Mohon tunggu...
Giovani Walewawan
Giovani Walewawan Mohon Tunggu... Seniman - Seorang penjelajah yang merasa tersesat di jalan yang benar

Ad Infinitum

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hingga Bulan Mencium Bumi

4 Februari 2019   15:08 Diperbarui: 4 Februari 2019   15:37 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidurlah saja baginda, jika sudah bangun akan ku hidangkan, pagi,siang dan malam

lelap saja adinda, Keluh hamba pun tak berani menggaduh
bisa dipacung kepala ku

Janganlah merisau, sudah ku seduh darah dari semua keluh, nikmatilah selagi teduh.

Sudah ku satukan semua cabik-cabik daging yang menempel di jalanan 

dari anjing-anjing dan kawan-kawanan untuk pesta pora kerajaan

tidurlah, bercintalah dengan mimpi. Tak usah bangun, biarkan hamba yang genapi

Kita disini terus, kalah oleh kuatnya arus

penggayung-penggayung sudah patah dan kita hanya menanti mati

Karena kita di sini terus, menari pada satu titik tapi tanpa bergeser sama sekali

di kutuklah Sang waktu karena bantal-bantal sudah terasa empuk hingga mental-mental menjadi kerupuk

Jika kasur adalah tempat kehidupan bergerak

maka Aku akan memilih untuk terus atau setidaknya selalu berbaring diatasnya tanpa harus berkeringat basah

tetapi Aku sadar hingga Bulan mencium Bumi pun kita tidak akan pernah mendapatkan dan memberi apa-apa

Ohoijang, 21 Oktober 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun