belum?, Itu yang saya harus bisa berbesar hati dan harus mau peduli mencari tahu penyebabnya apa dan belajar mengatasinya.

Bagi anak bermain adalah salah satu cara untuk belajar. Dan sayapun memulainya dari sini, menemaninya bermain. Dari sini saya membantunya untuk mengarahkan mana hal-hal yang benar, termasuk mengajarinya kosa kata baru yang dicontohkan dalam perbuatan. Mengajak berbicara sekalipun dia belum bisa bicara dan yakin bahwa dia mengerti.

Dan sekarang diusianya yang menginjak 7 tahun kosa kata yang diucapkan lebih banyak dan kemampuan komunikasinya juga meningkat, walaupun belum sempurna. Kini dia sudah pandai berhitung, mengerti anggota tubuh secara lengkap, membaca kalimat pendek, mengetahui gambar dan menyebut nama benda dengan jelas, walaupun kadang terbalik atau sesuai apa yang di tangkap pendengaran-nya.

[Dok. Pribadi] 
[Dok. Pribadi] 

Saya sadar bahwa saya adalah perempuan pertama yang berinteraksi dengan Nathan sebelum yang lainnya. Selama 9 bulan 10 hari ia berada dalam rahim saya, kemudian selama 2 tahun menyusuinya dan selama balita hingga menginjak usia remaja akan secara intensif berinteraksi dengan saya. Inilah merupakan 'pendidikan' pertama yang dinikmati oleh Nathan di awal-awal perjalanan kehidupannya.

Ibu adalah figur yang sangat dekat dengan anak-anaknya, maka tanggungjawab pendidikan tidak pernah lepas dari peran seorang ibu. Jangan melihat seorang tokoh hanya dari depan, tapi coba perhatikan bagaimana peran ibu di belakangnya yang mengantarkannya menjadi 'seseorang'.

Sayangnya tidak ada sekolah menjadi ibu, kita justru belajar menjadi ibu ketika tugas itu benar-benar telah ada di atas pundak kita. Dan manual book saya adalah sosok mama. Tugas menjadi ibu berat, menjaga level kewarasan dan kesabaran setiap waktu. Saya merasakan apa yang dulu mama rasakan.

Seorang ibu merupakan sosok idola pertama bagi anaknya. Anak akan banyak sekali meniru ibunya. Oleh karena itulah, saya sebagai orang pertama yang menjadi panutan Nathan harus dapat memberikan contoh yang baik. Saya harus berhati-hati ketika bersikap. Jangan sampai melakukan perbuatan buruk yang akhirnya ditiru.

Pernah suatu hari saya jengkel terhadap suatu hal, dan saya mulai 'ngedumel'. Tapi salahnya Nathan mendengar apa yang saya ucapkan. Suatu hari ia marah kepada saya dan berkata, "mama bodoh banget sih." Terperanjat dengan kalimatnya saya bertanya, "kaka mengerti tidak arti kata bodoh?."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun