Mohon tunggu...
Giovani Walewawan
Giovani Walewawan Mohon Tunggu... Seniman - Seorang penjelajah yang merasa tersesat di jalan yang benar

Ad Infinitum

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Memoar di Mars

8 Februari 2019   13:15 Diperbarui: 8 Februari 2019   13:39 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Semua masih tak berubah,masih seperti adanya, hari di mana Kamis masih terus menangis, api-api yang di siram oleh kemunafikan berwujud uang dan jabatan dan kita terus di bohongi, demi kepentingan pribadi mereka, dan akhirnya hanya pasrah, dan kembali salahkan Tuhan. 

Berbahagialah mereka yang suka membaca, karena mereka tidak akan mudah di bodohi. Mars tempat aku tinggal menyimpan keanehan yang tidak pernah mudah untuk di tebak, "Aku ingin kembali ke saja Nirvana tempat di aman Aku takkan lagi kelaparan." begitu tulisnya, ini masih terus teringat, Ed yang malang, dimanakah dirimu?

Belum Ada yang Berubah

Jarum jam tetap tidak bergerak sama sekali ia masih terus berada pada pukul 00:00 tapi jelas sudah nampak beberapa Manusia berjalan santai pagi ini di tengah jalan-jalan kota Hain Fa, mereka begitu menikmati aroma-aroma bekas pakian-pakian dalam semalam dari embun-embun dan  udara-udara segar dekat sungai Dosaber. 

Dan ada hal yang begitu aneh namun tidak pernah di sadari penduduk kota dan pembaca ketika membaca ini yang di ketahui dengan populasi terkecil di planet Mars ini, bagaimana tidak ketika kalian melintasi sungai Dosaber, jam yang kalian kenakan akan sia-sia karena jarum-jarum di dalam-Nya tidak akan bergerak sedikit pun sendangkan semalam adalah pagi ini dan pagi ini adalah semalam, begitu juga sebalik nya, begitu juga dengan sore dan subuh yang tidak pernah lelah untuk berpesta. kita akan membahas tentang ini setelah di akhir cerita nanti.

Berita Pagi Ini

Ed memutuskan untuk tidak kemana-mana, ia ingin bersantai saja di kamar-Nya hari ini dan seperti biasa yang di lakukan dahulu saat bangun tidur adalah mandi, kemudian membuat segelas copucino, lalu sebelum membaca berita di koran pagi ini ia selalu mendahulukan untuk menyalakan Tv untuk  mencari tahu berita apa hari ini yang di visualisasikan dan di manipulasi oleh media, dan betul saja ada sebuah kejutan yang sebenar-Nya tidak perlu untuk di dengar dan di simak Ed, sebuah kejutan yang tak pernah di inginkan manusia beragama seperti Ed, bagaimana tidak HRS Pusat penelitian tertinggi Dosaber Mars baru saja memberikan pernyataan dan bukti terbaru-Nya mengenai awal mula penciptaan. 

Lusinerio Basrer selaku ketua dari tim peneletian dengan tegas berbicara saat di wawancarai tentang penemuan terbarunya itu seakan-akan itu adalah kebenarn mutlak. Akting yang tampak sempurna, omong kosong yang akan dipergunakan untuk kepentingan politik di mars.

Ini akan sangat berbahaya untuk seorang Anak  berumur 7thn jika ia menyimak tanpa ada bimbingan dari orang tua-Nya, untung saja Ed belum mempunya Anak, jadi dia masih bisa mengontrol dengan baik doktrin semacam itu untuk dirinya sendiri. 

Yah, Hidup seperti puzzle begitu juga menyatukan yang abstrak, Kita harus memecahkam sebuah permasalahan sebagai jalan keluar-Nya dan Menjadi seorang manusia harus mampu menjadi seorang pemikir yang selalu memikir bagaimana caranya berpikir dengan benar dan baik.

Ada Apa Dengan Majalah Marksist

Dengan segelas kopi capucino dan majalah Marksist Post di hadapanya, Ed begitu menikmati paginya, tanpa jam yang berputar pun sekiranya dia nampak bahagia. sesekali dia sempatkan pandanganya ke jalan lalu sesekali lanjut membaca, dia seseorang yang senang membaca sambil menyempatkan pengamatannya untuk berpikir, lalu pergi mengumpul data dan itu adalah manifestasi dari bacaannya. bahkan orang-orang seperti Ed mempunyai caranya sendiri untuk menentukan cara berpikirnya. 

Kemudian dari balik jendela Apartemen Bluk Kab tempat tinggalnya Ed menoleh ke sebuah papan iklan mini baru berbahan dasar kayu ek berwarna putih mengkilap di seberang kuburan depan Vet Nes Bar, di sana bertuliskan "Sev Kened quati" dengan warna hitam metalik, kalau di terjemahkan dalam bahasa yang tidak di mengerti manusia di Bumi adalah "karena manusia di sini adalah pembunuh tua yang tetap muda". Begitu tulis-Nya.

Untuk Mereka Yang Telah Merdeka

Ed tiba-tiba terkejut pada salah satu berita di Koran itu. Ed yakin ini semua tentulah berhubungan dengan pernyataan Menteri pertahanan pada konfrensi pers kemarin sore di gedung Merah, tentang misteri pembunuhan seorang Revolusioner muda yang paling di takuti negara pada 98 kala itu. 

Pemuda yang malang bagi kaum kapitalis dan pahlawan bagi kaum sosialis, orasi-orasi-Nya sederhana namun mampu membuat resah tidur penguasa. Siapa yang akan mengira kalau pembunuhan Levid Serjik adalah hasil dari sebuah konspirasi terbesar di Mars abad itu. 

Menurut bukti-bukti sejarah di ketahui adanya Orang-orang suruhan dari keluarga-keluarga terkaya yang telah memegang kekuasaan penuh dalam pemerintahan dan militer telah melenyapkan nyawa seorang Seniman Revolusioner muda di Negeri merah darah.

Ia di bunuh secara sadis di eksekusi di belantara Dosaber, lalu dari hasil TKP di temukan ada sebuah arit yang di pakai untuk menggorok leher Levid, dan dari mayatnya gorokan panjang hampir setengah di leher dan tiga buah peluru tajam berjenis 40 S&W bersarang di jantung kecil pemuda itu.

Lalu sekitar seminggu tiga hari mayat nya di temukan tewas mengenaskan dan sudah mengambang bebas dan membusuk di sungai Dosaber.

Tidak ada jejak sama sekali, tiba-tiba saja kepolisian menilai kasus ini murni bunuh diri tanpa ada langkah adjudikasi. Bahkan seorang detektif senior Tony Grol yang menyelediki kasus ini terpaksa menghentikan investigasi-Nya dengan alasan tidak ada bukti atau saksi-saksi yang kuat padahal dokumen tentang bukti forensik pernah di tunjukan pada publik lalu kemudian entah kenapa bisa di hilang begitu saja.

Bisa saja Levid di bunuh beralasan pemberontakan-Nya kepada pemerintahan di negeri Mars, ia begitu di kenal kala itu, Lukisan-lukisan mural nya, lagu-lagu ciptaaan-Nya yang selalu lekat dengan kelas sosialnya dan penyampaian arti dari setiap karya-karya Levid berhasil menyindir kekejaman dan kebobrokan kekuasaan saat itu. Berkesan sekali saat kau memandangnya. tulis Marksist Post pagi ini.

lalu teringat kembali di kepala Ed tentang karya yang paling terkenal-Nya berjudul "Due Frec Dio Du" dalam karya itu ia mencoba menyampaikan bahwa "Presiden hanyalah pion sang Raja-raja dan Pemerintah adalah arena lalu Rakyat hanyalah sampah". Ed tidak terlalu mengerti maksud dari lukisan tersebut tetapi seperti-Nya Levid yang malang mencoba menyampaikan sosok utama di balik kekejaman pada era itu.

Tapi sayang, Levid Serjik harus membayar terlalu mahal harga sebuah kebenaran dengan nyawa nya sendiri. Yang perlu di ketahui Levid meninggalkan tulisan kecil di balik salah satu lukisan-Nya yang berhasil Ed temukan di ruang pribadi milik Levid,

"Seandainya ini berhasil maka ini tidak akan berhasil, semua akan sia-sia." Ed bergumam. 

Tidak Boleh Membaca

Tetapi ketika hendak menoleh ke sekitar dan  ingin melanjutkan halaman berikutnya tiba-tiba saja nampak seseorang di tatapan ekor matanya yang mengarahkan Mcmillan TAC 50  ke arahnya dari gedung sebelah yang kira-kira berjarak 20 km dari posisi Ed duduk. 

Jarak yang terlalu ideal untuk peluru Big Mac bersarang di kepala Ed. dengan sangat hati-hati supaya dapat mnghindar Ed dengan cepatnya merunduk di bawah jendela, dan benar saja penembak jitu itu melepaskan sebuah tembakan ke dalam kamar Ed dan berhasil mengenai gelas kopi Ed pagi ini. 

Ed sudah nampak ketakutan, pergelangan-pergelangam kakinya sudah mulai bergetar dengan sendirinya memang itu hal yang sudah biasa ketika reaksi tubuh terhadap sesuatu yang di anggap sangat menakutkan. 

"hallo, halo..." tidak ada jawaban, jari-jari Ed yang semakin kuat bergemetar kembali menekan tombol-tombol handphone-Nya, ia berusaha menghubungi teman-teman atau siapa saja yang ada dalam kontak nya untuk memberitahukan apa yang baru saja terjadi padanya. sudah setengah jam lebih Ed berlindung di sana, tetapi belum ada tanda-tanda bahwa adanya tembakan berikutnya. sepertinya  sudah aman, ini bisa di manfaatkan secara baik untuk ia  mengumpulkan barang-barang-Nya dan pergi dari sana.

Bunyi-bunyi tangga yang berderak-derak kuat menggema di sudut-sudut ruangan belakang tempat Ed turun menunjukan bahwa Ed sangat ketakutan saat itu. 

Dengan tas ransel bermerek Black Diamond kesayanganya dan berbekal uang tunai 15 ribu dollar yang ada padanya saat ini ia bergegas dengan nafasnya yang sudah terengah-engah keluar dari apartemennya dan menunggu taxi untuk ke stasiun, ia pergi dan lenyap bersama taxi pagi itu. setelah di cek daftar tiket kereta hari itu, tidak ada yang bernama Ed Marksist. Kemana Ed?

Ingatan di Bulan Desember

Sudah seharian penuh Aku duduk dan memandang keluar jendela masih dengan majalah tadi pagi. Jam sudah menunjukan pukul 00:00 tengah malam, hari yang sangat melelahkan adalah hari ini, meskipun Aku tidak melakukan pekerjaan berat sekalipun. 

Sebuah ranjang empuk sudah menanti berat badan ku, keempukanya akan ku manfaatkan untuk merebahkan sejenak semua tanya besar tentang hari ini. Kebetulan kamar ku selalu indah dengan sebuah replika lukisan Michelangelos pada zaman Renaissance rasanya sudah mampu membantu Aku untuk nyenyak.

Dalam perjalanan Ed saat pulang malam itu, Ed menyempatkan waktu untuk mampir ke sebuah Toko minuman di depan jalan Dosaber, ia membeli sebotol Whisky Jacky mengingat persediaan di dalam kulkas-Nya sudah habis semenjak satu minggu yang lalu.

Jalanan sudah mulai di penuhi suasana desember, lampu-lampu kecil berwana-warni berpijar sepanjang mata membuat pohon-pohon cemara berselimut putih salju menggumamkan suara St.Claus pembawa hadiah datang kepada anak-anak kecil dan Mars memiliki kebiasaan dalam menghangatkan tubuh ketika musim dingin seperti ini, entah itu ke Bar atau memilih mengorbankan badan mendekat ke perapian.

Penulis Yang Malang

Ed semenjak kecil memiliki kesulitan ketika berada dalam sebuah keramaian, ia lebih banyak menghabiskan waktu-Nya untuk menyendiri di kamar kecil seukuran kamar seorang lajang.

Seseorang dengan kepribadian seperti Ed cenderung mengakhiri hidup nya menggunakan tali nilon sialan yang bisa kapan saja di dapatkan dalam tempat sampah perumahan atau juga bisa menarik pelatuk di kepala dan "Beng!!!" Isi-isi otak akan segera melompat keluar dari persemayaman-Nya.

Mereka juga sangat Ahli dalam memilih untuk menjadi bagian dari sejarah atau membuat sebuah cerita.

"Oh sayang aku tidak akan memaafkan jika kau bernasib sama dengan Kurt Cobain, atau pula dengan surat kecil itu." Ed bergumam. tetapi Ed mengurungkan niatnya kali ini ia lebih memilih untuk jadi penulis, dan kini ia di hadapkan pada masalah yang lebih besar tentang tulisannya, pihak intelejen Negara di Mars sudah menerima kabar tentang tulisan di koran The Marksist Post akhir-akhir ini. Ed kini menjadi target pembunuhan selanjutnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun