Mohon tunggu...
Ni Putu Gita Mahadewi Matra
Ni Putu Gita Mahadewi Matra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa semester 1 Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang memiliki passion terhadap bidang hukum, pengembangan diri, dan kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Doomscrolling: Kebiasaan Buruk yang Membunuh Produktivitas dan Kesehatan Mental

2 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 2 Januari 2025   21:54 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: news.christianacare.org 

Pernahkah kamu terbangun di pagi hari, membuka ponsel, dan mulai berselancar di media sosial? Tanpa sadar, waktu terbuang berjam-jam dan kamu hanya disuguhkan berita negatif yang membuat stres. Inilah yang disebut doomscrolling, fenomena scrolling berita negatif tanpa henti, yang menjadi rutinitas bagi banyak orang. Namun, tahukah kamu bahwa kebiasaan ini dapat mempengaruhi keseharian kita? Untuk itu, kita perlu mengenal istilah doomscrolling terlebih dahulu.

Apa sih Doomscrolling itu? 

Doomscrolling adalah kebiasaan mengonsumsi berita atau konten negatif yang memicu kecemasan di internet. Istilah ini mulai populer pada tahun 2020, ketika terjadinya pandemi COVID-19 dan pemilihan umum Presiden Amerika Serikat. Oleh karena itu, doomscrolling juga menjadi salah satu kata yang diakui oleh Oxford English Dictionary pada tahun 2020. Fenomena ini semakin berkembang dengan adanya platform media sosial seperti TikTok, Instagram, X (dulu Twitter), dan aplikasi berita yang terus menyajikan informasi dalam jumlah tak terbatas. Konten yang disajikan mulai dari politik, bencana alam, pandemi hingga berita buruk lainnya yang selalu menarik perhatian kita. 

Mengapa Kita Melakukan Doomscrolling? 

Salah satu alasan utama adalah otak kita secara alami lebih tanggap terhadap berita negatif atau yang biasa disebut negativity bias. Istilah ini merujuk pada keadaan di mana otak kita lebih memproses adanya ancaman daripada hal-hal positif. Selain itu, notifikasi dan algoritma konten media sosial mendorong kita untuk mencari lebih banyak informasi meskipun berisiko terhadap kesehatan mental. Rasa takut untuk tertinggal informasi penting atau FOMO juga menjadi faktor pendorong fenomena doomscrolling.

Efek Doomscrolling Terhadap Kesehatan Mental

Lantas, apa saja efek yang ditimbulkan doomscrolling terhadap kesehatan mental kita? 

  • Meningkatkan Stres dan Kecemasan

Ketika kita mengonsumsi berita negatif secara terus-menerus, secara tidak langsung membuat kita terasa dalam keadaan yang urgensi. Akibatnya, pikiran kita akan terfokus pada hal-hal buruk saja. Seseorang yang terpapar berita negatif akan mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, lantaran pikiran kita dipenuhi oleh skenario buruk.

  • Penurunan Suasana Hati

Doomscrolling juga dapat menurunkan mood kita secara keseluruhan. Ketika kita terus disuguhkan oleh berita negatif, hal ini akan berdampak pada penurunan suasana hati seperti timbulnya rasa putus asa, sedih, ataupun marah. Otak kita cenderung mengingat hal-hal negatif lebih kuat dibandingkan hal-hal positif. Oleh karena itu, semakin banyak kita mengonsumsi berita negatif, semakin sulit bagi kita untuk merasakan kebahagiaan.

  • Gangguan Tidur atau Insomnia

Otak yang terus-menerus dipenuhi informasi negatif cenderung terlalu aktif dan sulit untuk "mematikan" diri layaknya fitur shutdown pada laptop. Hal ini tentu membuat kita sulit tidur dan mempengaruhi performa kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

  • Meningkatkan Rasa Takut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun