[caption caption="ilustrasi FLNG"][/caption]Asalammualikum Warga Kompasiana
Selama beberapa minggu kebelakang ramai diberitakan tentang pengelolahan blok masela dan juga duet menko + mentri "sumber daya" yang menarik perhatian banyak pihak, ada yang mendukung kepret mengkepret ada pula yang sinis dengan ide ss yang dikabarkan beraliran neolib dan kapitalis. Berbagai media memuat berita, berbagai warga twitter dan kompasiana mengulas mulai dari intrik intrik makelar pipa hingga mentri yang mementingkan kepentingan investor asing.Â
Dari sekian banyak artikel yang bertebaran saya belum mendapatkan artikel yang sekiranya dapat menjelaskan ke-khalayak apa yang sedang di ulas tersebut minimal definisinya lah ya. kebanyakan artikel mengambil dari sedikit sumber dan ditambahakan opini yang mendukungnya. it's oke lah semua orang punya hak, disini ijinkan saya sedikit menjelaskan beberapa hal terkait blok masela sesuai keilmuan yang saya pelajari di kampus sehingga saat kita berbicara dan berdiskusi bisa klop cocok.
ijinkan saya mengawalinya dengan memberikan definisi-definisi dari istilah-istilah yang sering disebutkan di khalayak
1.) Onshore adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut daerah mulai dari garis pantai hingga daratan.
2.) Offshore adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut daerah yang berada di laut lepas, jauh dari garis pantai pada bagian laut
3.) kilang (oil refinery) adalah sebuah fasilitas produksi yang mengolah crud oil (minyak mentah) atau juga gas menjadi bahan cair yang lebih murni jika inputnya crude oil maka yang keluar bensin, solar, lilin, aspal dll. jika inputanya crude gas maka yang keluar bisa LNG.
4.) Kilang terapung (FLNG) adalah sebuah fasilitas produksi pengolahan minyak mentah atau gas yang terapung diatas laut dengan bentuk Kapal yang tidak memiliki mesin penggerak dengan bantuan sistem tambat (internal turret mooring) untuk membantunya berada tetap pada poisisinya dan bertahan pada kondisi badai. tidak hanya itu FLNG juga merangkap sebagai penyimpanan hasil pengolahan yang terletak didalam lambung (double hull) dan juga dapat melakukan transfer LNG menggunakan loading arm yang nanti akan ditransfer dari FLNG menuju LNG carrieer untuk didistribusikan.
5.) Terminal penerima LNG adalah sebuah fasilitas di onshore yang berupa dermaga atau jetty yang bertujuan sebagai tempat sandar LNG Carier sehingga dapat dengan aman melakukan unloading muatan.
++++++jangan salah sangka++++++
beberapa warga kompasiana ada yang salah sangka mengartikan bahwa kilang offshore berarti kilang didarat yang dicopot diangkat dipasang di tengah laut menggunakan jutaan tiang pancang dan semen. atau kilang darat yang dibangun diatas laut. hal ini sama seperti dulu Pak Jokowi bilang Tol Laut yang banyak diartikan sebagai jalan Tol diatas laut padahal tidak demikian, jadi sudah clear kan mengenai kilang offshore? silahkan tanya saja kalo kurang clear
+++++++++++end++++++++++++
pada kesempatan kali ini saya ingin sedikit sharing informasi mengenai kilang offshore yang selanjutnya saya sebut FLNG karena memang background akademi saya Offshore Engineering dan saya berkewajiban menyampaikan hal ini kepada khalayak yang sudah terlalu lama memunggungi lautan samudra seperti kata pidato pelantikan Presiden Jokowi. tapi jangan salah pipa itu juga termasuk kategori Offshore di kampus saya maka ada istilah Offshore Pipe. banyak teman juga sedang mengambil tugas akhir bertemakan offshore pipe dan yang lainya mengambil tugas akhir internal dan external mooring.
dari berbagai artikel yang saya baca banyak yang bertanya dan berargumen
"Indonesia sudah sering bikin kilang darat dan teruji ngapain coba-coba kilang dilaut? emang kita punya teknologinya? Emang aman kalo kita yang buat? kan kita negara terbelakang"Â
hati-hati kalo ngomong kalo kedengeran Bu Rieke bisa di Pansus hahaha. Setipe dengan saudara tuanya FLNG mirip dengan FP(S)O untuk minyak. Indoensia memliki beberapa FP(S)O yang beroperasi seperti FSO arco arjuna dengan single buoy mooring di utara jakarta. FPSO Belanak di Blok Natuna. FPSO Jangkirik (lupa saya dimana).Â
Yang memberdakan antara FPSO dan FLNG adalah cara pengolahan bahan kimianya (teman-teman teknik kimia bisanya yang merancang) dan juga toleransi gerakan, karena saya bernah berdiskusi dengan teman di tekim kalo fasilitas produksinya miring berapa derajat bisa berhenti. lalu apa dengan serta merta kita meragukan FLNG? tenang saudara-saudara ada yang namanya kuliah teknik di Indoensia ini yang tidak mungkin dibuat mungkin.
 Gerakan FLNG akan dibatasi dan diredam oleh sistem tambat (Internal turret mooring) sehingga toleransi gerakan masuk kategori aman. Bagaimana nanti kalo terkena badai dan tsunami tenang anak-anak teknik sudah memperkirakan karenanya pada tahap desain itu didesai survive dalam kondisi badai degnan kerusakan 1 tali tambat. semua sudah dipikirkan oleh anak-anak teknik (orang luar negri sih yang bikin, kita cuma mempelajari aja di kampus gak ikut,  tapi bisa kalo disuruh bikin hehehe ). Semuanya ada aturan dan rules untuk memenuhi kriteria aman dari FPSO ataupun FLNG gak ngawur bikin kilang di laut itu. jadi saya katakan aman dan kita mampu membuat itu di ITS ada Jurusan perkapalan, Teknik sistem perkapalan, dan Teknik Kelautan makanan sehari-hari itu suwer di ITB juga ada Teknik Kelautan, Unhas juga punya. Bisa kok kita Aman-aman. kalo seperti FPSO belanak itu Kapalnya dibuat di Batam dan bagian fasilitas produksinya (kilangnya) bagian atas kapalnya itu di Daewo Korea.
Â
"Kilang dilaut high tech, mahal ribet mending pake pipa dan kilang darat"
Apa anda tau proses pembuatan FLNG dan atau pemasangan pipa bawah laut? mohon maaf pipa bawah laut itu juga high tech dikira bisa secara konvensional? yang masang juga gak bisa tukang gali pipa dipinggir jalan terus dipekerjakan, gila, Ngawuuuuur. Anda coba lihat youtube search aja S-lay pipe atau J-lay pipe atau offshore pipeline installation. Kalo boleh saya bandingkan bikin kilang didarat lebih ruwet, gak jauh-jauh pembebasan lahan ajalho ruwet yakan?Â
Bawa alat berat ke TKP terus gaili-gali dulu, perataan tanah bikin pondasi bikin bangunan atas kadang perlevel harus nunggu semen kering. bawa semen berjuta-juta ton disebelah harus ada pembangkit listrik waduh waduh waduh ribet kan?. Kalo FLNG ya sama kaya bikin kapal digalangan di batam cuman pake besi udah gak lama kalo uangnya lancar mah gak lama. terus ditarik pake tug boat ke masela dari batam paling lama 3 mingguan, gak ribet kan? emang. listrik juga uda tersedia dari mesin yang dipasang dikapal, paket komplit.
 Anda kira masang pipa bisa sehari? masang pipa juga ada batas teleransi kondisi cuacah yang diijinkan gak segampang yang anda bayangkan. panjang prosesnya bawa pipa dari darat ditransfer dilaut, disambung dulu, dipasang, kalo udah di dasar laut masih dilakukan treatment lagi biar pipa ini gak kebawa arus macem-macem perlakuanya. Intinya kalo untuk kasus masela pake onshore dibawa ke maluku ribet lama maqhal, maqhal di proses instalasinya.
Perlu anda cek bagaimana kontur dasar laut sekitar masela apakah rata? apakah memiliki palung yang lebar? karena yang saya denganr disana ada palung yang lebar yang sangat rawan jika dipasang pipa, rawan patah. teknologinya masih di riset pake jangkar dan pelampung.
Â
"Multiplayer eh salah multiplier effect kalo pake onshore"
Efek beruntun, bisa saja memang kalo didarat memang pegawainya banyak, yang kuli bangunan biasa bangun rumah itu juga bisa kerja di proyek darat bisa saja. Tapi saya mau katakan begini sebenarnaya masyarakat maluku tidak butuh kilang disana, menerut saya mereka lebih membutuhkan Pembangkit listrik dari pada kilang, di timur listrik merupakan kemehan. Banyak kita lihat daerah seperti kaltim yang kaya minyak tapi listriknya byar pet byar pet seperti kata pak jokowi kalo dicurhati masyarakat, jelas byar pet minyak doang gak ada pembangkit listriknya. Coba kita bayangkan seperti ini, 1 FLNG di laut masela kemudian 1 terminal penerima dan fasilitas penyimpanan + pembangkit tenaga gas di maluku. 1 terminal penerima dan fasilitas penyimpanan + pembangkit tenaga gas di sorong, 1 terminal penerima dan fasilitas penyimpanan gas + pembangkit tenaga gas di NTT, coba bayangkan lebih multipler effect mana sama yang ini? gimana caranya ngirim ke 3 tempat, ya buat LNG carier 3 biji atau 1 biji tapi gantian sekarang bawa gas untuk maluku 2 minggu lagi buat sorong 2 minggu lagi buat NTT. Efeknya di 3 kota itu tersedia listrik dan energi yang ya bisa dikatakan miring karena gas kan murah ya, akhirnya industri-industri bisa berkembang disana ada listrik ada energi kok, udah berkembang sendiri nanti. gak cuman maluku yang dapet tapi kalo mau ya se indonesia timur dikasi. memang tidak sesederhana yang saya sampaikan, tetapi gambaranya seperti itu.
Â
"Rizal: kilang "onshore" Masela hidupkan tol laut"
No, bangsa maritim kan? nenek moyangnya pelaut kan? yauda offshore, bisa menghidupkan daerah lain juga karena flexible kalo Offshore itu lebih mobile gasnya bisa dibawa kemana-mana. Tak gendong kemana-mana enak toh mantep toh!
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++
apapun itu ini hanya dari segi pandang saya terlepas dari intrik - intrik bahwa ide offshore FLNG ini berpihak pada investor asing dan kapitalis atau intrik-intrik isu makelar pipa ya kalo dari segi keilmuan yang dangkal yang saya miliki ini saya lebih prefer pake offshore dan jangan salah teman-teman yang sedang mengambil tugas akhir pipa setuju menggunakan pipa karena pas mereka lulus ada kerjaan hahahaha. yang membuat industri muncul di suatu daerah itu bukan kilang tapi Listrik dan fasilitas penyimpanan energinya. terlalu jauh jaraknya kalo pake pipa karena konsep pipa itu dipake kalo sumur lepas pantainya masih deket-deket pantai. contoh sumurnya di selat madura, ya jelas harus pake pipa dibawa ke sby mutlak itu. Saya tidak kontra dengan kilang darat hanya saja menurut saya lebih tepat menggunakan FLNG. Tapi semua kembali ke Presiden Jokowi, waktu yang akan menjawab.
Apa yang menurutmu baik belum tentu itu yang terbaik, apa yang menurutmu buruk bisa jadi itu yang terbaik, Wallahu a’lam
demikian yang bisa saya sampaikan semoga mudah dimengerti istilah-istilah asingnya
wasalam
Â
Adam Wisnu Wardana
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H