Karena terdapat pengiriman informasi dimuatkan dalam bentuk teks, foto, video, audio yang menjadi bagian dari multimedia.
Setelah mendapatkan berita dari platfrom media, publik kembali membagikan tautan link (Hypertextual) informasi tersebut dan dikirimkan ke media pribadi dan dibagikan secara terus menerus ke orang-orang yang berbeda, sehingga kabar tersebut mempengaruhi orang lain untuk percaya pada informasi hoax terkait vaksin chip dan membuat mereka takut untuk di vaksin.
Publik menjadi interaktif merasa paling tahu dan kemudian berperan sebagai produsen berita tentang vaksin chip dan menulis di blog sebagai bentuk kritikan ke pemerintah untuk membuktikan vaksin chip benar adanya namun kredibilitas informasi tidak dimiliki produsen berita. Kecepatan penyebaran informasi mengakibatkan informasi yang benar menjadi tertutup, karena berita hoax.
Sebenarnya di masa pandemi COVID-19 ini pemerintah semakin transparansi membahas vaksinasi COVID-19. Ketika hoax vaksinasi itu mencuat di media digital Juru Bicara Pemerintah Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, isu penanaman chip yang bisa melacak masyarakat yang telah menerima vaksin adalah berita bohong/hoax.
Maka tanggapan dari pemerintah menjadi informasi penting bagi seluruh rakyat Indonesia untuk tidak mempercayai berita hoax terkait vaksina chip COVID-19 sekaligus menjadi catatan penting bagi masyarakat untuk lebih pintar dalam mencari dan mencermati informasi agar tidak mudah dipengaruhi oleh berita hoax yang merusak kehidupan dalam negera.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H