Ada satu lagi isu yang mengganggu, sewaktu kita makan durian di pinggir jalan, ada anakan kucing kurus dekil sendirian tanpa induknya. Si kecil yg penyayang binatang segera membopong dan memberi minum. Dia meminta saya untuk mengadopsi dan membawanya ke Jerman. Saya hanya bisa sabar dan pasrah.
"Jangan samakan dengan Jerman, sayaaaang…. Mungkin belum banyak kerja pemerintah di sini untuk mensterilkan kucing-kucing, atau mungkin di sini masih kekurangan dokter hewan atau mungkin juga kurangnya badan sosial yang mengurusi hewan liar. Mari kita lihat apa yang emakmu bisa buat, Ok," itu kata saya pada si kecil yang matanya sudah mbrebes mili sambil mendekap anakan kucing liar itu. Sambil terisak mulutnya komat–kamit. "Aku kangen Willi (kucing hitamnya di Jerman)."
Saya duduk di sofa melingkar tepat di dekat pintu masuk. Orang yang keluar masuk akan saya ketahui. Di samping saya adalah teman baikku. Perempuan Jawa ayu yang baik denganku. Bar yang terletak di dekat Clark Q Singapore ini didanai olehnya, uangnya banyak di-invest ke mana- mana.
Saya hanya beruntung menjadi teman baiknya. Kami langsung di sambut dengan manager bar sekaligus bartender, ganteng , tinggi dan public relations-nya bagus sekali. Kabarnya gajinta 15 ribu dolar Singapura per bulan. Saya segera kalkulasi dengan penghasilanku yang jauh di bawahnya. Terasa menyedihkan figur yang kudapatkan. Sudahlah semua orang mempunyai rejeki masing-masing.
Pandanganku mengarah ke pintu, ada Porsche hitam parkir tepat beberapa meter di depanku. Perawakan yang sudah dikenal baik oleh temanku ini segera cipika cipiki. Aku dikenalkan dan berbasa-basi sebentar. Kalau managemennya saja bisa beli Porsche terus yang menanamkan modal di sini bisa beli 5 atau 10 kan. Sebentar kulirik teman di sebelahku, gayanya biasa ga pernah bergaya tajir dan sok. Itu yang saya sukai darinya, ceplas ceplos hampir no boundary kalau sudah ngomong dengan saya. "Terus berapa duitmu?" tanya saya. Dia hanya ngakak panjang….
Sumpek! Panas! Hadew berapa orang sih sekarang di Singapura itu ? Tanyaku kepada teman. 5 juta lebih katanya berikut orang asing yang bekerja dsini. Saya naik bus ke Cosway Point, begitu turun disekeliling terminal sudah banyak makanan. Naik ke tangga atas menghubungkan ke mall dan MRT , saya sudah disambut dengan berbagai macam tipe makanan dan toko minuman.
Orang berlalu lalang tanpa henti dsini. Spend money….spend money itu budaya disini. Begitu anda membuka puntu rumah anda juga membuka dompet anda. Alasannya begini, di Singapore itu semua desain Apartmen di link ke bus stop , ada linkway supaya orang orang comfortabke tidak kepanasan dan kehujanan.
Dari bus stop linknya ke MRT, sebelum ke MRT linkway tersebut mengarah ke mall- mall. Nah kalau anda pengguna public transport otomatis anda akan selalu melewati toko- toko tersebut. Dengan erbagai makanan dan kemudahan itu anda mau lari kemana?. Makanya tidak heran hampir semua orang di Singapur hanya masak tiap weekend atau seminggu 2 sampai 3 x, bahkan saya mempunyai teman yang kitchen set nya terlihat baru karena dia jarang masak. Kadang membeli makanan lebih irit dan tidak complicated katanya. Saya tersenyum getir, hidup tidak murah disini!.
Pagi ini saya masih malas ke Supermarket , perut keroncongan. Pakde tidak pynya waktu ke Lidl atau Netto ( supermarket di Jerman ). Tukang supermarket memang dia, saya hanya tukang masak dan tukang vacuum cleaner dirumah. Sementara saya mau sarapan males dengan roti Jerman campur ham. Jadi bagaimana?.
„Apa sayuran masih tumbuh dikebun“? Tanyaku.
„ Sudah nggak diurusi, semenjak kamu tinggal liburan 6 minggu, coba lihat masih ada nggak yang disisain sama bekicot untukmu“ jawab pakdeku dengan santai.