Sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang logistik, BULOG bisa dibilang tumpul dalam menjalankan rangkaian proses logistik yang ada di Indonesia. Dalam rangkaian proses logistik, BULOG dirasa berhasil hanya dalam tahap pertama yaitu membuat atau memperoleh barang. Untuk kasus beras BULOG berhasil mendatangkan beras impor dari berbagai negara dan juga bisa membeli gabah dan beras dari petani lokal. Pada tahap menyimpan barang, semua tentu tau dan sepakat bahwa BULOG tidak bisa dikatan berhasil dalam menyimpan barang.Â
Masih segar ditelinga kita beras kutu, beras jamur, bawang busuk dll yang merupakan bukti kegagalan BULOG dalam menyimpan barang. Anda semua tentu tahu jeruk cina, jeruk warna orange yang dibungkus plastic ada tulisan cinanya, kalo dibuka sudah tidak segar lagi tetapi tidak busuk walaupun sudah berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan di dalam container dan terapung dilautan. Itu bukti bahwa cina bisa menyimpan barangnya dalam jangka waktu yang lama sedangkan kita belum bisa paling tidak untuk BULOG.Â
Belum pernah saya masuk ke gudang BULOG, tetapi dari liputan sidak Pak Jokowi ke gudang BULOG beberapa waktu lalu yang menyebabkan beliau marah, gudang berasnya tak ubahnya seperti gudang penyimpanan semen dan pasir, semoga sekarang sudah dibenahi. Proses menyimpan ini proses yang penting menyimpan bahan pangan tentu tidak bisa sembarangan beberapa hal harus diperhatikan seperti suhu, kelembapan udara, kebersihan dan ventilasi semuanya harus dikontrol terus.Â
Pada proses distribusi BULOG juga kurang tajam sehingga masyarakat terkadang tidak mengetahuitahu jika ternyata sudah ada pembagian beras sejahtera atau berasnya ditahan perangkat desa atau berasnya tidak sampai ke masyarakat miskin, atau ada yang tidak mendapat kupon dll. Pada proses akhir penjualan, BULOG hanya bisa menjadi kompres demam melalui operasi pasar padahal demamnya sering muncul tapi kompresnya jarang-jarang, oh ada lagi yang namanya BULOG mart mungkin mirip lotte mart dan superindo gitu kali ya, bisa beli online juga, ya yang dikampung gimana coba. Saya tidak tau apakah ada atau tidak undang-undang yang melarang pemerintah atau BULOG untu melakukan intervensi langsung terhadap pasar secara pemanen.
Sampai pada saran, -saya tidak tahu apakah banyak orang yang berfikiran sama seperti saya atau hanya saya saja yang berfikiran seperti ini, atau malah sudah dilakukan hal berikut ini- Â mengingat naiknya harga barang secara terus menerus dan bergantian di pasar mulai dari beras, gula, minyak goreng, bawang merah, cabai, kedelai, mungkin kedepan terong akan naik juga, sehingga pemerintah melalu BUMN logistik seperti BULOG Â dirasa perlu melakukan intervensi langsung terhadap pasar secara permanen.Â
Saya mengusulkan BULOG bekerja sama dengan PD pasar atau sendirian juga boleh kalo bisa, membuka atau membeli kios di pasar atau sekitar pasar di seluruh Indonesia dan menjual bahan pangan pokok dan tambahan yang diperoleh atau ada pada gudangnya sehingga harga bahan pangan bisa stabil sepanjang tahun.Â
Dengan demikian seluruh proses logistik untuk bahan pangan ditangani oleh satu tangan saja mulai dari memperoleh, menyimpan, mendistribusikan, hingga menjual jadi keuntunganya hanya diambil satu saja atau sekali bisa ambil untung dipenjualan saja jadi pada penyimpanan dan distribusinya BULOG tidak mengambil keuntungan .Â
Jika dilakukan oleh banyak tangan maka pada masing-masing ke 4 proses tersebut akan diambil keuntungan bukan sekali tapi empat kali. Lalu siapa penjual yang akan menjual barang BULOG dipasar dengan bendera BULOG?, kalo boleh pinjam istilah Pak Ahok bisalah menggunakan PHL BULOG atau PHL kementrian perdagangan untuk berjualan dan dibayar perbulan seperti karyawan pada umumnya.
Beberapa hari yang lalu di salah satu televisi swasta Pak Jokowi berbicara akan menghilangkan sistem pembagian beras sejahtera diganti dengan voucer belanja. Sepertinya hal ini terjadi akibat keputusasaan presiden terhadap BULOG yang belum juga bisa menangani seluruh proses logistik dengan sempurna, tetapi dirasa kurang tepat jika harus menganti beras sejahterah dengan voucher belanja.
 Bisa  kita bayangkan ketika harga bahan pangan semakin naik maka voucher belanja ini semakin berkurang nilainya dan akhinya membuat keuangan negara membengkak. Setali tiga uang, jika pemerintah ataupun BUMN sudah sampai pada tahap intervensi langsung secara permanen di pasar selain harga barang dapat di stabilkan sepanjang tahun, sehingga tidak perlu mengganti beras sejahtera dengan voucher belanja, malah kartu-kartu sakti presiden yang selam ini dicibir bisa berfugsi dengan sakti.
Anggap saja dipasar sudah ada kios sederhana milik BULOG ukuran 4x4 meter yang menjual beras, gula, daging, dan minyak goreng, bagi para pemilik Kartu Keluarga Sejahtera atau kartu-kartu yang lain diberikan jatah beras sejahtera sebanyak 25 kg/bulan dengan asumsi 1 kelurga 4 orang, bisa dibeli langsung 25 kg atau mau dibeli berapa kilopun juga boleh asalkan 1 bulan maksimal 25 kg kemudian jatah untuk gula dan minyak goreng bisa disesuaikan sehingga barang pangan murah ini menjadi tepat sasaran tanpa perlu antri berdesak-desakan karena takut tidak kebagian.