Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penganiayaan Anak di Negara Maju

7 Februari 2015   02:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:40 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyebab paling umum adalah tuntutan yang berlebihan dari orang tua kepada anak. Kemudian para orang tua merasa terbebani , stress dan akhirnya kekesalan di timpakan kepada anak-anak. Apakah ini adil? tentu saja tidak. Anak-anak tetaplah anak-anak yang penuh dengan dunia fantasi dan bermain.

Peringatan kepada calon orang tua , bahwa mempunyai anak adalah komitmen seumur hidup, waktu anda akan di rebut paksa oleh anak-anak. Dan para  "sweet little monster "ini akan mengganggu hidup anda setiap hari , setiap menit dan detik dari kehidupan anda semua. Siapkah anda? . Silahkan dijawab. Kalau anda tidak sanggup menjawab siap , Please silahkan jangan mempunyai anak , kalau akhirnya bayi atau anak akan anda jadikan kambing hitam semata-mata akan kegagalan anda dan kemarahan anda.

Lihatlah contoh diatas! . Dinegara maju yang namanya Jerman saja tidak terlepas dari masalah abuse , penganiayaan anak yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yaitu kita-kita semua. Bagaimana dengan di negara Indonesia? pasti banyak sekali masalah penganiayaan anak , baik yang terdeteksi ataupun yang di tutup-tutupi.

Ini semua membuktikan abuse , penganiayaan anak tidak hanya terjadi di negara miskin , terbelakang atau negara kurang maju . Tetapi juga terjadi di negara maju . Selama di dunia ini masih ada manusia-manusia yang egois, memikirkan diri sendiri , tidak bisa berdamai dengan stress dan selalu menyalahkan orang lemah yaitu bayi dan anak-anak. Monsterkah kita?.

Silahkan jawab sendiri , saya hanya bisa bersedih karena saya merasa hopeless dan tidak berdaya dengan manusia-manusia seperti ini. Harapan saya , bukalah mata dan telinga lebar-lebar di sekitar anda, tetangga anda , teman anda semuanya. Sekiranya anda mengetahui atau mengenali anak atau bayi yang terancam segeralah laporkan kepada Polisi atau badan-badan Perlindungan Anak sebelum terlambat. Kenali dan lihatlah apa kulit bayi yang anda lihat nampak lebam , biru-biru atau merah-merah dengan mencurigakan. Bayi biasanya akan sering menangis dan rewel . Untuk mengenali ancaman bagi seorang bayi atau anak , kadang-kadang sulit untuk tetangga dan kerabat mengetahuinya, apalagi kalau keluarga tersebut sangat tertutup. Tapi bersikaplah penuh empati dan simpati , mengambil berat ke orang lain terutama orang-orang di sekitar lingkungan anda.

Hal-hal positif yang bisa kita berikan untuk support kepada para orang tua terutama yang masih muda-muda ini adalah , jangan membebani mereka lagi dengan stress. Berikan senyuman dan tanyakan apakah mereka memerlukan bantuan , kalau sekiranya anda mengetahu para orang tua ini terlihat tertekan melihat anak-anak atau bayinya menangis tiada henti. Ulurkan bantuan , sekecil apapun bantuan itu akan sangat berguna. Jangan pernah anda memperlihatkan muka sebal , marah, kesal dan terganggu kalau melihat anak-anak atau bayi menangis.

Saya sering melihat fenomena ini di sini , entahlah kalau di Indonesia. Orang-orang merasa terganggu kalau ada anak kecil menangis tiada henti , bukannya melihat untuk menolong tapi malah memberikan muka dengan raut tidak senang. Hallo???? dimana rasa kemanusiaan dan keibuan anda? , bukankah kita pernah menjadi anak-anak dan bayi juga?

Saya terus terang kaget akan kenyataan ini disini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun