Pada tanggal 23 Mei 2019, saya berkesempatan mengunjungi museum perumusan naskah proklamasi yang bertempat di Jakarta Pusat bersama teman-teman. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, bangunan putih besar menyapa kedatangan kami. Arsitektur museum tersebut cukup unik, tidak seperti bangunan pada umumnya, bangunan tampak sangat mencolok dengan cat-cat kontras pada jendela, lokasi tersebut sangatlah menarik untuk berfoto-foto.
Museum memiliki pintu-pintu dan jendela-jendela yang lebih besar daripada umumnya, tampak jelas bahwa museum tersebut adalah bangunan yang sangat tua, hal tersebut membuatku terheran atas sejarah dari bangunan bersejarah tersebut.
Bedasarkan informasi yang saya dapatkan dari museum tersebut, gedung tersebut didirikan sekitar tahun 1920-an oleh arsitek Belanda J.F.L Blankenberg. Model arsitektur peninggalan Belanda dapat terlihat jelas karena memiliki gaya arsitektur Eropa (Art Deco). Bangunan tersebut cukup luas dengan luas bangunan 1.138,10 m2. Pada tahun 1931, bangunan ini adalah milik PT. Asuransi Jiwasraya. Saat terjadi Perang Pasifik, gedung ini dipakai British Consul General sampai Jepang menduduki Indonesia.
Pada masa Pendudukan Jepang setelah Pendudukan Belanda, gedung ini sempat menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda sampai Sekutu mendarat di Indonesia.
Pada September 1945, bangunan ini dialihfungsikan dalam aksi nasionalisasi terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan kepada Departemen Keuangan dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya.
Pada 1961, gedung ini dikontrak oleh kedutaan Inggris sampai dengan 1981 menjadi markas tentara Inggris. Selanjutnya pada 1981, gedung ini diterima oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 28 Desember 1981. Pada 1982, gedung ini menjadi perkantoran para karyawan Perpustakaan Nasional.
Gedung ini merupakan gedung yang sangat penting karena pada 16-17 Agustus terjadi peristiwa bersejarah pada gedung tersebut, yaitu perumusan naskah proklamasi. Mengingat peran pentingnya dalam proses kemerdekaan bangsa Indonesia, berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, gedung yang pernah menjadi tempat tinggal Laksamana Maeda ini dijadikan museum wariwan peninggalan sejarah. Museum itu diberi nama Museum Perumusan Naskah Proklamasi pada 1984.
Apakah daya tarik dari museum tersebut? Jika anda belum pernah berkunjung ke museum tersebut, mungkin anda menanyakan hal tersebut. Daya tarik utama dari museum ini sudah pasti benda-benda bersejarah peninggalan dari proses perumusan naskah proklamasi kemerdekaan.
Semua benda dan barang yang bersejarah tersebut benar-benar asli sehingga Anda bisa melihat sendiri di sana. Bukan hanya melihat-lihat saja, tetapi juga membaca dan mendapatkan pengetahuan perihal proses perumusan naskah proklamasi dari pertama hingga teks proklamasinya dibacakan oleh Ir. Soekarno. .
Museum Perumusan Naskah Proklamasi merupakan museum sejarah yang didalamnya menceritakan mengenai detik-detik sejarah peristiwa perumusan naskah proklamasi yang dihadiri oleh para tokoh yang turut terlibat dalam peristiwa tersebut. Â Kehadiran para tokoh bukanlah suatu kejadian yang kebetulan, terdapat proses panjang yang menjadikan para tokoh tersebut dapat berkumpul dalam suatu peristiwa maha penting dalam terbentuknya Negara dan Bangsa Indonesia.
Tokoh-tokoh yang telah dipertemukan dalam peristiwa perumusan naskah proklamasi 16 Agustus 1945 adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Soebardjo, Dr. Mohammad Amir, Dr. Boentaran Martoatmodjo, Mr. I Goesti Ketut Poedja, Mr. A Abbas, Mr. Iwa Kusumasumantri, Mr. Johanes Latoeharhary, Samaun Bakry, Mr. Teukoe Moehammad Hasan, Ki Hajar Dewantara, R. Oto Iskandar di Nata, Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, Mr. Soetardjo Kartohadikusumo, Prof. Dr. Mt. R. Soepomo, R. Soekarjo Wirjopranoto, Dr. G.S.S.J. Wirjopranoto, Dr.G.S.S.J. Ratulangi, Burhanuddin Moehammad Diah, Sukarni, Chaerul Shaleh, Sayuti Melik, Anang Abdoel Hamidhan, Ki Bagoes Hadikusumo, Andi Pangerang, Abikoesono Tjokrosoejoso, Dr. Samsi Sastrowidagdo, dan Soediro.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi menyajikan kisah seputar detik-detik proklamasi kemerdekaan. Memasuki museum, pengunjung akan menemukan ruangan utama. Ruang ini merupakan tempat peristiwa sejarah pertama dalam persiapan perumusah naskah proklamasi. Setelah kembali dari Rengasdengklok tanggal 16 Agustus 1945, pada pukul 22.00 WIB, Ir.Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo, diterima oleh Laksamana Tadashi Maeda di ruang ini.
Ruangan ini juga dahulu digunakan sebagai ruang diplomasi antara Indonesia dengan Belanda pascakemerdekaan RI. Pada sisi kiri pintu masuk, terdapat ruangan yang dahulu digunakan sebagai tempat merancang konsep teks proklamasi kemerdekaan, yang kemudian ditulis pada secarik kertas oleh Soekarno. Dini hari menjelang pukul 03.00 WIB, Ir.Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo memasuki ruangan ini untuk merumuskan konsep naskah proklamasi.
Di bawah tangga, terdapat sebuah ruangan kecil yang dahulu digunakan sebagai tempat Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi ditemani oleh BM Diah. Setelah persetujuan dari hadirin, Ir. Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi. Sementara, memasuki ruangan yang lain, pengunjung akan menemukan ruang pengesahan dan penandatanganan konsep naskah proklamasi. Untuk memberi kesan nyata kepada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi, pengelola museum menghadirkan berbagai diorama dengan ukuran satu banding satu. Salah satunya adalah diorama yang menggambarkan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo sedang menandatangani naskah proklamasi.
Terdapat juga ruang pengesahan. Ruang ini merupakan tempat disetujuinya konsep naskah proklamasi oleh seluruh hadirin yang datang, yaitu sekitar 40-50 orang, serta tempat disahkannya naskah proklamasi yang ditandatangani oleh Ir.Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Peristiwa ini berlangsung menjelang Subuh, Jum'at 17 Agustus 1945 bertepatan pada bulan suci Ramadhan.
Menaiki tangga yang bergaya art deco, pengunjung akan tiba di lantai dua. Di lantai ini, terdapat berbagai benda bersejarah seputar masa pergerakan. Benda-benda yang tersimpan rapi di dalam etalase tersebut antara lain cetakan poster bergambar Soekarno, pakaian yang pernah digunakan Laksamana Maeda, hingga  jam tangan dan kacamata Soekarno. Sementara, dinding-dinding ruangan ini dihiasi nukilan-nukilan sejarah masa pergerakan hingga detik-detik menjelang proklamasi kemerdekaan.
Secara keseuluruhan, museum tersebut sangatlah menarik. Hanya dengan Rp.2000, kita dapat nikmati pengetahuan sejarah seputar perumusan naskah proklamasi. Pengunjungan saya ke museum tersebut merupakan pengalaman yang sangat imersif, saya dapat merasakan secara langsung berada di lokasi tempat terjadinya momen-momen bersejarah dan melihat benda-benda yang dikenakan oleh tokoh-tokoh bersejarah. Saya sangat merekomendasikan pengunjungan ke museum tersebut.
Sebagai generasi muda, kita seharusnya mempelajari sejarah-sejarah yang telah terjadi pada masa lampau. Kita harus mengenang jasa-jasa para pejuang yang telah memperjuangkan bangsa dan negara kita dengan seluruh tenaga dan tumpah darah. Salah satu cara kita dapat mempelajari pengetahuan sejarah tersebut adalah untuk mengunjungi museum.
Sebagian besar dari generasi muda pada saat ini lalai berkunjung ke museum karena menganggap museum sebagai tempat yang membosankan, pengalaman saya tidaklah sedemikan rupa, berada pada lokasi bersejarah sangatlah menarik, saya dapat melihat berbagai koleksi unik yang tidak dapat dijumpa di tempat-tempat lain dan saya dapat membaca berbagai informasi yang menarik.
Selain mendapatkan informasi, kita dapat mengalami rasa berada tepat di lokasi bersejarah. Selain mengenang jasa-jasa perjuangan para pejuang, kita harus melanjutkan perjuangan mereka dengan membangun negara kita menjadi negara yang maju sehingga perjuangan mereka tidaklah sia-sia.
Sumber : Brosur Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H