Ketika menerima informasi yang sifat kebenarannya tidak mutlak, sebaiknya jangan hanya bergantung pada satu sumber informasi atau pandangan.Â
Penting untuk memperluas cakrawala dengan mengonsumsi berita dan opini dari berbagai sudut pandang yang akan membantu memahami situasi dengan lebih baik.
3. Refleksi Sebelum Berbicara
Seperti kata pepatah, menjaga lebih baik daripada mengobati, itu artinya, sebelum berpendapat atau memposting sesuatu di media sosial, penting untuk mempertimbangkan resikonya.Â
Meskipun media sosial merupakan hak milik pribadi, namun ada etika sosial yang tetap harus dipatuhi, tentang bagaimana pernyataan tersebut akan diterima oleh orang lain. Apakah ada kemungkinan menyakiti perasaan atau lebih memperburuk keadaan?
Jika iya, dan tidak siap dengan resikonya, mungkin lebih baik menahan diri.
4. Berani Mengakui Kesalahan
Terakhir, namun tentunya tidak kalah penting yaitu mengakui kesalahan, jika sudah terlanjur membuat pernyataan yang tone deaf, langkah terbaik adalah segera mengakui dan meminta maaf atas kekeliruan yang dibuat.Â
Hal ini menunjukkan kesadaran dan komitmen untuk memperbaiki diri dan memulihkan kembali ruang sosial yang sempat mengeruh.Â
Dengan demikian, istilah "tone deaf" tidak hanya menggambarkan ketidakpekaan, tetapi juga mencerminkan kurangnya kesadaran sosial, sehingga penting untuk mengetahui penyebab dan cara mengatasinya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H