Mohon tunggu...
GITHA MAY
GITHA MAY Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas pendidikan indonesia

hobby rebahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Heutagogi dalam Pendekatan Pembelajaran di Era Revolusi Digital

29 Desember 2022   15:01 Diperbarui: 29 Desember 2022   15:06 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi digital sendiri merupakan tantangan bagi dunia Pendidikan. Karena bagi para penyelenggara diharuskan untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyelenggarakan pembelajaran. Tenaga pendidik diharuskan untuk beradaptasi dalam kemajuan digital. Dan meningkatkan kesadaran dalam menguasai kemajuan teknologi digital, serta pemanfaatan teknologi digital didalam pembejaran. Ini merupakan tuntutan dari era teknologi digital untuk dunia Pendidikan agar senantiasa terus berkembang serta menyesuaikan perkembangan teknologi yang semakin maju.

Revolusi digital banyak memberikan inovasi terhadap dunia Pendidikan guna menunjang proses pembelajaran dan banyaknya variasi media pembelajaran yang dapat digunakan didalam dunia Pendidikan. Teknologi pembelajaran akan terus mengalami perkembangan dan menciptakan inovasi inovasi baru lainnya. Para pelaku Pendidikan sering menggunakan teknologi dalam media pembelajaran seperti menggunakan laptop dan projector dalam menjelaskan materi dan membuat video materi agar dapat mudah dipahami dan dipelajari secara mandiri oleh para pelajar.

Menghadapi era revolusi digital para pelaku Pendidikan harus memikirkan ulang dan berinovasi dalam bagaimana cara mendidik atau pendekatan yang tepat dalam era revolusi digital ini. Generasi yang tumbuh didalam teknologi digital dan menyandarkan pengetahuan dan pencarian secara cepat yang berbasis internet. Generasi sekarang telah dibesarkan dalam lingkungan yang berkaitan dengan teknologi digital dan telah terbiasa menggunakan teknologi digital dalam berbagai kebutuhan sehari-hari. 

Waktu dan aktivitas pembelajaran yang sering dilakukan oleh generasi sekarang dengan mengoneksikan diri kepada sumber-sumber pengetahuan dari berbagai belahan dunia yang didapatkan didalam internet. Hal ini memudahkan mereka dalam mencari refererensi atau ide dengan teknologi digital dan informasi, komunikasi dan mendapatkan pengetahuan serta belajar secara instan dan cepat. Generasi sekarang lebih menyukai media pembelajaran berbasis teknologi digital dibandingkan dengan menggunakan media pembelajaran manual.

Apakah para penyelenggara Pendidikan sudah siap sepenuhnya dengan adanya revolusi digital dalam generasi ini? Faktanya belum sepenuhnya para penyelenggara Pendidikan dan tenaga pendidik menyiapkan pembelajaran yang sesuai dengan gaya kognisi, gaya belajar, dan perilaku belajar, serta kebutuhan yang diinginkan oleh generasi sekarang. Diperlukan penataan atau pemikiran ulang dalam memperlakukan dan memahami karakteristik generasi sekarang. Karena setiap generasi memiliki karakteristik, kekuatan, potensi dan tantangan yang berbeda-beda. Karena perbedaan karakteristik mempengaruhi kebutuhan akademik dan psikologisnya. 

Didalam generasi sekarang yang dimana teknologi digital dan lingkungan mempengaruhi terhadap gaya belajar dan perilaku belajar. Perubahan cara belajar dari generasi ini diperlukannya perubahan strategi dan pendekatan pembelajaran. Diperlukannya inovasi dan desain ulang pembelajaran yang sudah tidak sesuai dengan kondisi generasi sekarang.

Pendekatan pembelajaran yang memomosikan pelajar sebagai pusat dari seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran ialah pendekatan heutagogi. Keterampilan pelajar dikembangkan sepenuhnya dengan menjadikan pembelajaran sebagai proses aktif dan proaktif. Pada dasarnya pendekatan heutagogi menjadikan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator atau pemandu dalam proses pembelajaran. Pendekatan heutagogi menekankan pembelajaran yang berfokus pada diri sendiri dan mengarahkan diri sendiri, yang dimana pelajar memiliki otonomi penuh dalam merancang pembelajaran aktif, proaktif dan menyenangkan bagi diri sendiri. 

Pelajar bertindak sebagai pusat utama dalam pemebelajaran mereka sendiri yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman pribadi. Yang dimana pelajar juga berkembang dalam kedewasaan dan kemandirian. Dan pendekatan ini memiliki prioritas utama yaitu kemandirian bagi belajar mereka dan menentukan strategi belajar mereka sendiri dan mengembangkan bahan ajar secara mandiri. Jadi pendekatan heutagogi sendiri merupakan perkembangan dari andragogi.

Gambar 1. Heutagogi sebagai kelanjutan dari andragogi

Pada double-loop learning (dua lingkaran pembelajaran) pelajar mempertimbangkan masalah (problem), Tindakan (action), dan hasil (outcome) yang dihasilkan, dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi keyakinan dan Tindakan. pembelajaran double-loop learning ini membuat pendekatan heutagogi tidak hanya bicara tentang keterampilan, tetapi memberikan pengalaman untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam mengambil Tindakan yang efektif dalam merumuskan dan memecahkan masalah. Pendekatan heutagogi menurut Narayan,V. dan herrington J :

  • Kurikulum mengakui sifat pembelajaran yang mengalir secara alami.
  • Pelajar adalah penggerak dalam menentukan jalur pembelajaran, konteks, kegiatan dan perjalanannya.
  • Pelajar dilibatkan dalam desain penilaian atau memastikan bahwa siswa memiliki fleksibilitas untuk menerapkannya dalam konteks.
  • Belajar adalah kegiatan kolaboratif.
  • Pelajar ditawari pelatihan dan ketentuan umum jika diperlukan.
  • pertanyaan pelajar ; Ini memberikan kesempatan untuk kolaborasi sejati antara pendidik dan peserta didik dalam hal konten dan proses. Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga mengklarifikasi bimbingan, perancangan, dan dukungan seperti apa yang dibutuhkan siswa.
  • Siswa membuat konten yang relevan secara kontekstual sesuai dengan pengetahuan dan kebutuhan belajarnya.
  • Dorong praktik reflektif untuk pembelajaran mendalam dengan cara berikut:belajar buku harian; pengalaman belajar atau penelitian tindakan dalam kehidupan nyata; dan penilaian formatif dan sumatif dengan "penilaian untuk belajar" untuk refleksi dan refleksi.
  • Kemudian pertanyaan siswa; Ini memberikan kesempatan untuk kolaborasi sejati antara pendidik dan peserta didik dalam hal konten dan proses. Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga mengklarifikasi jenis panduan, kondisi kerangka kerja, dan dukungan yang dibutuhkan siswa.

Pendekatan heutagogi merupakan pengembangan dari pendagogi dan andragogi. Pelajar yang menggunakan pendekatan heutagogi lebih mandiri, sedangkan pelajar yang memiliki pemahaman yang kurang membutuhkan banyak bimbingan dari pendidik.

Gambar 2. Perkembangan pendagogi, andragogi, dan Heutagogi

Berdasarkan gambar 2, dijelkan bahwa heutagogi berada di pyramida paling atas (level 3) yang dimana heutagogi menekankan pada realisasi, dengan menekankan pada keterlibatan pelajar sebagi fokus utama yang memiliki otonomi penuh dalam pembelajaran.

Perbedaan antara pendagogi, andragogi dan heutagogi yaitu:

  • Pendagogi (pembelajaran yang pimpin oleh pendidik)
  • Pembelajaran yang dipercayakan atau diproses oleh pendidik. Tugas pendidik adalah merencanakan pembelajaran dan mengidentifikasi materi pembelajaran dan sumber belajar. Peserta didik bergantung kepada pendidik dan memiliki sedikit tanggung jawab untuk belajar. Dan pembelajaran bersifat linier dan beruntun.
  • Andragogi (pembelajaran yang mandiri)
  • Peserta didik memiliki otonom dalam pembelajaran mereka. Peserta didik berusaha untuk lebih bertanggung jawab alam belajar. Sehingga siswa mencari bimbingan dalam belajar. Fokus pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  • Heutagogi (pembelajaran yang ditentukan sendiri)
  • Peserta didik bertanggung jawab penuh atas pembelajaran nya,sehingga fokus pembelajarnya berbasis inkuiri. menjadikan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator atau pemandu dalam proses pembelajaran. Tugas atau peran dari seorang pendidik adalah mendorong untuk menyatukan peluang,konteks,relevansi,dan kompleksitas untuk mendorong kolaborasi dan rasa ingin tahu.

Pendekatan heutagogi dalam pembelajaran revolusi digital, pelajar pada umunya menyelesaikan berbagai tantangan atau permasalahan dengan menggunakan atau memanfaatkan inovasi teknologi yang ada. Ini dilakukan agar mempermudah dan menyelesaikan tantangan dan permasalahan lebih evisien dan lebih mudah.

Pendekatan heutagogi yang digunakan di Indonesia khususnya saat pandemi covid-19 yang dimana pembelajaran tatap muka atau pembelajaran yang diadakan dilingkungan ditiadakan dan diharuskan untuk menggunakan metode pembelajaran jarak jauh. Pembelajaran jarak jauh sendiri tidak terlepas dari kemajuan digital. Media sosial sendiri memiliki peranan yang sangat penting dalam pendekatan heutagogi yang dimana dapat membantu peserta didik dalam membuat pembelajaran mereka sendiri. Peserta didik dapat terlibat aktif dalam pembelajaran.

  • Pembelajaran dalam pendekatan heutagogi terhadap lingkungan mobile learning.
  • Dengan bantuan mobile learning peserta didik dapat merencanakan pembelajarannya.
  • Pembelajaran mobile learning memungkinkan peserta didik untuk membuat komunitas belajar mereka sendiri menggunakan alat jejaring sosial yang ditawarkan atau yang dibuat oleh pendidik. Contoh aplikasi yang sesuai dengan pembelajaran seperti : WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter, Edmodo, Google Meet atau Zoom, blog, Youtube dan lain-lain.
  • Peserta didik dapat berkolaborasi dalam pengembangan konten dengan anggota lain dari komunitas belajar mereka.
  • Peserta didik dapat mempresentasikan pembelajaran mereka dengan cara yang paling sesuai untuk mereka. Ini bisa termasuk menggunakan ponsel untuk blog, membuat esai foto, screencast, membuat video atau podcast, menggambar, menyanyi, menari, dll.
  • Untuk mendapatkan umpan balik, peserta didik dapat berinisiatif sendiri dengan bertanya kepada pendidik atau trainer dan rekan-rekannya. Mendapatkan umpan balik tergantung pada peserta didik itu sendiri apakah mereka membutuhkan umpan balik atau tidak.
  • Filsuf virtual : alat pembelajaran asinkron, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik, merefleksikan dan mengubah proses berfikir dan logika. Filsuf Virtual mengidentifikasi celah dalam proses berpikir siswa dan membuat siswa untuk mengevaluasi dan mengevaluasi kembali mengapa mereka berpikir dengan cara tertentu.
  • Konten yang dibuat oleh peserta didik seperti media sosial : media sosial mendorong pengembangan keterampilan mandiri. Seperti pengembangan konten peserta didik.

Sehingga penerapan pendekatan heutagogi diimplementasikan dalam praktek sebagai berikut :

  • Pembelajaran yang saling bergantung seperti menyelidiki hal-hal baru, menemukan informasi baru, berpartisipasi dalam kegiatan penelitian,pengujian hipotesis, Memvalidasi pengetahuan, berkolaborasi dengan pendidik dan peserta didik lainnya.
  • Double and triple loop learning, yang menekankan pada kemampuan menganalisis yang dipelajari, kemampuan menganalisis bagaimana informasi baru dan jalur pembelajaran memengaruhi sistem nilai dan kepercayaan, kemampuan mengenali pelajaran yang dipelajari dari pengalaman, penerapan Informasi dan pengalaman yang diketahui . dan situasi baru, kemampuan menjawab pertanyaan dan masalah yang berkaitan dengan lingkungan belajar.
  • berpartisipasi secara online kemudian peserta didik dapat berpartisipasi dalam pelatihan tatap muka dan dalam komunitas pelatih dan pakar lainnya. Kemudian bagikan informasi dan konten di komunitas pendidikan, ajukan pertanyaan di komunitas, dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran komunitas.

Pada dasarnya, di era revolusi digital manusia menyelesaikan berbagai tantangan dengan menggunakan atau memanfaatkan berbagai inovasi teknologi yang dihasilkan. Untuk menghadapi tantangan pembelajaran di era revolusi digital pendekatan hetagogik sangat tepat. Heutagogi adalah kerangka kerja yang relatif baru untuk mengajar dan belajar. 

Pada dasarnya pendekatan hetagogi memungkinkan pendidik hanya berperan sebagai fasilitator atau pembimbing dalam proses pembelajaran dan menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang ditentukan oleh siswa itu sendiri. Dalam pendekatan hetagogik, siswa memiliki otonomi penuh dalam merancang pembelajaran yang aktif, proaktif dan menyenangkan bagi dirinya sendiri. Memungkinkan pembelajaran yang inovatif dan memuaskan.

Melalui pembelajaran jarak jauh untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pendekatan hetagogik dalam pengajaran dan pembelajaran, seperti pelatihan di kelas dan komunitas pelatih serta pakar atau rekan lainnya . siswa Kemudian bagikan informasi dan konten di komunitas pendidikan, ajukan pertanyaan di komunitas, dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran komunitas.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hiryanto. (2017). PEDAGOGI, ANDRAGOGI DAN HEUTAGOGI SERTA IMPLIKASINYA. Dinamika pendidikan , 19.

khotimah , U. s. (2020). PENDEKATAN HEUTAGOGI DALAM PEMBELAJARAN di ERA . JURNAL ILMU PENDIDIKAN(JIP) , 8.

Muhid, A. (2021). Heutagohi. Malang: Intelegensi media.

sulistya, R. (2019). HEUTAGOGI SEBAGAI PENDEKATAN PELATIHAN BAGI GURU. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 12.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun