Hingga hilang pedih peri
Dan akan akan lebih {tak|tidak|belum} perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
KARAWANG-BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
{tak|tidak|belum} bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang {tak|tidak|belum} lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau {tak|tidak|belum} untuk apa-apa,
Kami {tak|tidak|belum} tahu, kami {tak|tidak|belum} lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak