Informasi yang kita terima tergantung pada sikap kita terhadap penggunaan  media sosial. Bagaimana kita menggunakannya berita atau informasi yang ada di media sosial, dan pemahaman kita terhadap berita yang dibaca.
Salah satu berita buruk adalah ketika kita mengakses Facebook, yang sering muncul di beranda kita adalah unggahan terbaru dari teman Facebook atau orang-orang yang terkait dengan kita. Informasi yang kita terima pun relatif sempit karena sumbernya hanya dari orang-orang yang sama dan  Facebookmenyaring apa yang kita lihat dan kita pilih, khususnya dalam kaitannya dengan berita dan kontennya. Padahal inti dari berita adalah untuk membuka wawasan dan mata kita terhadap dunia. Bagaimana kita bisa mendapatkan sisi pandangan yang berbeda jika yang kita lihat hanya informasi dari orang yang sama terus menerus?
Dan hanya sekitar 34 % pengguna Facebook yang menyukai halaman organisasi berita, jadi ini menguatkan fakta bahwa kebanyakan pengguna Facebook mendapatkan berita dari temannya, bukan dari halaman atau situs berita.
Bahkan terkadang setelah pengguna menyukai halaman berita, berita dari halaman itu tidak muncul, tetapi yang selalu muncul adalah berita yang diunggah temannya, dengan topik  yang umum atau populer seperti hiburan, kejadian dan orang dalam komunitas, olahraga, dan seterusnya.
Jangka waktu orang untuk mengakses media sosial pun lebih banyak daripada waktu yang dihabiskan ketika membuka situs atau halaman berita melalui salah satu media sosial seperti Facebook. Â Jika membuka halaman atau situs berita melalui Facebook, rata-rata orang menghabiskan waktu hanya 1 menit 40 detik, sedangkan ketika seseorang membuka situs berita langsung melalui browser, biasanya waktu yang dihabiskan sekitar 4 menit 37 detik, jadi perbedaannya cukup signifikan.
Ada perbedaan kedalaman informasi yang diterima berdasarkan durasi waktu yang dihabiskan dan level jurmlah informasi yang diterima.
Orang-orang memilih untuk berbagi foto atau video dari peristiwa yang terjadi saat itu. Jadi lebih banyak diskusi yang terjadi atas berita atu isu yang dibagikan. Masyarakat bisa berinteraksi dengan situs atau halaman berita dan membuatnya menjadi nyata,bahkan memproduksi berita (jurnalisme warga) daripada hanya menjadi penerima informasi yang pasif.
Media sosial dan jurnalisme warga menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan kebebasan dan kemerdekaan dalam negara demokrasi. Hal ini merupakan sebuah peringatan bagi perusahaan-perusahaan media agar harus terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pemberitaanya. Jika tidak, media tersebut berpeluang untuk ditinggalkan. Pemanfaatan teknologi harus dimaksimalkan dan terus dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Alan., S., & Thorsen., E. ( 2009). Citizen Journalism; Global Perspectives. New York: Peter Lang.
Lestari, R., Iskandar, D., S. (2016). Mitos Jurnalisme. Yogyakarta: Penerbit ANDI.