Saat menyelesaikan sebuah masalah, sebaiknya mengatur napas dan mengendalikan pikiran terlebih dahulu sehingga dapat mencari inti permasalahan dengan tenang. Gilang dan Ambar menggunakan amarah dan ego masing-masing setiap kali ada masalah sehingga membuat hubungan mereka semakin tidak harmonis. Dalam hal ini, menahan ego dan amarah untuk mendengar sudut pandang pasangan juga diperlukan agar dapat memahami satu sama lain.
Namun, salah satu hal menarik dalam film ini adalah ketika Gilang menampar dirinya sendiri untuk meluapkan amarahnya kepada Ambar, kepasrahan Gilang menunjukan bahwa rasa cintanya kepada Ambar bahkan lebih besar daripada terhadap dirinya sendiri. Namun, istilah wanita selalu benar bukan berarti lelaki harus selalu pasrah.
4. Jangan Betengkar di Depan Anak
Dilansir dari Alodokter.com, Menurut penelitian, pertengkaran orang tua yang disaksikan oleh anak bisa menyebabkan peningkatan produksi hormon stres. Akibatnya, proses belajar anak di sekolah bisa terganggu dan ia pun merasakan berbagai gejala fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut.
Kondisi seperti ini jelas dirasakan Bagas, anak pertama dari pasangan Gilang dan Ambar, diceritakan kalau Bagas seringkali melamun memikirkan kondisi dan hubungan orang tuanya yang tidak harmonis. Bahkan, berkelahi dengan temannya di Sekolah. Karena sudah menjadi rahasia umum, kondisi keluarga yang broken home dapat merusak mental anaknya.
5. Jangan Membuka Peluang Orang Ketiga
Memutuskan untuk membangun bahtera rumah tangga sama halnya memutuskan untuk belajar seumur hidup, tidak ada seorang pun yang sudah propesional dalam menjalani rumah tangganya sendiri. Sekalipun sudah menikah bertahun-tahun., apalagi seiring berjalannya zaman yang semakin maju dan berkembang. Ilmu pernikahan pun harus semakin di-upgrade
Umumnya, permasalahan yang terjadi pada pasangan lama adalah rasa bosan. Namun, membuka peluang orang ketiga bukanlah solusinya. Upaya Gilang yang tidak membatasi diri dari Yuli dan seolah merasa nyaman sama saja membuka peluang orang ketiga di dalam rumah tangganya. Meskipun mungkin belum termasuk perselingkuhan. Fenomena perselingkuhan memang adalah masalah yang klasik. Namun, kunci menghindarinya adalah komitmen diri sendiri karena selingkuh bukan hanya menyakiti orang lain tapi mencemari diri sendiri.
6. Hati-Hati Membagikan Masalah Kepada Orang Lain
Tempat bercerita yang paling tepat adalah kepada Sang Pencipta. Namun, menceritakan masalah kepada orang lain untuk mencari jalan keluarnya juga tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, sekecil apapun masalah rumah tangga itu lebih sensitif. Bahkan, diceritakan kepada orangtua atau teman dekat sekali pun, terkadang malah menjadi pemicu masalah rumah tangga semakin besar. Seperti halnya Gilang yang memberitahu konflik pernikahan kepada orangtuanya dan Ambar yang menceritakan masalah rumah tangga kepada sahabatnya.
Tentunya, Film ini juga membawa pesan tersirat bahwa menghubungi dan menceritakan masalah kepada psikiater bukalah hal yang tabu dibanding kepada orang-orang terdekat yang berkemungkinan membela ataupun menghakimi. Karena psikater akan besikap netral untuk mengarahkan diri dan memberi solusi.