Mohon tunggu...
Gita Yulia
Gita Yulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

I am a student of Journalistic Communication Studies, I actively read and share writing on several online media sites, both in the form of light articles, short stories, poetry and short opinions related to actual interesting issues. The reason I joined Kompasiana was because I was interested in the various features available to spread kindness to the public

Selanjutnya

Tutup

Film

7 Nasihat Moral dari Film Noktah Merah Perkawinan, Salah Satunya Jarang Disadari

11 Agustus 2024   19:00 Diperbarui: 11 Agustus 2024   19:02 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Noktah Merah Perkawinan/Tangkapan Layar YouTube/ /YouTube Rafi film

Film Noktah merah perkawinan merupakan adaptasi ulang dari sinetron produksi Rafi Film yang pernah ditayangkan di Indosiar era 90-an. Film ini disutradarai Sabrina Rochelle Kalangie dan dibintangi beberapa aktor populer, yakni Marsha Timothy, Oka Antara, Sheila Dara, Roy Sungkono dan Ayu Azhari.

Berbeda dengan film yang mengangkat gendre pernikahan pada umumnya, Noktah merah perkawinan tidak menitikberatkan pada sensasi perselingkuhan dan romantisme pernikahan. Namun, konflik dasar yang realistis dan sering terjadi dalam suatu hubungan ketika menyelesaikan permasalahan sehingga film ini digandrungi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Selaras dengan judulnya, Film ini menceritakan noktah merah yang dapat diartikan sebagai noda atau konflik dalam bahtera rumah tangga Ambar (Marsha Timothy) dan Gilang (Oka Antara) yang telah menjalani kehidupan pernikahan selama 11 tahun dan dikaruniai dua orang anak. Tentunya, konflik tersebut memberikan pesan-pesan moral yang dapat dipetik, baik pesan yang menyangkut dengan rumah tangga maupun pesan moral secara umum.

1.  Membangun Komunikasi Terbuka

Salah satu kunci keutuhan hubungan adalah membangun komunikasi terbuka sehingga apapun bentuk permasalahannya dapat diselesaikan bersama, sementara Gilang terkesan tidak ingin melimbatkan Ambar dalam permasalahannya sehingga Ambar mengetahui dari orang lain, Sebaik apapun niat Gilang selama tidak dikomunikasikan membuat Ambar salah persepsi. Selain itu, Gilang juga terkesan menghindari deeptalk, pembicaraan mendalam untuk menyelesaikan masalah.

“Pasti semua orang setuju kalau komunikasi dalam suatu hubungan itu penting, dan membuat komunikasi yang baik itu engga mudah sama sekali” – Ambar, Noktah Merah Perkawinan

2.  Jangan Lari Dari Masalah

Pada dasarnya, memang ada karakter manusia yang akan diam atau silent treatment untuk meredakan dulu emosinya saat menghadapi masalah. Namun, jangan berlarut-larut dalam diam apalagi melarikan diri karena tidak akan membuat masalah itu selesai, Mendiamkan masalah dengan tidak membuka obrolan satu sama lain hanya akan membuat masalah itu menimbulkan banyak asumsi-asumsi untuk menciptakan masalah lain,

“Saling diam sama bahayanya dengan saling memaki”- Kartika, Noktah Merah Perkawinan

3.  Kendalikan Emosi

Saat menyelesaikan sebuah masalah, sebaiknya mengatur napas dan mengendalikan pikiran terlebih dahulu sehingga dapat mencari inti permasalahan dengan tenang. Gilang dan Ambar menggunakan amarah dan ego masing-masing setiap kali ada masalah sehingga membuat hubungan mereka semakin tidak harmonis. Dalam hal ini, menahan ego dan amarah untuk mendengar sudut pandang pasangan juga diperlukan agar dapat memahami satu sama lain.

Namun, salah satu hal menarik dalam film ini adalah ketika Gilang menampar dirinya sendiri untuk meluapkan amarahnya kepada Ambar, kepasrahan Gilang menunjukan bahwa rasa cintanya kepada Ambar bahkan lebih besar daripada terhadap dirinya sendiri. Namun, istilah wanita selalu benar bukan berarti lelaki harus selalu pasrah.

4.  Jangan Betengkar di Depan Anak

Dilansir dari Alodokter.com, Menurut penelitian, pertengkaran orang tua yang disaksikan oleh anak bisa menyebabkan peningkatan produksi hormon stres. Akibatnya, proses belajar anak di sekolah bisa terganggu dan ia pun merasakan berbagai gejala fisik, seperti sakit kepala dan sakit perut.

Kondisi seperti ini jelas dirasakan Bagas, anak pertama dari pasangan Gilang dan Ambar, diceritakan kalau Bagas seringkali melamun memikirkan kondisi dan hubungan orang tuanya yang tidak harmonis. Bahkan, berkelahi dengan temannya di Sekolah. Karena sudah menjadi rahasia umum, kondisi keluarga yang broken home dapat merusak mental anaknya.

5.  Jangan Membuka Peluang Orang Ketiga

Memutuskan untuk membangun bahtera rumah tangga sama halnya memutuskan untuk belajar seumur hidup, tidak ada seorang pun yang sudah propesional dalam menjalani rumah tangganya sendiri. Sekalipun sudah menikah bertahun-tahun., apalagi seiring berjalannya zaman yang semakin maju dan berkembang. Ilmu pernikahan pun harus semakin di-upgrade

Umumnya, permasalahan yang terjadi pada pasangan lama adalah rasa bosan. Namun, membuka peluang orang ketiga bukanlah solusinya. Upaya Gilang yang tidak membatasi diri dari Yuli dan seolah merasa nyaman sama saja membuka peluang orang ketiga di dalam rumah tangganya. Meskipun mungkin belum termasuk perselingkuhan. Fenomena perselingkuhan memang adalah masalah yang klasik. Namun, kunci menghindarinya adalah komitmen diri sendiri karena selingkuh bukan hanya menyakiti orang lain tapi mencemari diri sendiri.

6.  Hati-Hati Membagikan Masalah Kepada Orang Lain

Tempat bercerita yang paling tepat adalah kepada Sang Pencipta. Namun, menceritakan masalah kepada orang lain untuk mencari jalan keluarnya juga tidak sepenuhnya salah. Hanya saja, sekecil apapun masalah rumah tangga itu lebih sensitif. Bahkan, diceritakan kepada orangtua atau teman dekat sekali pun, terkadang malah menjadi pemicu masalah rumah tangga semakin besar. Seperti halnya Gilang yang memberitahu konflik pernikahan kepada orangtuanya dan Ambar yang menceritakan masalah rumah tangga kepada sahabatnya.

Tentunya, Film ini juga membawa pesan tersirat bahwa menghubungi dan menceritakan masalah kepada psikiater bukalah hal yang tabu dibanding kepada orang-orang terdekat yang berkemungkinan membela ataupun menghakimi. Karena psikater akan besikap netral untuk mengarahkan diri dan memberi solusi.

7.  Menghindari Berbuat Buruk

Sosok Yuli yang diperankan oleh Sheila Dara dalam film ini, memberikan pesan menarik dari sudut pandang orang ketiga yang sering kali digambarkan sebagai orang yang memiliki hati keji, tidak berbelas kasihan dan memaksakan keinginannya untuk merebut hak milik orang lain.

Tentu saja, Sosok orang ketiga dalam film ini menyadari, banyaknya interaksi dengan Gilang membuat rasa kagumnya berubah menjadi rasa cinta. Namun, langkah yang dilakukannya adalah berkonsultasi kepada psikiater karena merasa perasaan yang dimilikinya tidak baik dan untuk menghindari terjadinya kemungkinan buruk.

Itulah pesan-pesan moral yang terkandung dalam film Noktah Merah Perkawinan yang memberikan petuah dari berbagai sudut pandang dan utamanya tentang pentingnya komunikasi dalam suatu hubungan khususnya pernikahan (Gita Yulia)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun