Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

I am a student of Journalistic Communication Studies, I actively read and share writing on several online media sites, both in the form of light articles, short stories, poetry and short opinions related to actual interesting issues. The reason I joined Kompasiana was because I was interested in the various features available to spread kindness to the public

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hobby Kok Minta Maaf! Kenali 5 Penyebab Orang Terkena 'Sorry Syndrome'

17 Oktober 2024   17:55 Diperbarui: 17 Oktober 2024   19:19 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut para psikolog, ada tipe kepribadian yang disebut people pleaser, yaitu orang yang sangat ingin membuat orang lain senang dan nyaman. Mereka takut jika membuat orang lain tidak nyaman, dan sering kali mengucapkan maaf sebagai bentuk usaha menjaga keharmonisan. 

Dalam hal ini, "maaf" digunakan sebagai tameng agar mereka bisa terus menyenangkan orang lain, tidak mengecewakan orang lain dan menjaga kedekatan sosial. 

Psikolog Harriet Lerner, dalam bukunya The Dance of Connection, menjelaskan bahwa seringnya minta maaf bisa menjadi tanda bahwa seseorang terlalu peduli pada persepsi orang lain terhadap dirinya, hingga mengorbankan kebutuhannya sendiri.

4. Mereka Dapat Memiliki Trauma atau Pengalaman Buruk di Masa Lalu

Orang yang telah mengalami trauma emosional atau pengalaman buruk di masa lalu, seperti pelecehan verbal atau hubungan yang tidak sehat, mungkin lebih sering meminta maaf karena terbiasa merasa salah atau bertanggung jawab atas hal-hal yang di luar kendalinya. 

Seperti halnya ditemukan dalam film-film bertema tentang kekerasan dan bulliying, korban dari kekerasan emosional atau pelecehan sering kali mengembangkan kebiasaan minta maaf sebagai cara untuk menghindari ancaman lebih lanjut, bahkan dalam situasi yang netral atau aman. Ini menunjukkan bagaimana trauma masa lalu bisa memengaruhi perilaku seseorang di masa kini.

5. Mereka Bisa Memiliki Kecemasan Sosial

Orang yang sering merasa cemas dalam situasi sosial sering kali merasa bahwa mereka telah melanggar norma atau aturan yang tidak mereka sadari. Ini membuat mereka merasa perlu untuk terus meminta maaf, bahkan ketika tidak ada pelanggaran yang terjadi. 

Menurut beragam sumber, orang dengan kecemasan sosial merasa tidak nyaman dalam situasi di mana mereka harus berinteraksi dengan orang lain, dan permintaan maaf yang berulang kali adalah salah satu cara mereka mencoba mengurangi ketegangan atau ketidaknyamanan yang mereka rasakan.

Di sisi lain, adakalanya meminta maaf menjadi langkah preventif atas tindakan kesalahan yang mjngkin secara tidak sadar dilakukan, tetapi pada umumnya, permintaan maaf yang murni yaitu yang berangkat dari kesadaran, penyasalan dan pengakuan kesalahan, komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama serta melakukan perbaikan. 

Dengan demikian, meminta maaf adalah etika yang harus dimiliki setiap orang, tetapi ketika sifatnya berlebihan, hal tersebut bukan solusi, melainkan masalah psikologis yang membutuhkan pengobatan psikis. (*) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun