Yakin masih mau jadi mahasiswa Jurnalistik? Jawabannya adalah yakin, berikut tips agar pembaca pun dapat merasa yakin ketika terlanjur kuliah di jurusan jurnalistik.
1. Mengasah Skill dan Pengetahuan tentang Jurnalistik
Jika dunia kerja dianalogikan sebagai medan perang, maka hal yang pertama harus dimiliki selain keberanian adalah skill dan pengetahuan sebagai pelurunya. Yakinlah selama optimis, memiliki skill dan pengetahuan, kita akan termotivasi untuk berani menghadapi kenyataan karena tantangan selalu sepaket dengan peluang.
Tak bisa dipungkiri, pengaruh perkembangan teknologi ini membuat dunia jurnalistik terkontaminasi, berita tercampur baur, masyarakat merasakan banjir informasi sehingga kesulitan memfilter dan menyaring informasi yang benar-benar akurat dan aktual. Di sanalah peran jurnalis seutuhnya untuk membersihkan kembali.
Mungkin semua orang dapat menghasilkan berita. Namun, tidak semua orang dapat menghasilkan berita yang baik. Mungkin semua orang dapat menjadi jurnalis, Namun, tidak semua orang dapat menjadi jurnalis yang baik. Caranya dengan menjadi mahasiswa jurnalistik yang belajar sungguh-sungguh
2. Menjadi Mahasiswa Jurnalistik adalah Previllage
Najwa Shihab pernah berkata, menjadi mahasiswa adalah sebuah previllage. Ya, termasuk menjadi mahasiswa jurnalistik karena hal tersebut tidak menutup kemungkinan pintu kemudahan akan dibukakan melalui relasi yang dimiliki.
Baik itu, teman seangkatan, kakak tingkat, teman seorganisasi maupun dosen jurnalistik sehingga disarankan untuk terus menjaga hubungan baik dengan semua orang. Tentu saja, hal tersebut merupakan previllage karena tidak akan didapatkan dengan mudah, jika bukan mahasiswa jurnalistik.
Yakinlah pelatihan singkat sehebat apa pun, tidak akan mampu membeli pengalaman menjadi mahasiswa jurnalistik, relasi yang di miliki di dunia jurnalistik dan idealisme yang ditanamkan selama menjadi mahasiswa jurnalistik.
3. Teknologi AI, Dapat Jadi Musuh Maupun Teman
Kemudahan yang diciptakan Artificial Intelegent tidak selamanya menjadi musuh yang menakutkan. Namun di sisi lain, AI tetaplah mesin yang membutuhkan manusia untuk mengoperasikannya. AI hanya buatan manusia yang tentu memiliki kekurangan dan tidak akan mampu sepenuhnya menyaingi kesempurnaan karya tuhan.