Dalam kesempatan kunjungan kala itu pun, kami kebetulan bertemu dengan dokter yang bertanggung jawab atas Chika dan beberapa suster di sela-sela jadwal rutin pemeriksaan pasien. Kembali aku mendapati diriku terpukau dengan fenomena yang berlangsung saat itu. Di luar ekspektasiku, baik dokter maupun suster yang bertanggung jawab atas Chika terlihat sangat kompeten dan teliti hingga ke hal yang terkecil. Tidak ada kata membeda-bedakan antara pasien BPJS dan pasien umum apalagi meremehkan. Proses pemeriksaan berjalan sama halnya dengan beberapa kali pemeriksaan yang kusaksikan terhadap beberapa kerabatku yang tidak menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. Aku pun dibuat terkagum-kagum dengan integritas kerja mereka.
Lalu tiba hari operasi Chika dijadwalkan. Kebetulan hari itu bertepatan dengan hari kerja sehingga aku tidak berada di rumah sakit bersama Chika. Siang itu sebagian besar dari karyawan di posisi manajerial perusahaan, termasuk aku, memiliki jadwal rapat rutin bulanan yang biasanya berlangsung alot hingga beberapa jam. Di tengah-tengah rapat, teleponku berbunyi beberapa kali hingga akhirnya aku pamit dari ruangan untuk mengangkat telepon itu.
Setelah tersambung, ternyata itu adalah ibu Chika yang berada di rumah sakit menemani Chika. Ibu Chika memberi tahu bahwa dari pihak rumah sakit mengabari bahwa kartu BPJS Kesehatan Chika dinyatakan tidak aktif karena belum membayar tagihan. Mendengar kabar itu, aku pun spontan menghitung hari dalam hati. Ternyata benar saja bahwa hari itu adalah tanggal tenggat waktu pembayaran BPJS Kesehatan untuk bulan berjalan. Biasanya proses pembayaran dilakukan oleh pihak keuangan perusahaan kurang lebih 5 hari setelah masa tenggat waktu sesuai dengan prosedur kebijakan hutang-piutang perusahaan yang notabene selama ini tidak ada masalah berarti.
Ibu Chika memohon kepadaku untuk membantu pembayaran secepat mungkin agar proses operasi bisa langsung dilakukan. Berhubung rapat sedang berlangsung dan tidak mungkin prosedur pembayaran dilakukan secara instan di hari yang bersamaan, maka dari bagian keuangan mengambil putusan terbaik yang dapat diambil adalah pembayaran dapat dilakukan paling cepat satu hari yakni esoknya. Gagal pada upaya melakukan pembayaran di hari itu, aku mencoba bantuan dari pihak rumah sakit yang tetap pada pernyataan bahwa wewenang ini bukan milik rumah sakit melainkan dari pihak BPJS Kesehatan.
Dengan pikiran kalut aku kembali mencoba meminta bantuan dari Mbak Aat untuk mendapatkan pencerahan mengenai apa yang dapat kulakukan guna memperbaiki masalah ini. Untungnya, Mbak Aat dengan sigap mengambil langkah meminta persetujuan dari atasannya untuk membukakan akses kartu BPJS Kesehatan Chika agar dapat melakukan operasi hari itu juga. Prosesnya pun berlangsung kurang dari satu jam sebelum akhirnya aku mendapat kabar bahwa proses administrasi sudah selesai, fasilitas BPJS Kesehatan Chika dapat digunakan dan proses operasi dapat segera dilangsungkan.
Saat itu pun lagi-lagi aku dibuat terkagum dengan integritas dan konsistensi pelayanan BPJS Kesehatan bagi aku sebagai pengelola BPJS Kesehatan perusahaan maupun Chika sebagai salah satu peserta dari jutaan peserta lainnya. Kejadian ini pun belum selesai mencemooh stigma negatifku selama ini. Selang beberapa hari setelah hari operasi pun, Chika mengabari bahwa pembayaran telah dilunasi dengan nominal yang di bawah ekspektasiku sama sekali. Tidak ada biaya tambahan berarti yang menyebabkan ledakan tagihan. Untuk sebuah tindakan operasi mayor semacam operasi jantung yang dijalani Chika ini, biaya yang dikeluarkan Chika tergolong sangat jauh dari bayanganku sebelumnya.
Chika mengungkapkan fasilitas BPJS Kesehatan sebagai: fasilitas yang menghidupi harapan yang telah mati bersama dengan nominal rupiah. Ungkapan ini merupakan bentuk syukurnya setelah merasakan nestapa berurusan dengan rumah sakit di tengah krisis ekonominya pribadi.
Seluruh rangkaian kejadian ini pun memukul telak stigma negatif mengenai pelayanan kesehatan masyarakat dari pemerintah yang satu ini, BPJS Kesehatan. Kesadaran penuh terbentuk bahwasanya BPJS Kesehatan benar-benar berkomitmen teguh melayani masyarakat Indonesia bagi bangsa dan negeri yang lebih baik. Integritas, konsistensi dan persistensi pelayanan kesehatan yang diberikan BPJS Kesehatan meyakinkanku mengenai kualitas BPJS Kesehatan yang sesungguhnya. Bahwasanya pelayanan yang diberikan berasal dari hati kembali untuk mengabdi bagi negara dan bangsa Indonesia. - LW (19/12/18)
Sumber Gambar: Youtube BPJS Kesehatan tentang Aplikasi New E-Dabu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H