Mohon tunggu...
Gitanyali Ratitia
Gitanyali Ratitia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik SPA dan Healing Therapy di Jerman

53 yrs old Mom with 3 kids, Fans of Marilyn Monroe, Jazz & Metallica , Bali - Java Wellness & Healing di Jerman, Positive thinker, Survival. Reiki Teacher, Angelic healer, Herbalis. I’m not the girl next door, I’m not a goody goody, but I think I’m human and I original. Life Is beautiful but sometimes A Bitch and someday It F***s You In The Ass but heeey dude! be positive.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Pecah Kongsi dalam Pertemanan, Lazimkah?

23 Februari 2015   06:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_398745" align="aligncenter" width="624" caption="Persahabatan. (Shutterstock)"][/caption]

Friendship must never be buried under the weight of misunderstanding.

( Sri Chinmoy )

Waktu saya kecil dulu, saya mempunyai seorang teman akrab, panggil saja Umi namanya. Entahlah sejak kapan kami berteman. Saya ingat sering tidur malam di rumahnya entahlah berapa umur saya waktu itu. Mungkin seumuran anak TK atau SD kelas 1 pokoknya piyik banget. Yang saya ingat kami berdua sering mandi bersama, gosok gigi barengan dan sarapan barengan dengan kue moho atau kue bolang-baling, kue ini sangat terkenal di Semarang.

[caption id="" align="aligncenter" width="407" caption="Bolang - baling sarapan saya dan Umi waktu kecil . http://v-recipes.blogspot.de/2012/10/trip-to-semarang-2-pasar-ggbaru-recipe.html"]

14246226111049822922
14246226111049822922
[/caption]

Nah siangnya kami akan bermain boneka-bonekaan dan pasaran bareng-bareng. Pokoknya itu yang saya ingat. Persahabatan kami berlangsung sampai masuk kelas Satu SMP. Nah pada suatu hari entah karena sebab apa saya lupa, Umi tidak mengajak saya bareng ke suatu kegiatan sekolah, mungkin dia lupa atau apa. Tahu-tahu saya melihat dia pergi bersama-sama dengan teman lain sebut saja namanya Lestari. Saya yang merasa teman baik Umi merasa dianaktirikan dan dianggap "tidak ada", tentu saja saya merasa tersinggung dan marah, apalagi waktu itu benar-benar usia anak remaja baru masuk kelas satu SMP, emosi tidak terkontrol dan banyak galaunya.

[caption id="attachment_398712" align="aligncenter" width="332" caption="Kue Moho Favorit anak kecil untuk sarapan . https://ceritaelkaje.wordpress.com/2006/07/03/2-gang-baru-semarang/"]

1424622722657430435
1424622722657430435
[/caption]

Saya berpikir mentang-mentang masuk SMP mendapat kawan baru dia seenaknya saja melupakan saya, padahal kami satu kelas juga. Akhirnya saya males dan tidak berteguran dengan Umi. Setelah itu dunia rasanya menjadi lain, saya menjadi pemurung dan kehilangan mood baik akibat terlalu menelan bulat-bulat pil kesombongan karena tidak mau berbaikan dengannya. Perasaan tersisihkan, angkuh tidak mau memulai untuk meminta maaf dan saling membuka diri akan kesalahan masing-masing itulah penyebab yang berlarut-larut mengapa kami tidak juga bisa akur dan kembali menjalin persahabatan.

Sampai akhirnya saya lulus SMP dan kami tetap tidak mau bertegur sapa. Kemudian saya melanjutkan SMA di sekolah lain dan si Umi entah di mana akhirnya, sepertinya pindah ke lain daerah walaupun masih di Semarang. Saya kadang masih melihatnya kalau dia mengunjungi kakaknya yang masih bertetanggaan dengan saya. Kalau bertemu muka kami cuman bisa saling membalas dengan senyuman dan anggukan kepala, tanpa mau bicara atau berbasa-basi sedikit pun. Padahal terus terang saya malu sendiri, ingin rasanya saya memulai untuk menyapanya dan mengakrab-akrabkan diri dengannya seperti waktu masih kecil, tetapi entahlah saya merasa tidak mempunyai keberanian untuk itu walaupun saya sudah beranjak agak dewasa.

Setelah itu saya pindah ke Singapura dan tentu saja sudah melupakan Umi dan persahabatan kami di waktu kecil. Kadang saya pulang ke Semarang dan mengunjungi rumah dulu di mana saya tinggal. Ternyata Umi ada di sana sekarang dengan anak perempuan semata wayangnya dan suaminya. Kabarnya dia hanya bisa bekerja sebagai tukang jahit di rumah. Saya terus terang iba akan nasibnya. Kadang saya berpikir coba kalau dia masih menjadi teman saya, pasti akan selalu saya ajari banyak hal tentang "survival", tentang kemandirian wanita dan banyak hal positif lainnya. Hmmmmmmmm. Saya tidak tahu kenapa saya begitu bodoh melepaskannya sebagai teman? Kalau bisa saya ingin memutar balik waktu dan merengkuhnya kembali menjadi teman saya.

