Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutemukan Dirimu di Sanur ( 4 )

12 Agustus 2014   05:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:46 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_352384" align="aligncenter" width="479" caption="Jimbaran 2011."][/caption]

Aku terkantuk-kantuk di mobil sewaan, sopir nyerocos sepanjang perjalanan . Orangnya lucu dan kocak kamipun tergelak-gelak. Si muka serius turis Jerman ini akhirnya kunamakan si weird karena aneh menurutku , bicaranya datar cenderung kaku tanpa emosi tanpa perasaan. Ya ampun apa yang terjadi dengan dirimu tanyaku? apa kamu kecopetan di Sanur? apa kamu baru ditinggal istrimu? Apa kamu lupa ke Toilet pagi ini ? seribu satu pertanyaan kusampaikan kepada si weird ini. hahahha salah semua katanya, akhirnya dia tersenyum juga wkwkwkwkwk , pak sopir pun sampai tergelak-gelak mendengar celotehanku. "Ya ampun Ibu ini lucu banget nanyanya".

Aku cuek seperti biasa, tidak ada yang aneh di dunia ini , life is too short . Kamipun makan siang di daerah Ubud , kuperhatikan si weird ini. Oh Gosh kalem banget makannya , sopan dan santun sekali. Kulihat dia makan dengan lahap , Nasi campur ala Bali dengan semua pernak-perniknya. Dibawah restaurant ada sungai yang mengalir serasa indah sekali,  pohon bambu dan burung-burung bernyanyi riang di seberang sana. Bayangan Jean Michel sekelebat muncul lagi betapa indahnya kalau diapun disini. Wajahku mendung lagi, sekilas kucium bau harum aroma Calvin Klein yang kuhapal, diakah ? ah ternyata aroma parfum pun bisa mempermainkan imaginasiku. Bisa saja ada orang lewat memakai parum yang sama,  Ku hirup Sampoerna hijauku kuat-kuat , enyahlah kamu!

Tidak ada yang menarik hari ini , kami bertiga termasuk sopir sehari penuh keliling dengan mobil sewaan. Aku capek dan tidak kuat lagi , mana obat itu aku sangat memerlukannya. Gara-gara Parfum Calvin Klein ingatanku kembali ke Jean Michel. " Obat apa itu?" tanya si weird . " Obat depresi jawabku ketus!. Diapun seperti biasa cuma mengguman tanpa ekspresi. Akhirnya diapun bertanya lagi, "Kenapa kamu depresi? " Aku patah hati" jawabku dengan ketus lagi! Ya Tuhan singkirkan mahluk ajaib dari sampingku ini, menyebalkan dan membosankan!

"Stop pak stop" kataku pada Sopir, aku mau ambil uang dulu di ATM. Kuingat kemarin hari gajianku pasti sudah di transfer kantor ke rekeningku. Segera sopir menghentikan mobil di dekat ATM . Semua biaya Hotel sudah kulunasi di depan, sekarang aku mesti mengambil uang untuk biaya kehidupan ku di Bali selama seminggu dan biaya membayar sewa mobil. Ku intip dompetku tinggal 100 ribu, padahal aku harus membayar 200 ribu untuk membayar sewa mobil dan 50 ribu untuk tip. Sengaja aku tidak menyimpan banyak uang cash karena cerita -cerita menakutkan pencopetan, perampokan dll. Dompetku pun hanya berisi satu kartu kredit dan satu kartu ATM. Green Card Singapore dan Passport kutitipkan di Receptionist.

Mesin sialan ini tak mau juga mengeluarkan rupiahnya keluar, padahal kemarin aku masih bisa menggunakannya. Aduuh bagaimana ini kalau sampai tidak bisa menarik uang apakah ku harus membayar Pak sopir dengan Credit Card?. Perjuangan menarik uangpun gagal total!

"Stephan bisakah kamu meminjami aku 200 ribu untuk membayar sopir? tanyaku kepada si weird  yang tadi kukutuk habis-habisan karena menyebalkan. Orang Jerman itu terkenal pelit dan itupun kutahu, ku juga tidak tahu apakah si weird ini mau meminjamkan 200 ribu kepadaku ke orang asing yang baru dikenal beberapa jam yang lalu?.

"Ok... katanya masih tanpa exspresi . " Ku ganti besok setelah ATM ku normal, aku akan menelepon  kantorku di Singapore dan menanyakan apa yang terjadi kemudian kukembalikan uangmu beserta bunganya" kataku enteng. Baru kali ini ku merasa sebagai orang yang beruntung , ingin sekali aku melompat dan memeluknya. Kebiasaan spontan kalau aku sedang bahagia , untunglah aku sadar si weird ini hanya orang asing yang bersedia menolongku.

"Tidak usah membayar bunga" katanya, "Oh ya?" jawabku. " Bukankah begitu peraturan utang piutang di negaramu?" tanyaku lagi. " Ya benar tapi kamu baik sekali , jadi tanpa bunga."

Kami sampai di Hotel sudah Maghrib, perut mulai keroncongan uangku tinggal 50 ribu. "Ayo makan di warung Jawa di pojok sana , murah dan enak" kata Stephan. "Cukupkah 50 ribu? tanyaku? aku perlu rokok juga. " Cukup" katanya. Kamipun makan berdua denngan lahap, hujan lebat turun tiba-tiba, si weird nampak makan dengan lahap , ya Tuhan! benarkah itu orang Jerman? " Mana kentang dan rotimu ? tanyaku lagi. " Disini ku makan Roti hanya waktu pagi di Hotel",  siang malam aku makan nasi" . " mau rokok?" tanyaku. " Nein danke jawabnya sopan! . Huh mana ada orang Jerman bisa hidup tanpa rokok?. Kubayangkan si Wilhelm teman kerjaku dari Jerman yang memilih kelaparan dari pada tidak merokok!

Seperti biasa aku makan tidak pernah habis, diatas piring masih ada sisa Nasi dan lauknya. Ku mainkan Hp ku , ada sms masuk dari Pembantuku , anak-anak baik saja katanya. Ada sms masuk lagi dari adikku dan teman-teman . "Are you okay sweety....." kata teman-temanku. Tapi tak ada satupun sms dari Jean Michel yang kutunggu-tunggu, sedang apa dia di Singapore . Pikiranku melayang-layang ke Ang Mo Kio bekas apartemen kami. Luka itu menganga lagi...

" Tanya ...itu sisa makanan mau dimakan apa tidak? kata si weird . " Nggak" jawabku dengan mata basah, kuusap air mata yang hampir jatuh. Aku tidak mau si aneh dan menyebalkan ini nanti bertanya-tanya lagi. Aku mau makan malam bersama karena dia telah menolongku meminjamkan uang. Coba kalau dia tidak meminjamkan uang , sudah ku bentak-bentak untuk minggir dari tadi.

"Aku capek mau mandi dan istirahat see you" kataku. Aku sudah sebel dan berharap ketemu si weird ini  besok untuk mengembalikan uang saja. Setelah itu aku mau program menyepiku dan yoga di kamar, kemudian seharian di kolam renang sambil meneruskan membaca Bhagavad Gitayang belum habis kubaca. Tanpa gangguan siapapun!

" Aku punya teman-teman orang Indonesia dan orang Bule di sini , kita suka kumpul di Bar pojokan sana , kamu mau kesana nanti malam? aku bayarin minum mau?" tanya si aneh lagi. Kulihat raut mukanya yang datar tanpa emosi , tidak pernah kulihat dia ketawa tergelak-gelak sepertiku atau Sopir kita siang tadi. Entah sengaja atau tidak , aku bisa membaca sedikit raut wajahnya, ada banyak cerita sedih disana. Akupun sedang sedih dan patah hati mengapa juga aku memikirkan orang lain di depanku ini? . Lama tidak menjawab pertanyaannya, dia bilang di Bar itu aku boleh merokok sepuasnya. Aku memang bercerita di mobil tadi siang tentang Singapore,  kalau ke Bar kita harus keluar ruangan hanya untuk merokok dan aku benci itu. Aku ingin merokok dan mendengarkan musik sekalian 2in1.

" Ok jawabku akhirnya, See you at 10pm!

Si weird mengetok pintu kamarku jam 10 malam tepat , ya Ampuuun begitu menyebalkannya orang ini , apakah dia tidak tahu aku sudah tidur?. " Ayo kita ke Bar dan kukenalkan dengan teman-temanku " katanya bersemangat tanpa melihat aku masih riyip-riyip baru bangun.    " "ok tunggu aku 20 menit untuk gosok gigi dan ganti baju" .

Yang dinamakan Bar di pojokan ternyata sebuah warung milik rakyat kebanyakan yang disulap menjadi tempat nongkrong dengan musik seadanya. Bukannya Bar dengan suasana gemerlap lampu warna-warni dan perempuan menawan hati.  Makanan boleh dipesan tapi semua murah meriah. Tentu saja ada minuman tapi terbatas. Kujumpai ada sepasang nenek-nenek dari Inggris, pasangan Swedia , Ada juga orang Amerika yang asyik bercerita tentang pengalamannya di Thailand, seorang bapak-bapak dari Jerman dengan bahasa Inggris yang kedengaran kental banget logatnya, Mas-mas dari Jawa dan Mbak-mbak yang menunggu warung. Aku tertawa, ini yang disebut Bar oleh si weird ! . Tempat duduk pun kami berjejer-jejer di bangku kayu mengelilingi warung. Tapi aku merasa bersukur disini aku banyak bertukar pikiran dengan orang-orang tadi . Serasa membosankan di warung ini , aku mengantuk , jam 12 malam aku pulang ke Hotel. teringat besok aku mesti dijemput Mitch jam 11 pagi.

-----------------

Pagi ini agendaku adalah mengunjungi Healer kemudian bikin tattoo, Jam 8 pagi pintu diketuk-ketuk dari luar. Sengaja tidak kubuka karena aku tidak punya janji temu dengan siapa-siapa, hari ini janjianku dengan Mitch adalah jam 11 pagi. Masih ada banyak waktu. Makan Pagi biasanya aku terakhir sendiri. Antara jam 9 sampai jam 10 . Apakah si weird pengetuk pintu tadi? mungkin saja dia mau menagih utangku 200 ribu! padahal ku sudah bilang tadi malam,  jam 11 pagi kita akan ketemu di Loby untuk penyelesaian utang piutang. Tapi kenapa jam 8 pagi sudah mengetuk-ngetuk pintu kamarku?. Menyebalkan 200 ribu saja tidak sabar menagihnya!.

Kuselesaikan makan pagiku jam 9.30 pagi, jam 10 pagi ku berenang di Kolam renang sambil baca buku. Mataku bengkak habis menangis semalaman gara-gara tercium aroma Calvin Klein entah dari siapa. Kutanyakan kepada si weird tadi malam apa merk parfumnya , ternyata si aneh ini memakai parfum Boss. Mitch temanku tidak memakai parum pun. Ku ambil handuk renang yang besar dan kembali ke kamar untuk mandi pagi kemudian ke Loby tepat jam 11 . Kulihat si si weird dan temanku Mich sudah duduk di Loby.

Ya Tuhan si weird disana masih dengan tatapannya yang aneh dan dingin, " ini uangmu 200 ribu sudah kukembalikan , terima kasih atas pertolonganmu ya" kataku padanya.

"Kamu mau kemana?" tanyanya, " aku mau ke Healer dan mentattoo lenganku" jawabku buru-buru sambil masuk ke jeepnya Mitch. " See you " kataku basi-basi.

Di dalam mobil yang melaju ke arah Ubud temanku bertanya , siapa dia? dapat gebetan baru ya? tanyanya dengan asap mengepul keluar dari mulutnya. Akupun tidak menjawab pertanyaannya yang kedengaran konyol.

Mobil melaju kencang , dua hari yang lalu ku menghubungi assistant Bapak Tjokorda Gde Rai , Beliau seorang Healer atau Balian bahasa Balinya. Saya meminta janji temu dan disepakati siang hari ini.

Tjokorda Gde Rai adalah seorang penyembuh ( natural Healer ) terkenal di dunia dan dianggap sebagai salah satu Healer yang paling penting di pulau Bali. Kisahnya banyak ditulis dalam berbagai artikel, jurnal medis, koran dan buku. "Klien"-nya menyebar dari selebriti , penulis internasional dan ahli medis. Tjokorda Gde Rai juga  mempunyai banyak murid yang terlatih datang dari di seluruh dunia, ajaran tehnik penyembuhannya berasal dari Balinese lontars (teks-teks suci) tradisional yang  diturunkan dari generasi ke generasi. Yang tidak diketahui banyak orang adalah beliau cucu dari raja terakhir Ubud. Dan Keluarga Royalty inilah yang telah menyembuhkan ketergantungan ku dengan obat depresi.
Cerita Selanjutnya :
http://fiksi.kompasiana.com/cermin/2014/08/12/kutemukan-dirimu-di-sanur-5--679659.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun