Kata teman, saya itu orangnya energik. Bagaimana tidak, saya orang yang paling tidak bisa berdiam diri dengan waktu lama. Harus selalu ada kegiatan yang saya lakukan, bahkan pun ketika waktunya libur. Saya lebih senang dengan berbagai macam kegiatan dan kesibukan.
Menjadi sangat aktif dalam satu sisi membawa kebaikan buat saya. Karena saya senang melakukannya. Saya pikir dengan melakukan banyak kegiatan, bukan cuma membuat badan jadi lebih banyak bergerak, tapi juga otak. Otomatis dengan aktifitas tersebut memacu otak untuk mengeksplor hal-hal baru dan mencari ide-ide baru untuk mengisi kegiatan saya.
Menjadi bagian dalam organisasi di rumah, ikut aktif di kegiatan lingkungan keagamaan, bahkan senang berkecimpung dalam dunia sosial bersama-sama teman sejawat. Inilah bagian kegiatan yang saya lakukan sehari-hari.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal itu. Yang salah adalah pola pikir saya. Saya punya pola pikir yang menggampangkan kesehatan diri sendiri. Kadang ketika usia masih produktif, badan masih fit, dan kemauan masih besar, kita melupakan satu hal 'menjaga kesehatan'. Dan inilah yang justru menjadi kesalahan fatal pada akhirnya.
Saya tidak menyadari bahwa kondisi kesehatan saya pada titik "peringatan" atau sudah lampu kuning saat itu. Beberapa tahun lalu, ketika kondisi kesehatan saya mulai menurun. Dimulai dari berat badan yang sedikit demi sedikit menurun. Lalu saya mulai mudah lelah, sering merasa nafas saya pendek apalagi setelah berjalan atau menaiki tangga. Kadang nafas saya mulai terengah-engah.
Pun pada kondisi saat itu saya masih tidak menanggapi dengan serius tanda-tanda yang diberikan oleh tubuh saya. Pikir saya,"ah paling hanya kecapean." Dan saya tetap meneruskan semua aktifitas saya seperti biasa.
Sebulan, dua bulan berlalu sejak kondisi badan memperingati saya. Sampai pada titik dimana saya mulai merasakan keanehan pada pencernaan saya. Setiap kali saya makan atau bahkan minum, saya mulai merasakan nyeri di bagian ulu hati. Nafsu makanpun berkurang, sampai akhirnya berat badan menyusut tajam. 11kg hanya dalam kurun waktu 2 Minggu!.
Otomatis semua kegiatan saya terhenti saat itu. Orang tua pun mulai sangat khawatir dengan kondisi saya. Mulailah saya mendatangi rumah sakit bersama orang tua yang menemani.Â
Saat itu diagnosanya belum pasti. Tapi dokter menyarankan saya untuk di opname, supaya ada asupan makanan tambahan yang nantinya di infusi kedalam tubuh saya. Mempertimbangkan kondisi kesehatan saya yang menurun drastis.
Serangkaian tes, cek lab, belum obat-obatan, biaya dokter spesialis, semua yang membutuhkan biaya yang sangat besar. Sepertinya kali ini saya memang harus membenahi pola pikir dan akal sehat saya terlebih dahulu. Supaya kedepan saya memahami betul bahwa kesehatan adalah aset terbesar dalam hidup yang telah saya abaikan.
Saat itu saya berpikir bahwa jika saya menyisihkan uang saya untuk Asuransi Kesehatan, sama seperti saya sedang "membuat tabungan tapi mengisi saldonya di rekening orang. Wah, pola pikir yang sangat menyesatkan bukan?. Akal sehat saya tak berjalan dengan benar pada saat itu.
Sampai pada titik dimana saya menyesali pola pikir saya yang salah. Ketika hari demi hari saya menjalani pengobatan, belum lagi biaya transportasi, dan lain-lain yang semuanya menguras isi tabungan saya. Menyesal?, sangat.
Saya menjalani serangakaian tes juga prosedur Biopsi, yaitu tindakan diagnostik yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan atau sel untuk dianalisis di laboratorium, baik untuk mendiagnosis suatu penyakit atau untuk mengetahui jenis pengobatan atau terapi yang terbaik bagi saya. Dan semua memerlukan biaya yang cukup besar. Dengan diagnosis akhir saya mengidap penyakit TBC Usus.
Pola makan yang tidak teratur, waktu istirahat yang kurang, yang menjadi titik awal penyakit tersebut ada didalam tubuh saya. Dan saya kini harus membayar mahal untuk hal itu. Saya harus menghabiskan banyak waktu di Rumah Sakit dan mengikuti serangakaian perawatan.
Saya mulai memahami mengapa teman-teman sejawat dikantor sangat menyarankan saya menjadi bagian dari Asuransi Kesehatan. Mereka mengatakan bahwa menabung adalah rencana keuangan yang baik, namun Asuransi Kesehatan juga merupakan bagian dari rencana keuangan yang baik.
Teman saya mengatakan bahwa saat merencanakan keuangan, kita harus juga memperhitungkan segala resiko yang mungkin terjadi. Karena resiko tersebutlah yang bisa jadi dapat menggagalkan semua rencana keuangan yang telah saya susun.
Dan benar, rencana keuangan saya berantakan ketika saya sakit. Tabungan habis tanpa ada preventive lain yang mengcover resiko yang terjadi. Dan tidak ada dana back-up untuk membiayai penyakit saya. Pada akhirnya dana pada tabungan yang dengan susah payah dikumpulkan dalam kurun waktu yang panjang, akhirnya habis dalam waktu singkat.
Benar adanya pribahasa "sedia payung sebelum hujan". Artinya kita sudah berjaga-jaga sebelum bencana tiba. Atau lebih tepatnya, Payung tidak memberhentikan hujan tapi memungkinkan kita melalui hujan.Â
Ibarat Asuransi Kesehatan tidak menghilangkan seketika penyakit yang sedang kita derita, tapi memungkinkan kita melaluinya. Tanpa khawatir akan dana, dengan semua benefit proteksi yang kita terima.
Sama halnya dengan salah satu proteksi kesehatan yang kini diperkenalkan oleh Sun Life yaitu Sun Medical Platinum. Perlindungan kesehatan dari Sun Life yang berstandar dunia.
Pernah terbayangkan sebelumnya ada Asuransi Kesehatan yang bisa cover tertanggung hinga usia 88 tahun, bahkan manfaat tambahan melahirkan sampai tertanggung usia 55 tahun?. Tidak pernah terlintas di pikiran saya asuransi seperti ini bakal ada. Tapi sekarang nyata.
Akal sehat saya mulai berjalan ketika saya mulai menyadari betul apa aset yang paling penting dalam hidup. Bukan sekedar punya segudang kegiatan, hidup bersosial, atau karir pekerjaan yang bagus untuk mengumpulkan pundi-pundi keuangan.
Mempersiapkan rencana keuangan yang baik, termasuk Asuransi Kesehatan, memungkinkan saya bisa melindungi prioritas dan aset saya yang paling penting yaitu Kesehatan saya.Â
Asuransi seperti Sun Medical Platinum, membuat prioritas kita atas aset kesehatan selalu terlindungi, tanpa mengesampingkan kegiatan lain yang juga jadi prioritas dalam hidup. Melayani keluarga, melakukan pekerjaan, juga kehidupan sosial, memastikan semua tetap bisa berjalan dengan baik.
Ada yang mengatakan bahwa, satu-satunya jalan agar kesehatan kita tetap terjaga adalah dengan makan makanan yang tidak kita mau, minum minuman yang tidak kita sukai, dan melakukan yang tidak pernah kita lakukan seperti berolah raga misalnya.Â
Saya pikir ini ada benarnya. Sama halnya, menjadi bagian dari Asuransi Kesehatan, juga melakukan hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya.