Mohon tunggu...
Gitakara Ardhytama
Gitakara Ardhytama Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sedikit bicara, banyak menulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

The Three Musketeers di Dunia Kerja

10 November 2023   09:52 Diperbarui: 10 November 2023   20:30 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pahlawan Super.( Foto oleh Kristina Paukshtite/pexels.com)

Nah, di titik inilah ibu kantin menjadi pahlawan saya. Di saat saya sedang sibuk-sibuknya di tempat kerja, kemudian datang 'serangan' homesick tiba-tiba, hanya masakan ibu kantin lah yang bisa sedikit meredakan rasa kangen saya terhadap kampung halaman dan wanita pengatur rumah tangga di dalamnya, yang saya biasa panggil juga dengan sebutan 'Ibu.'

Lucunya, galaknya, sabarnya, semua 'spek' ibu-ibu rumahan bisa kita dapatkan dari sosok ibu kantin yang saya rasa bisa meredakan sedikit kerinduan pada seorang sosok ibu kandung bagi saya.

Ibu kantin bagi saya adalah seorang ibu-ibu yang mampu memberikan kenyamanan dan keramahan ala ibu-ibu di kampung halaman, dengan masakan-masakan sederhananya, kesabaran dan kebaikannya saat akhir bulan di-kasbon oleh karyawan-karyawan tempatnya berjualan makanan.

Selain itu kehadiran ibu kantin biasanya juga mampu mencairkan sedikit suasana hati yang sedang tegang dan penuh emosi. Dengan masakan sederhana dan suasana akrab khas rumahannya, ibu kantin menurut saya adalah orang yang berjasa dalam hal memberi makan untuk karyawan-karyawan yang sedang lapar-laparnya karena energinya ditekan habis oleh atasannya di tempat kerjanya.

Tanpa ibu kantin yang menyediakan makanan murah dan enak itu, mungkin kita tidak akan bisa membayangkan betapa kacaunya pekerjaan kita pada hari itu. Seperti halnya sebuah kendaraan yang membutuhkan bensin untuk bisa bergerak, karyawan pun butuh ibu kantin untuk mengisi tenaga agar bisa mikir lagi dan memenuhi ekspektasi atasan-atasan kita.

Kalau tidak ada ibu kantin, mungkin kita akan 'dipaksa' lari ke makanan-makanan fast food yang proporsi harga dan porsi yang didapatnya tidak masuk akal itu. Makanan-makanan fast food seperti itu kurang cocok dijadikan makanan harian jika melihat isi kantong-kantong karyawan pejuang UMR seperti saya.

Belum lagi biasnya resto-resto fast food ini biasanya jaraknya jauh dari tempat-tempat kerja. Saya harus panas-panasan, naik kendaraan, belum lagi kalau macet datang. Sungguh jauh dari kesan efektif dan efisien. Mungkin makanan akan cepat datang, tetapi kitalah yang tidak bisa cepat kembali ke kantor karena adanya hal-hal yang mengganggu tadi.

Bandingkan dengan warung ibu kantin yang mungkin jaraknya hanya beberapa langkah dari kantor. Ada juga yang bahkan kantinnya masih berada di dalam satu area dengan kantor. Atau bahkan ada juga yang tinggal duduk di mejanya, tinggal sms, makanan datang. Sangat memudahkan bukan?

Karena semua kemudahan, keramahan dan kenyamannya yang ditawarkan ditengah hactic-nya dunia kerja itulah saya menobatkan gelar pahlawan kepada ibu-ibu kantin ini.

Inti dari semuanya ini adalah saya ingin mengajak kita semua untuk lebih menghargai mereka, pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa, yang juga ada di sekitar kita tanpa bermaksud merendahkan pekerjaan mereka sedikit pun.

Saya berteman baik dengan orang-orang seperti ini, dan dari mereka saya belajar dan menyadari, bahwa ternyata selama ini saya masih sering kurang bersyukur, terlalu haus akan penghargaan dan saya seharusnya malu karena pun saya sendiri masih sering mengabaikan orang-orang seperti mereka, entah karena kesengajaan atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun