Ed tiba-tiba terkejut pada salah satu berita di Koran itu. Ed yakin ini semua tentulah berhubungan dengan pernyataan Menteri pertahanan pada konfrensi pers kemarin sore di gedung Merah, tentang misteri pembunuhan seorang Revolusioner muda yang paling di takuti negara pada 98 kala itu.Â
Pemuda yang malang bagi kaum kapitalis dan pahlawan bagi kaum sosialis, orasi-orasi-Nya sederhana namun mampu membuat resah tidur penguasa. Siapa yang akan mengira kalau pembunuhan Levid Serjik adalah hasil dari sebuah konspirasi terbesar di Mars abad itu.Â
Menurut bukti-bukti sejarah di ketahui adanya Orang-orang suruhan dari keluarga-keluarga terkaya yang telah memegang kekuasaan penuh dalam pemerintahan dan militer telah melenyapkan nyawa seorang Seniman Revolusioner muda di Negeri merah darah.
Ia di bunuh secara sadis di eksekusi di belantara Dosaber, lalu dari hasil TKP di temukan ada sebuah arit yang di pakai untuk menggorok leher Levid, dan dari mayatnya gorokan panjang hampir setengah di leher dan tiga buah peluru tajam berjenis 40 S&W bersarang di jantung kecil pemuda itu.
Lalu sekitar seminggu tiga hari mayat nya di temukan tewas mengenaskan dan sudah mengambang bebas dan membusuk di sungai Dosaber.
Tidak ada jejak sama sekali, tiba-tiba saja kepolisian menilai kasus ini murni bunuh diri tanpa ada langkah adjudikasi. Bahkan seorang detektif senior Tony Grol yang menyelediki kasus ini terpaksa menghentikan investigasi-Nya dengan alasan tidak ada bukti atau saksi-saksi yang kuat padahal dokumen tentang bukti forensik pernah di tunjukan pada publik lalu kemudian entah kenapa bisa di hilang begitu saja.
Bisa saja Levid di bunuh beralasan pemberontakan-Nya kepada pemerintahan di negeri Mars, ia begitu di kenal kala itu, Lukisan-lukisan mural nya, lagu-lagu ciptaaan-Nya yang selalu lekat dengan kelas sosialnya dan penyampaian arti dari setiap karya-karya Levid berhasil menyindir kekejaman dan kebobrokan kekuasaan saat itu. Berkesan sekali saat kau memandangnya. tulis Marksist Post pagi ini.
lalu teringat kembali di kepala Ed tentang karya yang paling terkenal-Nya berjudul "Due Frec Dio Du" dalam karya itu ia mencoba menyampaikan bahwa "Presiden hanyalah pion sang Raja-raja dan Pemerintah adalah arena lalu Rakyat hanyalah sampah". Ed tidak terlalu mengerti maksud dari lukisan tersebut tetapi seperti-Nya Levid yang malang mencoba menyampaikan sosok utama di balik kekejaman pada era itu.
Tapi sayang, Levid Serjik harus membayar terlalu mahal harga sebuah kebenaran dengan nyawa nya sendiri. Yang perlu di ketahui Levid meninggalkan tulisan kecil di balik salah satu lukisan-Nya yang berhasil Ed temukan di ruang pribadi milik Levid,
"Seandainya ini berhasil maka ini tidak akan berhasil, semua akan sia-sia." Ed bergumam.Â
Tidak Boleh Membaca
Tetapi ketika hendak menoleh ke sekitar dan  ingin melanjutkan halaman berikutnya tiba-tiba saja nampak seseorang di tatapan ekor matanya yang mengarahkan Mcmillan TAC 50 ke arahnya dari gedung sebelah yang kira-kira berjarak 20 km dari posisi Ed duduk.Â