Sekarang saya semakin jauh lagi tinggal di negara ribuan kilometer jaraknya dari Semarang. Saya memang sudah melupakan Umi sahabat kecil saya, tetapi kadang wajahnya terbayang di pelupuk mata akan kebaikan dan kenakalan kami di waktu kecil. Umi sobat yang baik, pendiam dan pengertian, hanya saja dulu kami sama-sama punya sifat pemalu. Jadi saya kira kunci dari ketidakakuran kami waktu itu karena kami sama-sama pemalu untuk memulai meminta maaf dan buka-bukaan akan kekerdilan kami.

Tapi ahh... sudahlah nasi sudah menjadi bubur. Saya kehilangan sobat baik kecil saya. Walaupun saya masih mengingatnya dan tetap menjadikan dia sebagai sahabat di lubuk hati terdalam saya. Tetapi tahukah dia? Dan mungkinkah? Umi tidak mempunyai FB, tidak mempunyai Twitter apalagi BBM, Whatsapp atau E-mail. Dia hanya orang kampung yang tahunya menjahit dan membesarkan anaknya. Tetapi setiap mengingat wajahnya saya ingat kebaikannya. Dan hanya penyesalan yang ada. Maafkan saya.

Sekarang ini saya juga mempunyai teman karib yang baik-baik sekali, dan teman karib saya ini namanya Ayu dan Sayuti Kamdani. Kami sama-sama bertetangga di Singapura. Dengan dua orang sahabat ini saya bisa berkeluh kesah, melempar canda, berbagi rasa, curhat, tertawa bersama, dan galau bersama. Saya juga pernah hampir pecah kongsi dengan teman saya di atas itu, tetapi saya meminta maaf akan kesalahpahaman kami berdua, dan permintaan maaf yang tulus merekatkan kembali pertemanan yang hampir pecah itu. Tentu saja semakin dewasa usia kita, semakin dewasa juga cara kita berpikir dan menentukan langkah. Saya mengaca dari pengalaman kecil dulu, jangan sia-siakan sobat yang selalu Anda sayangi. Kalau salah segera minta maaf. Karena sobat sejati susah dicari! Trust me.

Tetapi lagi-lagi saya juga harus meninggalkan mereka berdua karena saya harus pindah ke lain benua. Sekali lagi saya kehilangan sobat baik. Walaupun kehilangan yang satu ini berbeda, karena kehilangan ini tetap dalam satu kongsi, kongsi kita tidak pecah. Kita masih bisa saling menyapa di Medsos. Sobat saya ini mempunyai gadget terkini, ada FB, Twitter, Instagram, E-mail, Whatsapp dll..

Mengapa pertemanan sampai pecah kongsi? Seperti yang saya sebutkan di atas. Karena perasaan "memiliki" yang besar maka satu pihak merasa sudah merasa berhak untuk mengklaim bahwa pihak satunya adalah haknya dia. Mentang-mentang si A sahabat Anda, bukan berarti Anda berhak seutuhnya untuk menentukan siapa saja yang berhak dia ajak berteman, apalagi mengatur-ngatur sahabat itu suatu kesalahan fatal. Dan tentunya picik, sepicik pikiran saya di waktu masih SMP, nah kalau Anda semua tidak mau dibilang picik, jangan sampai deh pertemanan Anda pecah kongsi. Minta maaf adalah senjata cespleng yang akan mengembalikan sobat Anda ke pangkuan yang selayaknya.

Kalau sudah sampai pecah kongsi nikmati saja perpecahan itu sebagai bumbu dan jalan menemukan sobat sejati selanjutnya, karena mencari sobat itu tidak mudah. Sobat tidak dicari, dia akan datang sendiri. Kalau hanya teman biasa mungkin banyak bertebaran di mana-mana, tetapi sobat sejati? Hanya ujian hidup yang bisa menunjukkan siapa sobat sejati Anda.

Nah sekarang tengok baik-baik kanan-kiri Anda. Siapakah individu-individu yang selalu ada untuk Anda, di saat anda sedang terpuruk, di saat Anda sedang jelek, sedang jatuh miskin, sedang tersia-siakan, sedang dirundung kemalangan. Kalau orang ini selalu ada di saat Anda terpuruk, nah itulah sobat sejati Anda.

True friendship is like sound health, the value is seldom appreciated until it is lost.

Good Luck.

Note :

Sebagai tambahan saja , saya tidak pernah mengkerdilkan profesi seseorang, apalagi tukang jahit. Profesi sebagai "prostitute" pun saya bisa menerima teman tersebut. Baca tulisan saya juga disini :

http://sosbud.kompasiana.com/2014/09/13/kutolong-pelacur-ini-menemukan-dunianya-687632.html

Yang saya maksudkan disini adalah ,  profesi apapun kalau di tekuni dan mau maju pasti bisa menjadikan usaha tersebut sebuah mata pencaharian yang cukup "sexy" untuk di tekuni. Kenyataannya sobat kecil saya hanya menjadikan profesi tukang jahitnya pekerjaan sambilan hanya karena dia tidak bisa memberdayakan dirinya sendiri bagaimana untuk bisa maju , dan orang dengan tipe seperti Umi inilah yang membutuhkan pertolongan bagaimana untuk "survive" dan innovative.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun