Mohon tunggu...
Given
Given Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dampak Citizen Journalism dan Media Sosial terhadap Jurnalisme

1 April 2017   12:12 Diperbarui: 1 April 2017   12:34 2853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa depan adalah saat ini. Kantong kita penuh dengan gadget dan teknologi. Jadi bukanlah hal yang mengejutkan jika jurnalis menggunakannya untuk meliput berita terbaru bahkan semua orang pun mengabadikan momen-momen penting dalam hidupnya melalui bantuan gadget.

Teknologi ini mendorong kecepatan berita.  Dulu jurnalis menggunakan pulpen dan kertas, kamera film, alat-alat semacamnya. Tetapi saat ini khalayak telah berubah. Jurnalis hidup dalam masyarakat yang penuh tuntutan, orang-orang mendengar dan melihat dalam berbagai perangkat. Jurnalis harus bergerak cepat agar khalayaknya tidak hilang atau berkurang. Teknologi membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Melalui teknologi ini media sosial dan jurnalisme warga pun berkembang.  

Jurnalisme Warga

Semua orang memiliki cerita dan pasti ada orang yang mau mendengarkannya. Kita semua bisa menjadi jurnalis, kita semua adalah saksi setiap peristiwa dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua orang adalah jurnalis warga pada titik tertentu, bahkan bisa menjadi jurnalis yang penting di dunia. Pada waktu dan tempat yang tepat dan kita memiliki telepon genggam, mengirimkan satu kalimat, bisa mengubah dunia.

Elemen jurnalisme ke-10 menurut Kovach dan Rosenstiel yakni, publik, (Citizens, too, have rights and responsibilities when it comes to the news) dalam subjudul buku “What Newspeople Should Know and The Public Should Expect”. Kemunculan jurnalisme warga adalah salah satu bentuk kekecewaan publik terhadap jurnalisme konvensional yang penuh dengan kealpaan (Iskandar & Lestari, 2016).

Menurut Alan dan Thorsen ( 2009), jurnalisme warga sering dikaitkan dengan aktivis politik yang berusaha untuk menantang lembaga masyarakat dan relasi kekuasaan. Peran jurnalisme warga adalah yaitu berlaku sebagai kritik media, juga bisa mengkritik prinsip-prinsip jurnalis profesional domestik, melakukan tindakan terhadap isu yang mungkin di abaikan. Dalam konteks globalisasi, perkembangan ini menuntun pada cara baru untuk memahami perubahan sosial.

Jurnalisme warga sangat cepat bermunculan. Inilah masa depan jurnalisme dan kita harus siap dan terbiasa dengan itu. Dengan kemajuan teknologi, kemampuan untuk melakukan kegiatan jurnalistik menyebar ke semua orang. Orang-orang dapat men-tweet dan mengunggah video yang diambil menggunakan telepon genggam dan mampu menyampaikan cerita kepada khalayak di saat itu juga.

Menurut Sitepu (2001), konsep berpikir jurnalisme secara luas yaitu masyarakat biasa dapat melakukan kegiatan junalistik dengan membuat media sendiri, dimana wujud medianya bukan perusahaan profesional, tetapi berbasis komunitas atau individu. Di sana tidak ada struktur pemimpin umum, pemimpin redaksi, apalagi pemimpin perusahaan. Jurnalis warga hanya berkonsentrasi pada mutu, jumlah, dan pengayaan terhadap isi medianya.

Jurnalisme jenis ini (jurnalisme warga) terus bertumbuh dan kita bisa melihat kekuatannya.Jurnalisme warga tidak melulu tentang politik,  bisa tentang ekonomi, tentang komedia pun bisa, dan sebagainya. Jurnalisme warga juga lebih dari sekedar memotret kesalahan para politisi atau selebriti. Jurnalisme warga mampu menerobos kisah-kisah yang bisa metransofrmasi jurnalisme tradisional. Jurnalis warga dapat pencarian dokumen-dokumen atau mengisi petunjuk-petunjuk investigasi yang sedang dilakukan oleh suatu media, dengan menemukan informasi di dalam komunitas mereka. Jurnalisme warga bisa menggali informasi apapun yang ada di lingkungannya yang sedang hangat, dan menjadi semakin kreatif dalam menyelidiki untuk menemukan fakta-fakta dan memberitakannya .Hal yang membuat jurnalisme warga  menjadi hal yang digemari saat ini adalah tidak ada aturan yang tertulis.Meskipun jurnalis secara fundamental harus memiliki komitmen terhadapa akurasi, verifikasi fakta, dan keberimbangan harus tetap di jaga.

Semua orang bisa menjadi jurnalis warga, yang dibutuhkan hanyalah hasrat atau keinginan yang kuat, sedikit latihan, dan keinginan untuk menyampaikan cerita yang bagus. Kita bisa bergabung dengan situs berita atau menyebarkan berita kita secara independen baik melalui media sosial maupun blog, atau situs berita pribadi. Saat ini adalah waktu yang terbaik bagi setiap warga untuk keluar dan melaporkan semua kejadian yang ada di sekitarnya.

Lalu, apa peran media atau perusahaan media dalam menghadapi era jurnalisme baru ini?

Jadi perusahaan media harus memiliki strategi, melihat perilaku masyarakat yang sudah mulai berlomba-lomba mengunggah segala informasi di sekitarnya, perusahaan media dapat membuat berita dari “keributan-keributan” atau hal viral yang tersebar di internet, misalnya seorang jurnalis melihat potongan gambar atau informasi yang terpisah-pisah, tweetyang berbeda tetapi dengan topik yang sama, maka tugas jurnalis adalah mencari tahu urutan ceritanya dan mencari tahu apa yang terjadi, menyatukan semua pecahan informasi, dan menjadikannya sebuah berita. Cara kerja seperti ini salah satu strategi agar media tidak tertinggal dengan kecepatan penyebaran informasi dari jurnalis warga.

Kemudian ada satu hal lagi yang bisa dilakukan perusahaan media untuk bertahan. Ada satu hal yang tidak dilakukan oleh kebanyakan masyarakat. Hal tersebut adalah seperti menginvestigasi korupsi perusahaan multinasional atau politisi yang korupsi. Itu adalah pekerjaan jurnalis profesional yang memiliki banyak sumber dan jaringan, pengetahuan untuk menggali informasi sedalam-dalamnya dan menemukan sebuah peristiwa kemudian mengungkapkan hal itu kepada publik.

Bagaimana media sosial mengubah jurnalisme?

Menururt Pusat Penelitian Pew dalam (TheLipTV, 2014), ada 3 media sosial utama yang menjadi sumber orang-orang untuk mendapatkan berita khususnya orang Amerika.

Pertama Facebook, kedua Twitter, ketiga Youtube.

Twitter dan Facebook adalah media sosial yang sangat membantu untuk mendapatkan informasi secara cepat, bahkan menemukan informasi dan membagikannya. Kita juga bisa benar-benar bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di kehidupan orang-orang. Tidak hanya itu penggunaan Instagram, Pinterest, Tumblr, LinkedIn, dan sebagainya dimanfaatkan oleh media-media yang ada agar tidak ketinggalan. Meski memilki sekian dampak positif, tetapi media sosial memiliki kelemahan. Kita harus memverifikasi informasi tersebut, dan itu membutuhkan keinginan yang kuat untuk melakukan pengecekan fakta. Kontrol terhadap aliran informasi ini harus ada.

Media sosial mengubah jurnalisme dalam banyak aspek. Ada sisi positif dan negatif.  Khalayak tidak lagi tidak memiliki patokan siaran penerbit berita karena mereka memiliki banyak pilihan media untuk dijadikan sebagai sumber informasi, dan hal tersebut berarti bahwa wawasan khalayak bisa lebih luas dan terbuka karena mereka bisa mengakses informasi yang sama di berbagai macam media.

Melalui media sosial, media massa bisa menjangkau lebih banyak audiens karena ada sebagian orang yang hanya mencari berita dalam ruang digital. Facebook sendiri memilik dampak yang luar biasa dalam praktik dan bisnis jurnalisme ini. Internet adalah seperti aliran lalu lintas kenyataan, dan jika suatu informasi atau berita tidak sukses di Facebook, maka itu juga tidak akan sukses dalam aspek lain.

Twitter pun salah satu media sosial yang penting dan merupakan suatu wadah yang baik untuk membuat agenda dan memulai diskusi dengan khalayak, tetapi Facebook adalah tempat dimana orang-orang benar-benar mendiskusikan dan berbagi informasi tersebut.

Melibatkan jurnalis warga dalam perusahaan-perusahaan media merupakan suatu ide yang harus bisa di terima oleh perusahaan media untuk mengikuti perkembangan zaman. Media harus bisa menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang baru. Hal yang dapat dipelajari oleh media tradisional dari media baru adalah agar terpacu untuk menjadi lebih cepat, membawa lebih banyak suara dalam diskusi, dan media tradisional harus menciptakan lingkungan dimana orang-orang percaya bahwa media tersebut bisa menyatukan semua orang.

Kini, media baru pun berkembang menjadi semakin profesional, jadi semakin terlihat seperti media yang lama, dan media lama pun mengikuti tren media baru dengan memiliki situs-situs sejenis blog atau memiliki web berita, dan hal ini dalam hal tertentu semakin mengaburkan batas antara media media tradisional dan media baru atau media sosial. Perubahan ini menggentarkan, menakutkan, karena konsumen memiliki lebih banyak tanggungjawab, dan konsumen bisa mencari tahu siapa yang bisa dipercaya.

Informasi yang kita terima tergantung pada sikap kita terhadap penggunaan  media sosial. Bagaimana kita menggunakannya berita atau informasi yang ada di media sosial, dan pemahaman kita terhadap berita yang dibaca.

Salah satu berita buruk adalah ketika kita mengakses Facebook, yang sering muncul di beranda kita adalah unggahan terbaru dari teman Facebook atau orang-orang yang terkait dengan kita. Informasi yang kita terima pun relatif sempit karena sumbernya hanya dari orang-orang yang sama dan  Facebookmenyaring apa yang kita lihat dan kita pilih, khususnya dalam kaitannya dengan berita dan kontennya. Padahal inti dari berita adalah untuk membuka wawasan dan mata kita terhadap dunia. Bagaimana kita bisa mendapatkan sisi pandangan yang berbeda jika yang kita lihat hanya informasi dari orang yang sama terus menerus?

Dan hanya sekitar 34 % pengguna Facebook yang menyukai halaman organisasi berita, jadi ini menguatkan fakta bahwa kebanyakan pengguna Facebook mendapatkan berita dari temannya, bukan dari halaman atau situs berita.

Bahkan terkadang setelah pengguna menyukai halaman berita, berita dari halaman itu tidak muncul, tetapi yang selalu muncul adalah berita yang diunggah temannya, dengan topik  yang umum atau populer seperti hiburan, kejadian dan orang dalam komunitas, olahraga, dan seterusnya.

Jangka waktu orang untuk mengakses media sosial pun lebih banyak daripada waktu yang dihabiskan ketika membuka situs atau halaman berita melalui salah satu media sosial seperti Facebook.  Jika membuka halaman atau situs berita melalui Facebook, rata-rata orang menghabiskan waktu hanya 1 menit 40 detik, sedangkan ketika seseorang membuka situs berita langsung melalui browser, biasanya waktu yang dihabiskan sekitar 4 menit 37 detik, jadi perbedaannya cukup signifikan.

Ada perbedaan kedalaman informasi yang diterima berdasarkan durasi waktu yang dihabiskan dan level jurmlah informasi yang diterima.

Orang-orang memilih untuk berbagi foto atau video dari peristiwa yang terjadi saat itu. Jadi lebih banyak diskusi yang terjadi atas berita atu isu yang dibagikan. Masyarakat bisa berinteraksi dengan situs atau halaman berita dan membuatnya menjadi nyata,bahkan memproduksi berita (jurnalisme warga) daripada hanya menjadi penerima informasi yang pasif.

Media sosial dan jurnalisme warga menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan kebebasan dan kemerdekaan dalam negara demokrasi. Hal ini merupakan sebuah peringatan bagi perusahaan-perusahaan media agar harus terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pemberitaanya. Jika tidak, media tersebut berpeluang untuk ditinggalkan. Pemanfaatan teknologi harus dimaksimalkan dan terus dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alan., S., & Thorsen., E. ( 2009). Citizen Journalism; Global Perspectives. New York: Peter Lang.

Lestari, R., Iskandar, D., S. (2016). Mitos Jurnalisme. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Sitepu, V. (2001). Merdeka Menulis, Menaiktarafkan Mutu Jurnalisme Warga. Medan: KOMSOS-KAM.

DAFTAR VIDEO

Newseum. (2013). Journalism and Social Media

Now This. (2015).  How The 21st Century Changed Journalism

The Atlanctic. (2014). How Is Social Media Changing Journalism?

TheLipTV. (2014). Social Media and News - Is it Reliable?

TEDx Talks. Citizen Journalism is Reshaping the World: Brian Conley at TEDxMidAtlantic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun